25 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Berstatus Zona Merah
SEMARANG – Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menyebut ada penambahan jumlah kabupaten di Jateng yang masuk zona merah covid-19. Atas kondisi itu, ia pun mengambil langkah strategis terkait penanganan Covid-19 di daerahnya.
Ia meminta, kebijakan mikro lockdown diberlakukan ketat, dan menyetop acara yang menimbulkan kerumunan, menyusul bertambahnya zona merah penularan Covid-19 menjadi 25 wilayah sejak 28 Juni 2021.
Hal itu dikatakan Ganjar, seusai memimpin rapat penanganan Covid-19, di kantornya, kemarin. Menurutnya, langkah tegas itu diambil untuk melindungi warganya.
“Jadi ada 25 zona merah kabupaten, ini serius buat Jawa Tengah. Saya minta seluruh RT (Rukun Tetangga) yang merah lockdown. Seluruh kegiatan keramaian tidak ada (ditiadakan). Kalau nekat, saya minta dibubarkan. Sebentar lagi kita akan kirimkan instruksi kepada daerah, sehingga kita bisa lindungi orang-orang tercinta kita,” tegasnya.
Ganjar mengungkap total ada 25 wilayah yang menjadi zona merah penularan Covid-19 di Jateng.
Kabupaten kota itu adalah Grobogan, Demak, Jepara, Kota Semarang, Pati, Pemalang, Pekalongan, Sragen, Kebumen, Rembang, Wonogiri, Brebes dan Kendal.
Kemudian Batang, Kabupaten Semarang, Karanganyar, Purworejo, Kudus, Blora, Kota Pekalongan, Banjarnegara, Cilacap, Tegal, Sukoharjo, dan Magelang.
Untuk itu, gubernur meminta keterpaduan langkah di antara bupati dan wali kota yang ada dalam satu area.
“Sekarang perintah. Maka akan saya buatkan instruksi, mudah-mudahan nanti malam selesai. Saya sudah sampaikan ke bupati dan wali kota, di satu area harus seragam. Kalau satu daerah itu sudah menambah tempat tidur dan nyari tempat isolasi, effort-nya bagus. Ya yang (daerah) sebelahnya harus mengikuti,” tegasnya.
Selain itu, langkah strategis yang akan dibuat adalah mewajibkan daerah menambah tempat tidur rawat. Ganjar menyebut, penambahan minimal yang harus dilakukan adalah 40 persen tempat tidur, untuk pasien Covid-19.
Ia menyebut, dari beberapa rumah sakit di antaranya sudah memenuhi kuota tersebut. Namun selebihnya belum memenuhi kebutuhan tempat tidur.
“Maka segera lakukan konversi, penambahan, termasuk pendirian rumah sakit darurat jika diperlukan,” tegasnya.
Untuk vaksinasi, Ganjar menyebut 35 pemkab dan pemkot di Jateng siap melakukan percepatan. Khususnya menyangkut sistem antrean dan vaksinator.
Terkait pemenuhan kebutuhan oksigen, Ganjar menyebut telah berbicara dengan Kementrian Kesehatan RI. Menurutnya, akan ada bantuan yang dikirim dari Morowali Sulawesi Tengah.
“Suplai oksigen Alhamdulillah lebih jelas. Kontainer yang diperlukan untuk bantu Jawa Tengah, mudah-mudahan sore ini sudah didatangkan pakai (pesawat) Hercules dari Morowali (Sulawesi Tengah). Yang lain pakai kapal, jadi masih menunggu dua sampai tiga hari. Tapi suplai yang sifatnya retail akan dilakukan dengan jalur darat, baik dari wilayah Jawa Barat maupun Jawa Timur,” sebutnya.
Kepala Dinas Kesehatan Jawa Tengah, Yulianto Prabowo mengatakan, hingga saat ini kebutuhan oksigen di Jateng masih mencukupi. Hanya, jumlahnya memang tidak banyak.
“Ya menipis, tapi tetap terlayani. Belum sampai kehabisan, walaupun mepet-mepet. Itu kita maklum karena kebutuhan meningkat luar biasa. Sementara ketersediaan oksigen nasional hampir semua provinsi kan membutuhkan,” jelasnya.
Yulianto menjelaskan, di Jateng sudah ada pabrik pembuatan oksigen. Namun, untuk memenuhi kebutuhan di Jawa Tengah, perlu disuplai dari pabrik di Jatim dan Jabar.
Dia menyebut, kebutuhan oksigen seorang pasien Covid-19 sekitar lima kubik per hari. Dan pasokan oksigen di Jateng diprioritaskan bagi yang membutuhkan.
“Yang butuh terpenuhi itu dulu. Kalau berlebihan tidak, atau bisa nyimpen begitu tidak. Kalau dulu bisa menyimpan untuk dua minggu ke depan, kalau kita sekarang kan tidak, paling untuk dua sampai tiga hari ke depan,” pungkasnya. []