April 27, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Agar Bisa Memperbaiki Ekonomi Dengan Menjadi PMI, Kos Beli Dump Truck Untuk Berinvestasi

3 min read

ApakabarOnline.com – Tidak semua pekerja migran asal Kabupaten Lembata bisa sukses setelah kembali ke kampung halaman. Kebanyakan mereka pergi merantau untuk tujuan membangun rumah yang layak huni dan memberi pendidikan yang layak untuk anak. Setelah tujuan tersebut tercapai, mereka kebingungan dengan sumber penghidupan ekonomi sehari-hari.

Tapi apa yang diraih oleh Kosmas Ketepe Langoday (44) lebih dari sekadar membangun rumah dan menyekolahkan anak.

Kos, biasa dia disapa, kini sukses sebagai pengusaha di tanah kelahirannya di Desa Riangbao, Kecamatan Ile Ape Kabupaten Lembata. Dia mempunyai enam unit mobil dump truk, satu unit mobil tangki air, satu unit truk kayu, dan beberapa unit motor mempekerjakan delapan orang sopir dan tujuh orang pekerja di perusahaan transportasi dan pengangkutan material yang dia beri nama CV Mo Ake Tutu.

Ditemui di Lewoleba, Kamis (09/10/2019), Kos menuturkan awal mula dia pergi ke Malaysia untuk mencari nafkah pada tahun 1992.

Kos masih duduk di bangku kelas II SMA dan dia sempat meminta uang sekolah kepada orangtuanya tetapi tidak ada lagi karena uang sudah digunakan untuk membayar sekolah kakaknya.

“Waktu itu orangtua bilang uang sudah kirim untuk kakak yang sekolah di Waiwerang (Adonara), jadi uang sudah tidak ada lagi,” tutur Kos.

Karena sudah tak punya uang untuk sekolah, Kos pun meminjam uang sebesar Rp200 ribu dari orangtua untuk pergi mencari kerja di Malaysia.

Tujuannya supaya dia bisa kembali melanjutkan sekolah lagi di kampung halaman. Selama dua tahun dia bekerja sebagai buruh bangunan di Kota Labuan Malaysia. Kemudian atas saran dari kakaknya, Stanislaus Kebesa, yang sekarang menjabat Camat Ile Ape, dan demi penghasilan yang lebih baik, bapak empat orang anak ini pun beralih profesi menjadi sopir mobil truk pengangkut material besi.

Dari pekerjaan ini, tak sampai setahun, Kos sudah bisa mengumpulkan uang sebanyak Rp12 juta. Begitu hendak kembali ke Lembata untuk melanjutkan sekolah, adik bungsunya yang sementara menuntut ilmu di Makassar meninggal dunia karena kecelakaan.

Uang tabungan yang ada pun otomatis dimanfaatkan untuk biaya pemakaman sang adik. Jadi pada tahun 1996, dia kembali ke Malaysia dan menjalani profesi yang sama lagi.

Saat itu dia tidak bekerja pada majikan lagi tetapi mobil truk itu dia sewa untuk mengangkut apa saja asalkan bisa menghasilkan uang.

“Dari situ yang saya mulai berkembang. Sebulan itu dengan kerja tanpa terima upah dari majikan lagi, kita bisa dapat 10-12 juta.”

Dia pun mulai pandai membaca peluang pekerjaan mana yang bisa hasilkan uang lebih banyak dari kampung ke kampung.

Penghasilannya pun meningkat sebanyak 20-30 juta. Dengan pendapatan yang ada, Kos pun bisa membiayai sekolah kakak dan adiknya termasuk membangun rumah di Desa Riangbao Kecamatan Ile Ape.

Tahun 2000 Kos pulang kembali ke Lembata dan sempat membeli sebuah mobil bis untuk digunakan di kampung. Bisnis transportasi bis ini tak berjalan mulus.

Dia pun kemudian kembali lagi ke Malaysia untuk membiayai kakaknya Stanis melanjutkan studi S2.

Kembali ke Lembata satu dekade silam, Kos akhirnya memulai usaha transportasi angkutan material dan memiliki sebuah perusahaan khusus angkutan material. Selain mempunyai rumah di kampung, dia juga sudah membeli satu unit rumah di Lamahora, Kota Lewoleba.

Pekerja Migran Sukses di Inggris

Cerita sukses pekerja migran asal Lembata di negeri orang juga dialami oleh pasangan suami istri Nurhayati Tukan dan Karolus Tukan.

Keduanya saat ini bekerja di Inggris tetapi dengan penghasilan yang didapat di sana, mereka punya banyak aset rumah, kos-kosan, laundry, toko roti, mobil pikap, dump truk dan beberapa bidang tanah di Kalimantan dan Lembata.

Yustinus Tukan, saudara sepupu dari Karolus, mengisahkan pada mulanya Nurhayati yang pertama kali pergi merantau ke Singapura pada tahun 1995.

Sebagaimana cerita Yustinus, Nurhayati merasa terdorong untuk merantau karena saat itu anak semata wayang mereka, Wili Tukan, yang masih kecil minta dibelikan kerupuk tetapi dia tak punya uang.

Dia pun bekerja sebagai pramusiwi (babysitter) pada majikannya berkebangsaan Inggris. Ketika majikannya itu pindah ke Inggris, Nurhayati pun turut diboyong ke sana.

Beberapa tahun berikut suaminya Karolus Tukan menyusul ke Inggris dan bekerja di sana sampai sekarang.

Menurut pengakuan Yustinus, keduanya sering pulang berlibur ke Lembata dan membantu keluarga yang ada di kampung.

Keduanya lebih banyak berinvestasi di Lembata dengan berbagai usaha sebagaimana disebutkan di atas dan dikelola oleh para kerabat keluarga.

“Mereka juga sering kirim buat orangtua di sini,” pungkasnya. [Kupang Pos]

Advertisement
Advertisement