April 26, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Investasi Emas, Ternyata Lebih Mujur Ketimbang Valas

3 min read

Harga emas batangan milik PT Aneka Tambang Tbk (Antam) hari ini, Kamis (26/7/2018), sedang mengkilau. Menyisir indeks yang disediakan logammulia.com, harga jualnya mencapai Rp647.000 per gram atau naik Rp6.000 dibandingkan hari kemarin.

Demikian pula dengan harga pembelian kembali atau buyback yang naik menjadi Rp8.000 menjadi Rp576.000 per gram. Artinya, jika Anda ingin menjual emas, maka Antam bakal menebusnya dengan harga tersebut.

VIVA.co.iid bahkan memberi judul “Peluang jual emas, harga pembelian Kamis ini kinclong” pada laporan harga emas yang dibuatnya hari ini.

Penguatan yang sama juga berlaku untuk nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ($). Jelang penutupan hari ini, rupiah kembali menguat ke posisi 14.468 untuk tiap $1-nya.

Sudah dua hari rupiah berada di posisi yang membuat para penyimpan dolar tersenyum lantaran nilai jual ini adalah yang tertinggi sejak September 2015. Bloomberg Index menyebut saat itu rupiah berada di posisi 14.693 per dolar AS.

Sebagai mata uang yang populer, dolar AS memang paling banyak dijadikan alat perdagangan, mulai dari individu hingga antarnegara.

Bukan hanya itu, nilai tukarnya yang lebih dominan ketimbang rupiah membuat sebagian orang memilih mata uang Negeri Paman Sam ini sebagai salah satu instrumen investasi.

Tapi, jika dibandingkan dengan alat instrumen yang dibahas pada kalimat pembuka, berinvestasi di dolar AS sepertinya menjadi tidak terlalu menggiurkan.

Mari kita buktikan dengan membandingkan nilai emas dan dolar AS sepanjang periode 1998-2017.

Lokadata Beritagar.id membuat simulasi dengan menggunakan upah minimum regional (UMR) Jakarta pada tahun 1998 sebagai acuannya. Tentu saja, simulasi ini sudah memperhitungkan tingkat inflasi dan faktor-faktor yang memengaruhi lainnya.

Ketika itu, satu kali UMR Jakarta bisa ditukar dengan 2,3 gram emas batangan yang dipatok dengan harga Rp84.511 per gram. Sementara, jika menukarnya dengan valuta asing (valas), maka akan mendapatkan nilai sekitar $24,7 (dengan nilai kurs tengah Rp8.025 per dolar AS).

Lalu, simpan 2,3 gram emas dan uang $24,7 itu sampai 2017 dan bandingkan modal balik yang didapat.

Pada tahun 2017, harga yang bisa didapat dari menukar 2,3 gram emas adalah sekitar Rp1.232.865, karena nilai per gramnya sudah mencapai Rp524.000. Sedangkan untuk dolar AS, rupiah yang didapat untuk $24,7 adalah sekitar Rp335.113, karena nilai $1 saat itu setara dengan Rp13.546.

Jika melihat simulasi tadi, memang jelas terlihat bahwa emas lebih menguntungkan. Berbeda dengan nilai tukar valas, emas lebih tangguh terhadap inflasi maupun kebijakan pemerintah.

Artinya, seperti apapun keputusan yang dibuat pemerintah, harga emas akan cenderung stabil dan bahkan terus naik seperti biasa. Karena, harga emas akan berpatokan pada nilai yang ditetapkan secara universal.

Selain itu, sebagai salah satu hasil bumi yang suatu saat akan habis, membuat emas menjadi barang incaran oleh banyak orang.

Andreas Ismar, jurnalis ekonomi yang juga menekuni jasa konsultasi keuangan berpendapat, emas adalah salah satu instrumen investasi yang bisa menjaga nilai.

“Contohnya begini, satu gram emas zaman dulu bisa buat beli kambing. Saat ini, ya tetap sama,” kata Ismar kepada Beritagar.id, Kamis (26/7/2018).

Sudah begitu, berinvestasi emas bagi pekerja kelas menengah jauh lebih mudah dan terjangkau. Memiliki emas tidak perlu langsung berkeping-keping layaknya Paman Gober dalam cerita Donald Bebek.

Pekerja bisa mencicil emas batangan dengan nilai terendahnya, 1 gram per bulan misalnya. Bahkan, saat ini disediakan cara pembelian emas melalui tabungan emas Pegadaian.

“Menjualnya juga mudah (liquid). Bisa di toko emas, langsung ke Antam atau ke pegadaian,” sambung Andreas.

Meski begitu, Andreas mengingatkan untuk berhati-hati, pasalnya investasi emas juga memiliki kekurangan.

Menyimpan emas batangan dalam jumlah banyak akan bersinggungan dengan risiko keamanannya. “Repotnya, jika punya emas batangan dalam jumlah banyak, menyimpannya di mana? Kalau tahu-tahu kemalingan kan gak lucu,,” tutur Andreas.

Kendati saat ini sudah banyak layanan penyimpanan barang berharga seperti safe deposit box (SDB) atau dititipkan melalui Pegadaian, namun hal tersebut memerlukan biaya tambahan, baik untuk ongkos penyimpanan maupun perawatannya.

Pegadaian misalnya, harga yang dipatok untuk “menitipkan” 100 gram emas per bulan adalah Rp20.000. Jadi, jika Anda memiliki 1 kilogram emas, maka ada biaya Rp200.000 yang harus Anda sisihkan untuk menjaga simpanan itu.

Alhasil, bagi sebagian orang berinvestasi emas dalam jumlah banyak menjadi tidak fleksibel.

Kebalikannya, valas lebih mudah disimpan dalam bentuk-bentuk lain seperti giro, vessel, asuransi, forex, dan sebagainya. Tapi tentu saja, nilai keuntungan dari investasinya tidak akan sestabil emas.

“Jika sudah mahir berinvestasi, sebaiknya selain menabung emas bisa mencoba investasi lain seperti pasar uang, saham, reksadana, ORI, Sukuk, atau yang lain,” tukas Andreas. [Nirmala]

Advertisement
Advertisement