April 27, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Membedah “Nada” Religius Dari Makna Lagu-Lagu Dewa

4 min read

Hablum minallah dan hablum minannaas disuarakan lewat lirik-lirik yang terdengar nge–pop dan nge-rock. Inilah bentuk sedekah musisi yang sempat tergugat.

Lewat media massa, pentolan grup musik Dewa Ahmad Dhani Prasetyo, pernah mengungkapkan, lirik-lirik lagu dalam album Laskar Cinta memuat dengan kental luapan cinta kepada Sang Khalik. Ini diakuinya juga sebagai usaha untuk melakukan ”sedekah” bagi-Nya.

Dhani lantas mengemukakan muatan religius pada lagu-lagu Pangeran Cinta, Satu, dan  Hadapi dengan Senyuman. Tak ketinggalan ia menyebut lagu spiritual ciptaannya, Jika Surga dan Neraka Tak Pernah Ada, yang dibawakannya bersama Chrisye.

Penjelasan Dhani tentang religiusitas lagu-lagu Dewa, tak berlebihan. Selama ini ia berupaya menjawab tantangan ‘’guru’’ sufi-nya, Jalaluddin Rumi, yang pernah mengatakan, ‘’Sangat tidak gampang untuk menjelaskan hakikat kehidupan kepada khalayak awam, karena tingkat pengetahuan mereka belum memadai.’’

Suami Mulan Jameela coba mengemas nafas spiritual dalam lirik yang berbicara tentang hubungan manusia dengan Tuhan, sesama manusia (lawan jenis, penguasa, budaya), dan dengan alam. Syair bertema keyakinan dan falsafah hidup karya Dhani, juga banyak dipengaruhi syair-syair Rumi yang terukir dalam Kitab Mastnawi, Fihi ma Fihi, Maktubat dan Diwani Syamsi Tabrizi.

Tidak ada cinta sejati, kecuali cinta Allah dan Rasulullah. Begitu pesan Dewa dalam Arjuna (Album Cintailah Cinta): /Tapi … semakin jauhku mencari cinta/Semakin aku tak mengerti… /Mungkin kutemui cinta sejati/Saat aku hembuskan nafas terakhirku/ Mungkin cinta sejati memang tak ada/ Dalam cerita kehidupan ini/.

Seruan ini diulangi dalam Pangeran Cinta (album Laskar Cinta): /Detik-detik berganti dengan detik/Menitpun silih berganti/ Hari-haripun terus berganti/ Bulan-bulan juga terus berganti/Jaman-jamanpun terus berubah/Hidup ini juga pasti mati/Semua ini pasti akan musnah/Tetapi tidak cintaku padamu/Karena aku sang pangeran cinta…

Bila cinta antara hamba dan Tuhannya sudah menyatu, terjadilah persenyawaan cinta sehingga laku hamba juga laku Tuhan. Demikian pesan dalam Satu: /Dengan tanganmu aku menyentuh/Dengan kakimu aku berjalan/Dengan matamu aku memandang/Dengan telingamu aku mendengar/ Dengan lidahmu aku bicara/Dengan hatimu aku merasa/.

Ketika seseorang mencapai maqam keimanan itu, maka segalanya akan ringan baginya. Inilah yang disebut Rasulullah sebagai keajaiban kaum beriman, yaitu tetap bersyukur di kala suka maupun duka. Dewa pun bersenandung: /Hadapi dengan senyuman/Semua yang terjadi/Biar terjadi/Hadapi dengan tenang jiwa/Semua kan baik-baik saja/Bila ketetapan Tuhan/Sudah ditetapkan/Tetaplah sudah/Tak ada yang bisa merubah/Dan takkan bisa berubah/Relakanlah saja ini/Bahwa semua yang terbaik/Terbaik untuk kita semua/Menyerahlah untuk menang/.

Sebab, Dewa melanjutkan: /Hidup adalah Perjuangan/Kegagalan hari ini bukanlah berarti kegagalan esok hari/Hidup adalah perjuangan tanpa henti-henti/Usah kau menangisi hari kemarin/.

 

 

 

Hedonisme

Di album ke-3, Terbaik Terbaik (1995), Dewa menyuarakan pesan moral antara lain lewat Cukup Siti Nurbaya dan Jangan Pernah Mencoba. Keduanya mengajak kaum ABG untuk tidak larut dalam hedonisme nafsu, material maupun seksual.

/Katakan pada Mama/Cinta bukan hanya harta dan tahta/Pastikan pada semua/Hanya cinta yang sejukkan dunia/ (Cukup Siti Nurbaya).

Hapuskan semua gairah yang ada/Buang gejolak hasrat mencoba/Belum pasti dia untukmu/Jangan sampai ada airmata/Dari lelaki yang pasti/Mendampingimu untuk selamanya/ (Jangan Pernah Mencoba).

 

Menjual Ayat

Seperti Iwan Fals, Dewa cukup rajin menyuarakan nada sumbang sosial-politik. Dalam Bukan Rahasia misalnya, Dhani tampak ‘’ngotot’’ menghadirkan sebait kritik bahwa penguasa suka menipu rakyat. Padahal, lagu ini secara keseluruhan bertema cinta remaja.

Dhani yang memuja Gus Dur, juga mengkritik politisasi agama lewat lagu Atas Nama Cinta. Di dalamnya ia menyitir peringatan Allah Swt dalam Al Qur’an agar manusia tidak menjual ayat-ayat Tuhan dengan harga murah.

/…Begitu mudah mulutmu berkata/Atas namakan Tuhan/Demi kepentinganmu/Atas nama… cinta saja/Jangan bawa… nama Tuhan/Apapun cara kau tempuh/Untuk dapatkan yang kau mau/Meski kau harus jual murah/Ayat-ayat suci Tuhan/.

Tak cukup dengan bendera Dewa, Ahmad Dhani pun menggeber kritik dalam syair Ahmad Band yang dibentuknya bersama Andra Ramadhan. Dalam Distorsi, Dhani menumpahkan kemuakan pada perilaku hipokrit. Teriak Dhani: /Maunya selalu menegakkan keadilan/Tapi masih saja ada sisa hukum rimba/Ada yang coba-coba sadarkan penguasa/Tapi sayang yang coba sadarkan/Sadar aja nggak pernah/..Setiap hari mabuk…./Ngoceh soal politik/Setiap hari korup/Ngoceh soal krisis ekonomi/Perut kekenyangan bahas soal kelaparan/Kapitalis sejati malah ngomongin soal keadilan sosial/.

 

Ghazali vs Barat

Menggandeng Andra dan Once, Ahmad Dhani menggemakan keilahian dan perlawanan terhadap peradaban Barat yang sesat dalam album mini Kuldesak. Album yang memuat 4 lagu ciamik ini mendapat penghargaan tingkat Asia, dan dinobatkan Majalah Asiaweek sebagai The hot album of the year.

Kembali ke Timur menyuarakan perlawanan terhadap kejahiliyahan Barat. /Sejatinya jiwa tak mati dimakan zaman/Kembali ke Timur/Bukan Barat yang selalu dituju/Pemadat dijadikan panutan/Bukan Al Ghazali/Ideologi setan disebarkan/ Menghimpun massa yang lapar/Datanglah sebagai dirimu bawa nilai/Rasa nurani yang hilang tuntaskan hati/Datanglah sebagai dirimu/Timur yang selalu dituju/.

Kesadaran kembali ke kiblat hakiki itu merupakan buah kepasrahan kepada Tuhan setelah dalam hidup menemui jalan buntu alias Kuldesak: /Aku bagai buih di laut biru/Tersapu ombak terhempas badai/Aku bagai debu di padang pasir/Terseret angin terbakar panas/Tolonglah Tuhan beri petunjukMu/Jalan yang benar menuju jalan-Mu/Agar tak tersesat di persimpangan jalan/. [Nurbowo]

Advertisement
Advertisement