April 25, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

5 Tahun Hilang Dari Ibu, Anak Dan Suami, Tiba-Tiba Posting Foto Di Facebook Liburan Ke Bali Dengan PIL

4 min read

”Ibaratnya, saya itu sudah jatuh tertimpa tangga. Air susu yang saya berikan untuk Yuliani, malah dibalas dengan noda menyakitkan seperti ini,” kata Sanuri, mengawali penuturannya kepada ApakabarOnline.com, sembari menerawang.

Sanuri tak lain adalah suami dari Yuliani, pekerja migran Indonesia (PMI) perempuan, atau oleh sebagian orang masih disebut TKW, di Hong Kong, yang sejak tahun 2014 hilang tiada kabar.

Perjalanan panjang telah dilalui Sanuri hingga dirinya, sampai sekarang, secara hukum masih sah berstatus sebagai suami dari Yuliani. ”Dulu, sebelum menikah, dia kan sudah bekerja di Hong Kong. Saya kenal dia tahun 2008. Waktu itu, posisi saya sudah di rumah setelah saya dipulangkan oleh bos tempat saya bekerja di Korea, karena mata saya kecipratan api saat ngelas,” tuturnya.

Dari perkenalan itu, lanjut Sanuri, ia pun berhubungan akrab dengan Yuliani. Sampai kemudian, Yuli tiba-tiba bercerita kalau dirinya sedang menghadapi masalah. Yuli mengaku dikejar-kejar utang oleh beberapa temannya. Dulu ia memang pinjam uang, karena desakan kebutuhan di rumah untuk mengobati ibunya. ”Ujung-ujungnya, dia bilang pinjam uang ke saya. Nanti akan ada orang yang datang menemui saya. Katanya, orang itu adalah keluarga dari teman tempat ia berutang,” lanjutnya.

Masih segar dalam ingatan Sanuri, untuk menutup utang Yuliani, ia mesti merogoh tabungan hingga mencapai hampir Rp 90 juta pada tahun 2008. Sanuri tidak tega untuk menolak, setelah melihat langsung kehidupan di rumah orangtua Yuli, yang berlokasi di daerah Keyongan – Gabus, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Terlebih lagi melihat kondisi ibunda Yuli, yang saat ini telah menjadi mertua Sanuri, hidup seorang diri karena saudara-saudara Yuli lainnya sudah tinggal di luar Grobogan.

Entah mengapa, hubungan utang-piutang tersebut berlanjut menjadi hubungan asmara. Dan, dalam waktu singkat, Yuli meminta Sanuri untuk segera melamarnya. Sebagai laki-laki, Sanuri tentu konsisten dengan kata-katanya. Yuli yang tiba-tiba ngebreak kontrak dengan alasan ingin segera dinikahi Sanuri, pulang ke Grobogan pada Desember 2008.

Proses berjalan singkat. Dua minggu berselang setelah kedatangan Yuli, prosesi akad nikah pun digelar. Janji untuk selalu setia sehidup semati mereka ikrarkan. ”Saya tidak menduga, jika ternyata itu akal bulus Yuli saja untuk memperdaya dan memeras saya,” terang Sanuri.

Pasalnya,  tujuh bulan usai pernikahan digelar, Yuli melahirkan bayi perempuan yang – menurut bidan – bukan bayi prematur. Tentu, peristiwa kelahiran yang terjadi pada Agustus 2009 tersebut menjadi tamparan menyakitkan bagi Sanuri.

Tak ingin rumah tangganya retak, juga berpikir bahwa telah terikat janji untuk menerima baik dan buruknya Yuli, Sanuri pun pasrah. Usai Yuli bersujud di kaki Sanuri, seraya mengakui bahwa kehamilannya terjadi setelah berhubungan dengan seorang PMI Korea yang berkunjung ke Hong Kong, Sanuri ikhlas. Ia mau menerima Yuli dan mengakui bayi yang dilahirkan sebagai anaknya sendiri.

Drama rumah tangga Sanuri-Yuli tak berhenti di situ. Setahun berselang, Yuli tiba-tiba memaksa Sanuri agar mengizinkan dia untuk kembali bekerja ke Hong Kong. Sejumlah alasan klasik diajukan. Di antaranya, mencari modal, tidak ingin membebani Sanuri dengan beban yang lebih berat lagi. Apalagi, kenyataan pada waktu itu, ibunda Yuli memerlukan uang untuk biaya pengobatan tumor yang bersarang di tubuhnya.

Tak ada pilihan, Sanuri pun pasrah melepas keberangkatan Yuli. Tinggallah ia bersama bayi perempuan yang secara biologis bukan darah dagingnya, meskipun secara administratif menjadi anak kandungnya. Mereka tinggal di kampung halaman Sanuri, Dusun Sawahan, Desa Mandenrejo, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.

Tiga tahun pertama bekerja di Hong Kong, Yuli sempat sekali mengambil cuti, tahun 2013. Menurut Sanuri, sampai saat Yuli mengambil cuti pada lima tahun silam, segalanya masih berlangsung baik-baik saja. Setiap bulan, Yuli mengirim uang ke kampung. Seluruh kiriman selalu habis untuk biaya pengobatan ibunya, bahkan seringkali Sanuri harus menambal kekurangannya.

Namun setelah kondisi kesehatan ibunda Yuli dinyatakan baik, ditandai dengan keberhasilan operasi pengangkatan tumor, Yuli menghilang dari Sanuri dan seluruh keluarganya di Purwodadi sejak 2014 hingga sekarang. Komunikasi putus dan tak satu pun yang mengetahui di mana Yuli kini berada.

Sudah pasti, kondisi demikian menjadi beban bagi Sanuri dan ibu mertuanya. Terlebih lagi, Maya, putri semata wayang yang dilahirkan Yuli, setiap hari bertanya tentang ibunya. ”Saya dan keluarga sempat berpikir, Yuli terkena masalah. Mungkin dijahati orang di Hong Kong atau bagaimana gitu. Tak tahunya, pada 2017 kemarin, seorang teman melalui facebook menemukan jejak Yuli. Di akun facebook-nya, terpampang foto Yuli sedang berlibur ke Bali pada November 2016,” tutur Sanuri.

Melihat akun facebook tersebut, Sanuri langsung berusaha menghubungi melalui panggilan suara. Namun, setelah Yuli mengetahui bahwa yang menghubungi adalah Sanuri, akun facebook Sanuri langsung diblokir. Sejak itu hingga saat tulisan ini hadir ke hadapan pembaca, baik Sanuri maupun keluarga yang lain, masih belum bisa terhubung kembali dengan Yuliani.

Sanuri berharap, dengan dimuatnya curahan dan suara hati ini di ApakabarOnline.com, Yuliani bersedia menghubungi keluarga. Tentu saja, hal itu karena banyak masalah yang harus Yuli tuntaskan. Utamanya terkait dengan keberadaan dan nasib ibunya di usia senja, serta si kecil Maya yang membutuhkan kasih sayang dia. (*)

Sanuri, Suami Yuliani, ”temui Ibumu, temui Maya, temui darah dagingmu.

”Yul, aku ora ngiro babar pisan yen jebule kowe ba****an. (Yul, aku sama sekali tidak menduga, ternyata kamu memang sangat keterlaluan). Kini aku menyadari, kamu telah benar-benar memanfaatkan aku untuk berkelit dari masalahmu di Hong Kong sebelum kita menikah. Kamu telah memanfaatkan aku untuk melunasi utangmu. Kamu telah memanfaatkan aku untuk menutupi kehamilanmu di luar nikah.

Saat ini, aku sama sekali tidak punya pikiran untuk melanjutkan rumah tangga kita. Aku hanya ingin, kamu pulang untuk menemui ibumu yang sudah semakin tua. Juga untuk menemui Maya, darah dagingmu, meskipun saat ini secara emosional telah terbangun ikatan dengan aku sebagai bapaknya. Sekali lagi, aku ikhlas menerima Maya, namun aku tidak ingin melanjutkan rumah tangga kita.”

Cuthik, Ibunda Yuliani, “Tobato ndhuk, urip mung sepisan”

”Yul, opo bener kowe rabi maneh? Simbok nelongso ngrasakne lakonmu, ndhuk. Tobato ya ndhuk, urip iku mung sepisan. Ojo nggawe uripmu susah. (Yul, apa betul kamu menikah lagi? Simbok nelangsa merasakan alur kisahmu. Bertobatlah. Hidup ini cuma sekali. Jangan bikin hidupmu susah).” [AA Syifa’i SA]

Advertisement
Advertisement