April 26, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Budidaya Sayur Mayur, Agar Warga di Desa Kantong PMI di Malang, Tidak Kembali Menjadi PMI

2 min read
Budidaya Sayur Mayur di Desa Sukodono Kecamatan Dampit Kabupaten Malang (Foto Suara Indonesia)

Budidaya Sayur Mayur di Desa Sukodono Kecamatan Dampit Kabupaten Malang (Foto Suara Indonesia)

MALANG – Keinginan menjadi pekerja migran dengan segala resikonya, baik resiko bagi yang pergi bekerja maupun resiko bagi orang-orang yang ditinggalkan, seringkali menjadi nomor dua, saat tujuan ekonomi yang mendesak tertuntaskan berada didepan.

Pandemi COVID-19 yang telah berlangsung setengah tahun belakangan, membuat situasi rekrutmen, pembinaan, hingga penempatan calon pekerja migran, berhenti total. Banyak calon pekerja migran maupun pekerja migran yang kebetulan sedang cuti ke kempung halaman kehilangan harapan, bisa segera berangkat ke negara tujuan penempatan.

Kabupaten Malang, merupakan salah satu kantong pengirim pekerja migran yang rangkingnya patut diperhitungkan di Provinsi Jawa Timur.

Salah satu kawasan yang menjadi kantong pengirim pekerja migran di Kabupaten Malang adalah Desa Sukodono Kecamatan Dampit.

Di tengah kondisi pandemi yang tak kunjung usai, muncul kebangkitan untuk mandiri dalam ketangguhan pangan di Desa Sukodono, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang.

Mengutip Suara Indonesia, warga di desa ini beramai-ramai menanam aneka komoditi selain kopi dan salak, yakni sayur mayur.

“Kami berupaya agar ketahanan pangan di wilayah sini bisa terwujudkan apalagi saat pandemi seperti sekarang ini,” tandas Heri, anggota Aliansi Petani Indonesia (API) Dusun Wonosari, Desa Sukodono, Jumat (18/09/2020).

Heri menuturkan, pihaknya masih butuh dukungan pemerintah kabupaten untuk bisa memajukan potensi dan pemberdayaan kepada warga.

Menurutnya, saat ini jumlah penggiat pertanian keluarga jumlahnya masih mencapai puluhan orang yang didominasi kalangan ibu-ibu.

Jumlah yang sedikit ini menurut Heri diakibatkan dari adanya minat pemuda dan warga yang masih menginginkan bekerja diluar desa.

Heri menjelaskan pihaknya ingin mandiri dan berdikari di wilayah sendiri, semisal dalam pemenuhan kebutuhan pangan sehari-hari. Dirinya saat ini fokus untuk membina warga perempuan di lingkup RT di kampungnya.

Dalam pembinaan itu, dia menemui kendala membangkitkan minat bertani pada remaja, dalam hal pola komunikasi yang tepat dan mudah diterima.

Sementara terkait bahan baku, seperti pupuk, Heri tidak menemui kendala karena pihaknya memanfaatkan bahan organik.

Berbagai komoditi ditanam meliputi Kopi, Selada air, Salak dan Pisang.

“Kami selain dibina oleh API juga oleh akademisi dari UB,” ujar Heri.

Heri memaparkan, pihaknya berharap agar perempuan punya penghasilan untuk membantu ekonomi keluarga.

“Dan yang penting perempuan atau warga disini sudah tidak mempunyai niat untuk kerja keluar daerah. Lebih baik memaksimalkan potensi disini sendiri,” imbuh Heri.

Sekilas gambaran, Heri menjelaskan jika ada sebanyak 60 persen warga di desanya masih kerap kali menginginkan bisa bekerja menjadi PMI (pekerja migran Indonesia).

“Doakan semoga pemberdayaan ibu-ibu disini untuk menanam sayur bisa semakin berkembang dan maju. Sehingga ketahanan pangan terwujud meski kondisi pandemi,” jelas Heri mengakhiri. []

Advertisement
Advertisement