April 20, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Nenek Meninggal Dunia, Sepuluh Tahun Ibu di Hong Kong Tidak Ada Kabarnya, Arif yang Kini Sebatangkara Menjadi Pemulung Untuk Menyambung Hidupnya

3 min read

SOLO – “Selain foto-foto ini, saya itu belum pernah melihat ibu, jadi kalau disuruh menceritakan seperti apa ibu saya, saya tidak tahu. Ya ini (sambil menunjuk beberapa foto) ibu saya. Namanya Nur Saini” tutur Arif Budi Santoso saat mengawali percakapan dengan ApakabarOnline.com.

Arif sapaan akrab bocah yang saat ini sedang menempuh masa – masa terakhirnya di bangku Sekolah Dasar merupakan anak dari Nur Saini, seorang pekerja migran Indonesia asal Dusun Kerjo Desa Waduk Kecamatan Ngadirojo Wonogiri yang sudah sepuluh tahun lamanya tidak pernah menghubungi keluarga.

Sepuluh tahun yang lalu, persisnya di tahun 2009 awal, saat Arif baru berusia dua tahun, Nur Saini berpamitan kepada ibunya sembari menitipkan Arif agar diasuh lantaran dirinya akan kembali bekerja ke Hong Kong.

Setahun setelah Nursaini berada di Hong Kong, salah seorang temannya yang sedang cuti sempat membawakan pakaian untuk Arif dan neneknya berikut beberapa bungkus oleh oleh lain. Sebelum menitipkan barang tersebut.

“Bajunya masih tak simpan om. Itu pemberian ibu pertama kalinya selama di Hong kong dan sampai sekarang belum pernah lagi dikirimi. “ tutur Arif.

Saat ApakabarOnline.com menanyakan dimana bapaknya, Arif dengan suara serak menjawab “saya ini lahir diluar nikah om katanya, jadi bapak saya siapa, saya juga tidak tahu, ibu tidak pernah mau cerita” jelas Arif.

Sartono, tetangga sekaligus masih memiliki hubungan kerabat dengan Nur Saini menuturkan, sejak kedatangan temannya membawakan titipan dari Hong Kong hingga sekarang, Nur Saini tak pernah ada kabarnya lagi.

“Sebelum ngirim barang, dia pernah ngirim uang dua kali. Setelah itu tidak pernah lagi ada kabarnya sampai sekarang. “ tutur Sartono.

Kondisi dibawah bayang-bayang ketidak pastian Nur Saini tentu menjadi hal yang teramat berat bagi batin mbah Lendru ibunda Nur Saini sekaligus nenek dari Arif. Antara harapan mendapat perhatian, dengan kenyataan beratnya hidup di kampung halaman dengan segala keterbatasan, membuat nenek Arif berujung sakit saat teringat dan terpikirkan nasib Nur Saini.

Dan dua tahun yang lalu, saat Arif akan naik ke bangku kelas lima SD, nenek Arif pergi untuk selamanya, berpulang menghadap Illahi Rabbi.

Beruntung, Arif, meskipun menjadi anak semata wayang dan menjadi cucu satu-satunya sekaligus cucu kesayangan, tidak pernah didik manja sejak kecil. Arif terbiasa belajar mandiri. Terlebih mata pencaharian mbah Lendru menjadi seorang pemulung.

Tempat pembuangan akhir (TPA) sampah di  Ngadirojo Wonogiri menjadi ladang sekaligus sumber kehidupan utama mereka sehari-hari.

Bahkan hingga saat ini, keseharian Arif tetaplah mengais dan memilah sampah mencari sebongkah rupiah diantara sengatan racun cairan lindi dan pekatnya asap pembakaran setiap hari.

Tak sekedar untuk menyambung hidup, kegiatan Arif di lokasi TPA juga sekaligus untuk membangun masa depannya. Bagaimana tidak, kepada ApakabarOnline.com, arif mengaku selain untuk biasa makan, kebutuhan sekolah saat ini, Arif juga mengaku menabung untuk persiapan masuk SMP nanti.

Besar harapan Arif, dengan ditayangkannya kondisi Arif di ApakabarOnline.com akan sampai di depan Nur Saini sekaligus besar pula harapan Arif agar Nursaini pulang ke Wonogiri. Arif mengharap dengan bantuan pembaca, kabar pencarian ibunya akan segera menemukan jawaban.

Melalui ApakabarOnline.com, Arif menitipkan pesan untuk Nur Saini ibunya. Berikut petikannya :

Ibu, kenapa ibu ke Hong Kong tidak pulang-pulang ? Arif dan nenek bingung menunggu surat dari ibu. Apa nenek atau Arif punya salah pada ibu ?

Nenek sampai sakit bu, mikir ibu tidak ada kabarnya. Setiap hari nenek kerja, mulung di TPA, hasilnya dijual untuk makan dan untuk kebutuhan Arif sekolah, beli sepatu, beli tas, beli sepeda. Ibu kenapa gak peduli kami ?

Ibu, Arif sekarang sendiri, cari makan harus kerja sendiri, rapot sekolah tidak ada yang mengambilkan karena tidak punya wali murid lagi. Nenek sudah meninggal Bu… (kalimat Arif terhenti oleh tangisnya)

Arif tidak mau sunat kalau tidak dianter dan ditunggu ibu. Ibu pulang ya, Arif kangen ibu.” []

Advertisement
Advertisement