April 20, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

4 Penyebab Meningkatnya Kekerasan Oleh Domestic Helper Pada Keluarga Majikan

2 min read

Sebuah penelitian yang dilakukan di Hong Kong dan Singapura tentang meningkatnyaa perilaku menyerang domestic helper terhadap majikan atau keluarga majikannya telah dilakukan oleh Melissa Chen, seorang pemerhati sekaligus peneliti pekerja rumah tangga yang tinggal di Singapura.

Dalam jurnal penelitiannya, Melissa Chen terlihat sangat prihatin dengan fenomena meningkatnya aksi kekerasan yang dilakukan oleh pihak domestic helper terhadap majikan atau keluarga majikan. Dalam rentang tahun 2017 saja, Melissa Chen mencatat puluhan kasus penyerangan telah terjadi baik di Singapura maupun di Hong Kong.

Lantas, apa sebenarnya penyebab fenomena ini ? Kepada koresponden Apakabaronline.com, Melissa Chen menyebut ada 4 hal penting yang selama ini dia yakini menjadi pemicu. 4 hal tersebut adalah :

  1. Buruknya kondisi psikologis baik majikan maupun domestic helper. Sebuah studi tahun 2015 yang dilakukan oleh Humanitarian Organization for Migration Economics (HOME) mengungkapkan bahwa 44% dari 670 pekerja rumah tangga asing yang disurvei menghadapi kesehatan mental yang buruk. Jumlah ini meningkat menjadi 65% pada tahun 2017.
  2. Istirahat kerja tidak ideal, jatah hari libur tidak maksimal. Bahkan, pada beberapa kasus, jatah hari libur sama sekali tidak diberikan. Semua manusia pasti memerlukan waktu istirahat yang ideal. Kerja paksa dan istirahat yang tidak memadai dapat menyebabkan masalah kesehatan fisik dan mental yang signifikan. Jika sudah seperti ini, sensitifitas seseorang akan meningkat. Hal sepele bisa menjadi hal serius. Orang sulit untuk bernalar jernih dalam menghadapi masalah sehari-hari.
  3. Merubah ekspektasi majikan dan domestic helper. Tuntutan pekerja rumah tangga asing jauh berbeda dari yang beberapa dekade yang lalu. Sebagian besar menginginkan libur setiap minggu (yang wajib, menurut Kementerian Tenaga Kerja), dan menuntut gaji yang lebih tinggi. Mereka tahu hak mereka – negara-negara seperti Indonesia, Filipina dan Myanmar telah menaikkan gaji minimum, dan bahkan mempertimbangkan untuk mengakhiri praktik pengiriman pekerja wanita ke luar negeri untuk bekerja sebagai pekerja rumah tangga. Mereka semakin terdidik – dengan banyak bahkan memiliki ijazah dan gelar akademik dari negara asal mereka. Banyak majikan yang tidak menyadari, bahkan tidak mengetahui akan perkembangan ini. Pola pikir majikan yang ketinggalan jaman. Banyak pembantu rumah tangga berharap untuk diperlakukan sebagai bagian dari keluarga, kenyataannya adalah bahwa majikan yang masih memperlakukan mereka sebagai orang luar yang bekerja di rumah mereka. Anak-anak mendengar orang dewasa dengan ceroboh menggosipkan masalah domestic helper yang mereka perkerjakan dengan sudut pandang yang superior. Praktik semacam itu menyebabkan pola pikir bos-bawahan diturunkan ke generasi muda. Arogansi akan terwarisi.
  4. Kekerasan fisik, pelecehan harga diri hingga pelecehan dan kekerasan seksual. Kerasnya kehidupan motropolis, seringkali membawa manusia pada pribadi yang kehilangan keindahan tata pergaulan. Bahasa, tata krama seringkali disingkirkan lantaran mengejar waktu. Cacian, makian, hingga bentuk pelecehan fisik seperti menampar, meludahi, sering mengisi lorong kekosongan ini. Bahkan, tak jarang, kekerasan seksual terjadi lantaran para majikan atau keluarga majikan mengalami kesepian ditengah hirup pikuk metropolitan. [Asa/Ellis]
Advertisement
Advertisement