April 19, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Teladan Berharga Nabi Sulaiman, Dianugerahi Kekayaan dan Kerajaan Namun Tak Pernah Pongah Hingga Lupa Daratan

2 min read

ApakabarOnline.com – Manusia ialah makhluk yang Allah muliakan. Secara spesifik, bentuk kemuliaan tersebut adalah eksistensi ma nusia di planet bumi ini. Manusia juga diberikan keutamaan-keutamaan tertentu atas kebanyakan makhlukNya yang lain (QS al-Isra [17]: 70).

Nabi Sulaiman AS adalah salah seorang nabi yang diberikan kelebihan oleh Allah SWT kemampuan berkomunikasi dengan bangsa burung, angin dan bangsa jin tunduk ke padanya, dan anugerah kerajaan yang sangat besar. Di kala Sulaiman memohon ampunan dan kerajaan, Allah mengabulkan permohonannya.

“Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh siapa pun setelahku, sungguh Engkau Yang Maha Pemberi.” (QS Shad [37]:35).

Dari sekian nikmat itu, nikmat terbesar yang Allah anugerahkan kepadanya yaitu nikmat syukur. Itulah nikmat di atas nikmat yang sering kali luput dari perhatian kebanyakan manusia, bahkan melupakannya.

Ketika singgasana kerajaan sudah ada di dekatnya sebelum mata berkedip, beliau pun langsung membuat pernyataan sikap keimanannya, bahwa nikmat singgasana itu merupakan karunia dari Tuhannya. Sekaligus juga menyadari bahwa nikmat itu sebagai bentuk ujian untuk dirinya.

Siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri. Namun, siapa yang ingkar, maka sesungguh nya Allah Mahakaya dan Mulia (QS an-Naml [27]:40). Beliau memohon kepada Allah agar diberikan ilham untuk tetap mensyukuri nikmat yang Allah berikan kepadanya dan kepada kedua orang tuanya.

Beliau juga memohon supaya diberikan ilham untuk mengerjakan kebajikan (amal saleh) yang Allah ridhai. Serta bermunajat agar dirinya dimasukkan ke dalam golongan hamba Allah yang saleh dengan rahmat-Nya (QS an-Naml [27]:19).

Walhasil, dari kisah Nabi Sulaiman ini banyak hikmah dan pelajaran berharga untuk dipegang dan diamalkan. Pertama, kemuliaan dengan ragam nikmat hendaklah diyakini merupa kan pemberian Allah SWT. Kedua, pada saat manusia men capai nikmat tertentu, hendaklah disa dari bahwa itu sebagai ujian— apakah dia bersyukur atau kufur.

Ketiga, ekspresi terima kasih kepada orang lain yang menolong merupakan sifat mulia dan terpuji. Seseorang tidak dikatakan bersyukur kepada Allah jika tidak berterima ka sih kepada manusia (HR Abu Dawud).

Keempat, energi doa dan ilmu sangat penting untuk menjadi pribadi yang bersyukur. Kelima, menguatkan karakter diri kita agar menjadi hamba Allah yang bersyukur. Menjaga dan me ningkatkan kualitas iman dan amal saleh bersungguh-sungguh. []

Advertisement
Advertisement