Anak Bahagia ? Bukan Materi Sarananya
Anak tumbuh dan berkembang dalam suasana bahagia adalah keinginan semua orangtua. Namun, tahukah Anda mewujudkan bahagia bagi buah hati? Jawabnya, tidak dengan materi, tidak dengan mengabulkan semua keinginan anak maupun tidak membiarkan anak berbuat semaunya.
Hasil studi Child Happiness yang diumumkan Nestle Lactogrow pada Juli lalu menemukan fakta bahwa anak merasa bahagia saat bermain bersama orangtua. Bahkan lebih bahagia ketimbang mereka bermain dengan kakak atau adiknya. Studi tersebut juga mengungkap kenyataan lain, lebih dari 50% orangtua merasa belum cukup hadir dan terlibat dalam kegiatan bersama si kecil.
“Pada umumnya para orangtua sudah mengerti teori pentingnya mendukung anak tumbuh bahagia, seperti menghabiskan waktu yang berkualitas dengan anak. Namun pada kenyataannya banyak orangtua yang masih belum bisa memaksimalkan keterlibatan mereka bersama anak meski telah susah payah menyisihkan waktu,” beber psikolog Elizabeth Santosa dalam workshop bertema Grow Happy Parenting di Semarang, Jawa Tengah, Selasa (16/10).
Menurut psikolog yang terlibat langsung dalam studi Child Happiness tersebut, ada kondisi tertentu yang menjadikan interaksi orangtua dengan anak terhambat meski waktu berkumpul bukan lagi menjadi kendala. Tingkat stres yang tinggi dan interaksi yang intens dengan gadget adalah hambatan yang biasa terjadi di kehidupan modern saat ini.
“Hal itu membuat keterlibatan emosional menjadi tantangan baru bagi orangtua. Bagaimana bisa mendukung kebahagian anak apabila orangtuanya tidak bisa membahagiakan diri sendiri?” ujar dia.
Bagi Elizabeth orangtua yang bahagia akan menghasilkan anak yang memiliki ketahanan terhadap stres dan tantangan hidup di masa depan. Artinya anak dihasilkan melalui pola asuh orangtua yang bahagia dan terlibat dalam aktivitas anak.
“Karena itu orangtua perlu memahami tingkat kepuasan hidup dan sumber positif afektif, yakni tertawa, damai pemenuhan diri maupun negatif afektif, seperti marah, sedih dan curiga. Sehingga dapat mengajarkan anak arti bahagia sesungguhnya,” jelas dia.
Elizabeth menambahkan hadir dan terlibat dalam kegiatan anak sejatinya tidak sulit dan bisa dilakukan setiap saat. Ia mencontohkan ketika anak tengah asyik nonton film kartun SpongeBob. Yang perlu dilakukan orangtua adalah ikut nonton dan masuk ke imajinasi anak.
“Cobalah bertanya siapa saja teman-teman SpongeBob dan cirinya apa saja. Meski kita tahu jawabannya, pura-pura lah kita tidak tahu. Ketika anak menjelaskan maka interaksi terbangun sekaligus merangsang pertumbuhan kemampuan otak anak,” beber dia.
Studi Child Happiness juga mengungkap anak Indonesia berpotensi kekurangan asupan nutrisi yang seimbang yang dapat memengaruhi tumbuh kembang dan kebahagiaan anak.
Studi ini sejalan dengan hasil hasil penelitian lain yang menunjukkan kekurangan gizi pada anak Indonesia masih tinggi.
“Sangat penting bagi orangtua untuk mengetahui nutrisi seimbang, termasuk susu dengan kandungan gizi untuk melengkapi asupan nutrisi anak. Anak yang mengonsumsi makanan bergizi lengkap dan seimbang akan memiliki selera makan dan pola tidur yang baik yang dapat menunjang tumbuh dan berkembang secara optimal,” ungkap dokter spesialis anak dr Fatima Safira Alatas.
Senada disampaikan Brand Executif Nestle Lactogrow Sarastri Pramudita. “Agar anak tumbuh bahagia dibutuhkan keselarasan antara nutrisi, stimulasi dan keterlibatan orangtua dalam membangun dan memupuk kondisi grow happy. Dan Nestle Lactogrow hadir diperkaya dengan DHA, Kalsium, minyak ikan dan lactobacillus reuteri yang bermanfaat untuk tumbuh kembang anak,” tukas dia. []