Wanita Adalah Sumber Fitnah dan Ujian Terbesar Bagi Kaum Adam, Ini Alasannya
JAKARTA – Wanita adalah makhluk ciptaan Allah subhanahu wa ta’ala yang sangat mulia. Agama Islam meninggikan derajat seorang wanita sehingga menjadi salah satu aspek penting dalam beribadah kepada Allah ta’ala.
Namun di sisi lain, wanita juga menjadi sumber fitnah dan ujian terbesar bagi kaum adam. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan kepada kita agar kaum muslimin berhati-hati terhadap kehidupan dunia dan khususnya terhadap kaum hawa atau kepada seorang wanita.
Berhati-hati bukan berarti menjauhinya dan memandangnya hina. Tetapi dengan mengelola sebaik-baiknya agar memberikan manfaat yang maksimal dalam kehidupan umat manusia. Bila tidak dikelola dengan baik, maka kehidupan duniawi akan membawa bencana dan malapetaka.
Demikian juga halnya dengan wanita. Bila hubungan antara laki-laki dan wanita tidak diatur dan dilakukan dengan baik akan membawa bencana. Sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berikut ini:
Usamah bin Zaid berkata, bersabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam: “Sepeninggalku, tidak ada (sumber) bencana yang lebih besar bagi laki-laki selain dari pada wanita.” (Hadis Shahih riwayat Bukhari dan Muslim).
Menurut hadis Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Usamah ini memberitahukan bahwa fitnah yang paling besar bagi laki-laki adalah dari wanita. Fitnah disini berarti cobaan atau ujian. Fitnah ini terjadi bukan semata disebabkan karena si wanitanya, tetapi juga disebabkan karena laki-laki memiliki nafsu syahwat kepada wanita.
Dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat-14 Allah berfirman:
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita.” (QS. Ali-Imran: 14)
Dilansir dari muhammadiyah.or.id, Al-Qurthubi dalam kitab tafsirnya mengemukakan suatu kisah yang dengan baik menggambarkan fitnah wanita terhadap laki-laki yang disebabkan oleh godaan setan yang berhasil membangkitkan nafsu syahwat laki-laki.
Kisah Tragis Tergoda Fitnah
Dalam kitab Tafsir Al-Qurtubi, 1: 5556. Dikemukakan kisah yang bersumber dari Wahab ibn Munabbih.
Di kalangan Bani Israil ada seorang ahli ibadah. Ia mempunyai tetangga tiga orang bersaudara yang memiliki adik gadis yang perawan. Tiga bersaudara tersebut tidak memiliki saudara wanita. Suatu saat ketiga orang itu bermaksud melakukan perjalanan jihad di jalan Allah ta’ala. Mereka sulit mencari orang yang dapat dititipi saudara wanitanya dan dapat dipercaya untuk menjaganya.
Akhirnya, mereka sepakat menitipkan adik gadisnya kepada seorang ahli ibadah yang paling saleh di negeri mereka. Mereka percaya sepenuhnya kepada ahli ibadah tersebut. Ketiganya mendatangi ahli ibadah itu dan meminta kepadanya agar berkenan untuk dititipi adik gadis mereka. Mereka mengharapkan agar saudara wanita mereka berada di dekatnya sampai mereka pulang dari perjalanan perang. Namun, si ahli ibadah itu menolaknya.
Tak henti-hentinya tiga bersaudara tersebut meminta kepada si ahli ibadah ini untuk menerimanya. Akhirnya, ia pun mau menerima. Ia berkata kepada tiga orang tersebut, “Tempatkan saja ia di rumah yang berdampingan dengan tempat ibadahku ini!” Mereka menempatkan wanita itu di rumah tersebut sebagaimana saran dari si ahli ibadah. Sehingga, jadilah mereka pergi untuk melakukan perang di jalan Allah subhanahu wa ta’ala.
Wanita itu sudah cukup lama berada di kediaman dekat tempat ahli ibadah. Si ahli ibadah biasanya meletakkan makanan di bawah tangga tempat dirinya beribadah supaya diambil oleh wanita itu. Ia tidak mau mengantar makanan ke rumah yang ditempati wanita itu. Ia meminta agar si wanitalah yang mengambilnya. Wanita tersebutlah yang keluar dari tempatnya untuk mengambil makanan setiap hari.
Setan terus berusaha membujuk si ahli ibadah. Ia tidak henti-hentinya melukiskan kebaikan si ahli ibadah tersebut. Setan mewanti-wanti kepada ahli ibadah bahwa kalau wanita itu terus-terusan keluar dari rumahnya di waktu siang untuk mengambil makanan, nanti ada orang yang melihat dan menyergapnya.
Setan berbisik kepadanya, “Jika engkau yang pergi sendiri untuk mengantarkan makanan dan meletakkannya di pintu rumahnya, itu akan lebih baik dan lebih besar pahalanya bagimu.” Setan tak henti-hentinya membisikkan suara tersebut sampai akhirnya sang ahli ibadah mau melakukan hal tersebut.
Ia sendiri yang meletakkan makanan di dekat pintu perempuan tadi. Namun ketika meletakkan makanan di depan pintu, tidak mengeluarkan sepatah katapun. Ia cukup lama melakukan kegiatan itu.
Setan datang lagi kepada sang ahli ibadah dan menganjurkan agar dirinya mau menambah kebaikan. Setan berbisik kepadanya, “Jika engkau mengajak ngobrol kepadanya, ia akan merasa tentram dengan obrolanmu. Sebab ia sedang kesepian.” Setan tak henti-hentinya merayu sang ahli ibadah sehingga ia mau melakukan apa yang dibisikkan oleh setan itu. Ahli ibadah ini terkadang mengajak bercakap-cakap wanita tersebut dari atas tempat ibadahnya. Ia tidak mau turun ke bawah karena takut terkena dosa.
Selanjutnya, setan datang lagi kepada ahli ibadah dan berkata, “Jika engkau turun ke bawah, dan duduk di atas pintu tempat ibadahmu untuk bercakap-cakap dengannya dan diapun tetap berada di atas pintu rumahnya, ini lebih baik dan menambah rasa tenang kepadanya.” Setan tak henti-hentinya merayu sang ahli ibadah sehingga mau melakukannya. Ia duduk di atas pintu tempat ibadahnya begitu juga sang wanita pun di atas pintunya mau bercakap-cakap dengannya.
Cukup lama dua orang tersebut terus-terusan kebiasaan bercakap-cakap di atas pintu masing-masing seperti biasanya setan datang lagi, untuk membujuk si ahli ibadah. Setan berbisik kepadanya, “Jika engkau keluar dari tempat ibadahmu lalu mendekat ke pintu rumahnya dan engkau berbicara dengannya, ia akan lebih tentram dan lebih merasa senang. Itu kan kebaikan besar. Ia tidak harus keluar rumahnya. Biarlah ia berada di dalam rumahnya dan engkau di luar.”
Setan tak henti-hentinya membisikkan hal tersebut sampai akhirnya sang ahli ibadah mau melakukan apa yang dibisikkannya itu. Sang ahli ibadah kemudian mendekat ke pintu rumah wanita tadi. Ia bercakap-cakap dengannya.
Padahal selama ini ia tak pernah beranjak dari tempat ibadahnya. Kalau pun untuk mengajak berbicara kepada si wanita itu, ia melakukannya dari atas dan tidak mau turun ke bawah. Cukup lama kebiasaan yang dilakukan oleh sang ahli ibadah tersebut.
Selanjutnya, setan datang kepada sang ahli ibadah dan berbisik, “Jika engkau masuk ke dalam rumahnya, lalu engkau bercakap-cakap dengannya, itu lebih baik. Sebab, jika engkau ada di dalam, wanita itu tidak harus kelihatan oleh orang lain.”
Ahli ibadah ini mengikuti saran setan sehingga ia pun masuk ke dalam rumah perempuan itu. Hampir seharian penuh, setiap hari, si ahli ibadah bercakap-cakap dengan wanita itu. Ketika waktu telah menjelang sore, ia baru naik ke atas tempat ibadahnya untuk meneruskan ibadahnya.
Tiap saat, iblis datang kepada ahli ibadah untuk merayunya. Akhirnya, si ahli ibadah sampai dapat memegang paha wanita tersebut dan menciumnya. Iblis tak henti-hentinya mengganggu ahli ibadah dan wanita tersebut sampai terjadilah perzinahan.
Selang beberapa lama wanita tersebut hamil dan melahirkan seorang anak laki-laki. Iblis pun datang kembali kepada si ahli ibadah dan berkata kepadanya. “Bagaimana kalau nanti saudara-saudara wanita ini datang sementara ia melahirkan anak darimu? Apa yang engkau lakukan? Sudah barang tentu mereka akan mencela dan menghajarmu. Oleh sebab itu, bunuh saja anak itu lalu kubur olehmu. Wanita itu akan mau menutupinya. Sebab ia juga takut kepada saudaranya kalau-kalau mereka mengetahuinya.” Maka si ahli ibadah melakukan apa yang disarankan oleh setan tersebut, yaitu membunuh anak itu.
Setelah dia membunuh anak laki-laki itu, setan berkata kepadanya, “Apakah engkau yakin wanita itu akan menyembunyikan apa yang dilakukan olehmu? Sudah, bunuh saja dia!” Maka si ahli ibadah tersebut membunuh wanita tersebut dan dikubur bersama anaknya. Ia meletakkan batu besar di atas kuburan anak dan ibunya tersebut. Setelah melaksanakan tugasnya, ia naik ke atas tempat ibadahnya untuk meneruskan ibadah.
Selang beberapa waktu kemudian, saudara wanita yang dibunuh tadi datang dari tempat perang. Mereka langsung menuju ke tempat sang ahli ibadah. Mereka bertanya kepadanya tentang kabar adik mereka. Mendengar pertanyaan tersebut, si ahli ibadah menangis dan menceritakan kejadian yang mengerikan. Ia menyebutkan bahwa saudara wanita mereka meninggal karena penyakit.
“Saya sangat tahu bahwa dia adalah perempuan baik-baik,” kata si ahli ibadah sambil menunjukkan sebuah kuburan yang agak jauh dari tempat ibadahnya. Sesampainya di sana, mereka menangis. Beberapa hari mereka tak henti-hentinya menziarahi kuburan adiknya. Setelah itu, mereka pulang ke tempat keluarganya.
Ketika malam tiba dan mereka telah tertidur, setan datang dalam mimpi mereka. Dalam mimpi tersebut setan muncul dalam bentuk laki-laki yang sedang melakukan perjalanan. Setan memulai dengan mendatangi orang yang paling tua di antara mereka dan bertanya mengenai saudara wanitanya. Sang kakak yang paling besar menyebutkan berita yang diterima dari ahli ibadah. Ia memberitahukan bahwa dirinya telah mengunjungi kuburannya. Setan menyatakan bahwa kabar tersebut bohong. Ia berkata, “Apa yang dikabarkan oleh dia tentang saudara wanitamu hanya bualan. Justru, ia telah menghamilinya dan adikmu melahirkan anak laki-laki. Karena takut terungkap oleh kalian, ia membunuhnya dan membunuh pula ibunya. Ia memasukkan keduanya ke dalam sebuah lubang yang telah digali di balik pintunya, yaitu sebelah kanan, silakan engkau datangi tempat tersebut dan buktikan di sana. Kalian akan menemukan keduanya sebagaimana saya beritahukan!”
Selanjutnya, setan pun datang juga kepada saudara yang lainnya dan menyampaikan kabar yang sama. Semuanya merasa kaget atas mimpi itu sebab mereka memimpikan hal yang sama. Saudara yang paling besar berkata, “Ah itu kan hanya mimpi. Tidak ada apa-apanya, sudah jangan kalian hiraukan dan kita biarkan saja!” saudara yang paling kecil berkata, “Demi Tuhan, saya tidak akan tenang kecuali setelah membuktikan tempat yang ditunjukkan itu.”
Maka ketiganya berangkat untuk mendatangi rumah bekas hunian adik wanita mereka. Mereka membuka pintu rumah tersebut, dan mencari tempat yang disebutkan oleh setan kepada mereka di dalam mimpi.
Ternyata, mereka menemukan saudara wanita dan anaknya disembelih dan diletakkan di tempat itu. Selanjutnya, mereka datang kepada sang ahli ibadah dan bertanya kepadanya tentang keadaan sebenarnya. Maka, ia membenarkan apa yang dikatakan oleh setan tadi, yaitu dirinyalah yang membunuhnya. Selanjutnya, tiga saudara wanita tersebut mengadukan masalahnya kepada raja mereka. Mereka membawa turun si ahli ibadah dari kediamannya. Sang ahli ibadah dituntut untuk dibunuh dan disalib.
Ketika si ahli ibadah sudah diikat di atas kayu untuk dibunuh, datanglah setan kepadanya dan berkata, “Saya ini sahabatmu yang mengujimu dengan perempuan yang engkau hamili dan bunuh itu. Jika engkau ikuti perintahku hari ini dan kafir kepada Allah subhanahu wa ta’ala yang telah menciptakan dan membantumu, saya akan menyelamatkanmu dari bahaya yang sedang engkau hadapi ini.” Si ahli ibadah itu mengiyakan anjuran setan, yaitu kufur kepada Allah ta’ala.
Ketika ia telah kafir, setan meninggalkannya, dan orang-orang membunuhnya. Maka matilah si ahli ibadah sebagai orang kafir su’ul khotimah ahli neraka.
Dalam kisah tersebut, fitnah terjadi bukan disebabkan karena eksistensi wanita, tetapi disebabkan oleh relasi (hubungan) antara laki laki dan perempuan yang dibalut oleh nafsu syahwat dan disertai oleh godaan setan.
Dikutip dari almanhaj.or.id, Al-Ustaz Yazid bin ‘Abdul Qadir Jawas mengatakan bahwa: Dari Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu‘alaihi Wa Sallam, beliau bersabda, “Sesungguhnya dunia ini manis dan indah. Dan sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla menguasakan kepada kalian untuk mengelola apa yang ada di dalamnya, lalu Dia melihat bagaimana kalian berbuat. Oleh karena itu, berhati-hatilah terhadap dunia dan wanita, karena fitnah yang pertama kali terjadi pada Bani Israil adalah karena wanita.”
Takhrij hadits ini shahih. Diriwayatkan oleh: Muslim [no. 2742 (99)], Ahmad (III/22), an-Nasâ`i dalam as-Sunanul-Kubra (no. 9224), Ibnu Hibban (no. 3211-at-Ta’lîqâtul-Hisân), al-Baihaqi (VII/91), ath-Thahawi dalam Syarh Musykilul-Âtsâr (no. 4326), al-Baghawi dalam Syarhus-Sunnah (no. 2243), dan lainnya.
Semua bentuk kelezatan dunia merupakan ujian dan cobaan. Tetapi, yang terbesar dan terkuat yaitu fitnah wanita, karena fitnah mereka sangat besar. Terjatuh dalam fitnah wanita sangat berbahaya. Para wanita adalah perangkap dan tali-tali setan.
Betapa banyak setan telah menjerumuskan laki-laki yang menjaga dirinya dari fitnah wanita tersebut. Namun akhirnya terikat dan terjebak dalam kubangan syahwat, terus-menerus berbuat dosa, dan sulit untuk melepaskan diri darinya. Dosa-dosa itu menjadi tanggungannya, karena dia yang tidak menjaga dirinya dari ujian tersebut.
Karena jika dia menjaga diri darinya, tentu dia tidak akan masuk ke pintu-pintu setan, tidak menantang ujian tersebut, dan dia akan senantiasa meminta tolong kepada Allah agar diselamatkan dari fitnah tersebut serta terlepas dari ujian. Oleh karena itu, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam memperingatkan tentang fitnah wanita dalam hadis ini secara khusus.
Dalam hadis ini, Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam juga mengabarkan apa-apa yang telah terjadi pada umat-umat sebelum kita. Karena dalam semua peristiwa itu terdapat ‘ibrah (pelajaran) bagi orang-orang yang mau mengambil pelajaran, serta nasihat bagi orang-orang yang bertakwa. []