April 25, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Satu Setengah Tahun Mas Agus Menghilang di Hong Kong, Eni Nyaris Mengugurkan Kandungan

4 min read

SOLO – “Semenjak saya kabari kalau saya hamil, Mas Agus seperti kaget dan aneh suaranya saat ngobrol dengan saya. Bukannya mengucapkan Alhamdulilah atau ucapan gembira lain, tapi hanya iya gitu aja. Terus Setelah itu, saat usia kandungan masuk  bulan kedua, sudah tidak ada lagi kabarnya sampai sekarang anaknya  sudah lima bulan. “ terang Eni Wahyuni saat berbincang-bincang dengan Apakabar pada Senin (02/09/2019) kemarin.

Eni sapaan akrabnya merupakan istri dari Agus Mulyono, seorang pekerja migran Indonesia di Hong Kong. Eni, sebelumnya juga merupakan seorang pekerja migran Indonesia di Hong Kong . Namun setelah menikah dan menginginkan memiliki anak, sang suami selesai mendapatkan kontrak baru dan pindah majikan dari Yuen Long ke Sha Tin menjadi tidak bisa dihubungi lagi sejak satu setengah tahun lalu.

Tentu hal tersebut menjadi pukulan berat buat Eni, terlebih lagi, awal ketiadaan komunikasi saat Eni mengandung anak mereka.  Kepada ApakabarOnline.com, Eni mengaku pernah nyaris akan mengugurkan kandungannya, namun niat tersebut dia urungkan saat dia tersadar dengan rencana kejamnya.

“Dulu saya hampir mauu menggugurkan kandungan mas. Pas usia kandungan sudah lima bulan. Tapi Alhamdulilah, saya diberi pepeling Allah SWT kalau itu bisikan setan, itu kejam, yang mau kamu bunuh itu darah dagingmu sendiri. “ akunya.

“Saya sih sudah tidak se-setres dulu pas masih awal ditinggal, sekarang saya bisa tenang. Hanya saja rasa sakit dan kecewa tentu belum bisa hilang. Bayangkan saja mas, saya yang dalam kondisi hamil, suami dikabari malah seolah gak peduli, dan memang benar-benar gak peduli, padahal ini juga anak-anak dia sendiri, yang saya kandung dan saya lahirkan ini anak kami, bukan anak orang lain. “ imbuh Eni.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, bahkan sejak masa kehamilannya, Eni hanya bisa menghabiskan sisa tabungan di rekeningnya semasa masih bekerja di Hong Kong. Namun, pelan tapi pasti, tentu isi saldo rekening lama kelamaan akan habis juga. Beruntung, kedua orang tua dan mertua Eni sangat peduli dengan kondisi yang dialaminya.

Terlebih lagi, saat proses persalinan, Eni harus melewatinya dengan operasi sesar, yang otomatis memerlukan biya besar. Biaya perawatan selama kehamilan, biaya pasca persalinan, biaya untuk belanja kebutuhan bayi mulai dari ranjang, pakaian, maupun perlengkapan lain, Eni harus seorang diri memikirkan.

“Saya bersyukur, bayi yang saya kandung bisa lahir dengan selamat meskipun harus operasi. Dan saya juga sangat bersyukur, sampai saat ini semua kebutuhan bayi terpenuhi tidak kurang suatu apapun. Alhamdulilah juga, bayi ini sehat walafiat, dan semoga seterusnya juga sehat wal afiat. Pokoknya saya mati-matian menjaga dan memastikan bayi saya tidak terlantar seperti nasib ibunya yang diterlantarkan bapaknya. “ tuturnya.

Warga jalan Suryo Utomo  Desa/Kecamatan Nguter Sukoharjo Jawa Tengah  ini  berharap sekali akan bantuan pembaca ApakabarOnline.com agar menyampaikan pesan dia untuk Agus Mulyono di Hong Kong.

“Saya berharap mas Agus baca ini, atau kalau ada teman-teman yang membaca dan mengetahui dimana mas Agus, saya minta tolong banget, untuk disampaikan, disuruh menghubungi istrinya. “ pinta Eni.

Bukan hanya permasalahan nafkah materi yang Eni harapkan, namun komunikasi dan peran Agus sebagai suami dan sebagai ayah dari bayi perempuan yang sekarang sedang Eni asuh seorang diri tentu menjadi hal yang lebih penting bagi keduanya saat ini dan untuk saat yang akan datang.

Berikut petikan pesan Eni yang sudah kami sensor :

“Mas Agus, apakah mas Agus sedang menghadapi masalah ? Kenapa sejak pindah ke Sha Tin dan setelah tahu aku hamil anakmu, mas Agus malah tidak pernah menghubungi lagi, ganti nomer dan menghilang sampai sekarang ? Kenapa mas ? Apa salahku ?

Mas, sampai dengan detik ini, meskipun aku merasakan sakit dan kecewa dengan yang sudah kamu lakukan padaku istrimu, pada anakmu sejak dalam kandungan, namun aku selalu berusaha berprasangka baik, mendoakan yang baik-baik agar yang terjadi padamu, suamiku, selalu baik-baik saja.

Aku paham mas, sebagai laki-laki, godaan di Hong Kong itu sangat besar dan berat. Masih ada aku saja kamu sering digoda perempuan meskipun sepengetahuanku saat itu mas Agus tetap memilih untuk tidak tergoda, tapi tidak tahu sekarang.

Mas, salah satu kewajiban seorang ayah terhadap anaknya adalah melahfadzkan adzan dan iqamah saat anak baru lahir. Aku paham mas kamu tidak bisa melakukan karrena kamu jauh di negeri seberang. Namun kewajiban memberi nama yang baik untuk anak, kenapa tidak kamu lakukan sampai sekarang ?

Mas Agus, mohon maaf, karena aku ingin anak kita bernama, aku setelah meminta pertimbangan kedua orang tuaku dan kedua orang tuamu serta keluarga besar kita, akhirnya anak kita ini diberi nama Iftifaya Aulia Rizka Mulyana, panggilannya Ita.

Mas, apakah sampai saat ini mas Agus tidak ingin mengetahui kabar Ita putri pertamamu ?

Mas, tolong, aku memohon, hubungi kami, jangan terlantarkan kami, baik secara lahir maupun batin.

Apa yang mas Agus lakukan saat ini sejatinmya bukan hanya menciderai perasaanku dan putrimu, tappi juga perasaan kedua orang tuamu sendiri. Ibumu, perempuan yang mengandung dan melahirkanmu saja sampai sakit-sakitan memikirkan kelakuanmu mas. Ingat keluarga ya mas, ingat anak istri, ingat orang tua. Hubungi kami atau pulang segera. “ [AA Syifa’i SA]

Advertisement
Advertisement