April 27, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Rabu 28 Januari, Korban Meninggal 132 Orang, Terinfeksi Corona 5.974 Orang

3 min read

HONG KONG – Jumlah korban kematian dari virus corona baru di China naik tajam menjadi 132 orang pada hari Rabu (28/1/2020), dengan hampir 1.500 kasus baru. Kondisi ini semakin memberikan tekanan kepada Beijing agar segera mengendalikan penyebaran penyakit ini.

Mengutip kantor berita Xinhua, Komisi Kesehatan Nasional China pada hari Rabu mengatakan jumlah total kematian akibat virus corona bertambah 26 orang pada hari Selasa menjadi 132, sementara jumlah kasus yang dikonfirmasi naik 1.459 menjadi 5.974.

Kasus-kasus baru juga dilaporkan di seluruh dunia, termasuk Jerman di mana empat orang dari perusahaan yang sama terinfeksi setelah salah satu dari mereka tertular oleh seorang kolega ketika mengunjungi tempat kerja mereka di China.

Kasus-kasus Jerman meningkatkan kekhawatiran tentang penyebaran virus dari manusia ke manusia yang dapat ditularkan dalam bentuk tetesan cairan akibat batuk dan bersin. Virus ini memiliki masa inkubasi hingga 14 hari.

Dikenal sebagai “2019-nCoV”, coronavirus yang baru diidentifikasi muncul akhir tahun lalu di Wuhan, pusat transportasi utama dan ibukota provinsi Hubei pusat dengan populasi 11 juta orang.

Sejak itu, China telah bergerak untuk mengisolasi sebagian besar provinsi Hubei, dengan populasi yang hampir sama dengan Italia, untuk menahan epidemi tersebut. Sebagian besar kematian yang dikonfirmasi dan pasien dari wabah tersebut berasal dari Hubei.

Otoritas kesehatan China percaya virus itu berasal dari hewan dan menuding pasar makanan laut di Wuhan sebagai sumber virus di mana satwa liar diperdagangkan secara ilegal.

Virus ini telah menyebar ke lebih dari selusin negara dan kasus-kasus seperti yang terjadi di Jerman menunjukkan penyebaran melalui kontak manusia dan tidak hanya melalui pelancong dari China.

Para ahli mengatakan masih terlalu dini untuk mengetahui berapa angka kematiannya, karena ada banyak kasus penyakit ringan yang tidak terdeteksi.

“Virus itu iblis dan kita tidak bisa membiarkan iblis bersembunyi,” kata televisi pemerintah mengutip pernyataan Presiden China Xi Jinping dalam pertemuan dengan Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus di Beijing pada hari Selasa.

“China akan memperkuat kerja sama internasional dan menyambut partisipasi WHO dalam pencegahan virus … China yakin akan memenangkan pertempuran melawan virus itu.”

Namun, jaminan China gagal menenangkan investor, dan otoritas kesehatan di seluruh dunia terus meningkatkan upaya untuk menghentikan penyebaran virus di wilayah mereka.

Amerika Serikat mengatakan sedang memperluas pemeriksaan kedatangan dari China dari lima menjadi 20 bandara dan akan mempertimbangkan untuk memaksakan pembatasan perjalanan lebih lanjut.

“Semua opsi untuk menangani penyebaran penyakit menular harus ada di atas meja, termasuk pembatasan perjalanan,” kata Menteri Kesehatan AS Alex Azar.

Dari Prancis hingga Jepang, pemerintah mengorganisir evakuasi. Sementara Hong Kong berencana untuk menangguhkan hubungan kereta api dan feri dengan daratan. United Airlines mengatakan pihaknya menangguhkan beberapa penerbangan antara Amerika Serikat dan China selama seminggu mulai 1 Februari karena “penurunan permintaan yang signifikan.”

Kedutaan Besar AS di Beijing mengatakan sebuah pesawat carteran akan menjemput staf konsulernya pada hari Rabu. Komisi Eropa mengatakan akan membantu mendanai dua pesawat untuk menerbangkan warga negara Uni Eropa pulang, dengan 250 warga negara Perancis berangkat pada penerbangan pertama.

Pertimbangan AS

Seiring terus meningkatnya jumlah korban, pejabat AS mengatakan Gedung Putih  mempertimbangkan untuk menangguhkan semua penerbangan ke negara itu.

Melansir Reuters, Gedung Putih mengadakan pertemuan harian tentang wabah dan pemantauan penerbangan China-AS sebagai kemungkinan sumber infeksi. Hal itu diungkapkan oleh salah seorang sumber Reuters yang mengetahui detail mengenai permasalahan ini.

Dua pejabat AS yang menjadi sumber Reuters mengatakan, pemerintah belum mengambil opsi apa pun, termasuk larangan sementara penerbangan, kecuali jika data kesehatan masyarakat yang mendukung langkah tersebut.

Kekhawatiran akan penyebaran virus telah mendorong maskapai penerbangan di seluruh dunia untuk mengurangi penerbangan ke China dan perusahaan global untuk membatasi perjalanan karyawan ke negara itu. Sementara, seluruh sektor mulai pertambangan hingga barang-barang mewah telah terguncang oleh kekhawatiran akan anjloknya pertumbuhan ekonomi global akibat kasus pandemi. []

Advertisement
Advertisement