9 Juta Orang Berisiko Mati Jika Diterapkan Herd Immunity
JAKARTA – Guru Besar Divisi Alergi Imunologi Klinik Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Samsuridjal Djauzi, mengatakan sekitar 9 juta orang berisiko meninggal dunia jika herd immunity alamiah diterapkan untuk covid-19. Angka itu mengacu kepada rata-rata kasus meninggal dunia akibat covid-19 yang mencapai 5%.
“Karena itulah kita tidak mungkin mengharapkan herd immunity secara alamiah terjadi pada covid-19 ini. Karena risiko kematiannya masih sekitar 5% sampai 6%,” kata Samsuridjal dalam diskusi daring yang digelar Divisi Alergi Imunologi Klinik Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSCM, Selasa (02/06/2020).
Dia menjelaskan, penerapan herd immunity alami berarti akan membuat 70% dari total penduduk Indonesia terinfeksi covid-19. Jika saat ini ada 270 juta penduduk, maka 70% dari jumlah tersebut adalah sekitar 180 juta orang.
Kemudian, mengacu kepada kasus covid-19 yang terjadi, akan ada 80% kasus gejala infeksi ringan, 20% gejala infeksi berat, dan 5%-6% meninggal dunia. Jadi perhitungan 9 juta orang berisiko meninggal dunia berasal dari 5%-6% dari 180 juta orang yang terinfeksi covid-19 jika herd immunity alami diterapkan.
“Persoalannya adalah covid-19 ini 80% memang gejala infeksinya ringan, 20% persen berat, dan sekitar 5% atau sekarang bahkan 6% bisa menimbulkan kematian,” ujarnya.
Samsuridjal menuturkan, herd immunity alami pernah terjadi di Indonesia sekitar tahun 1970 atas penyakit hepatitis A. Saat itu sekitar 80% populasi penduduk Indonesia telah tertular hepatitis A dan belum ada vaksinnya.
“Kalau diperiksa ternyata sudah ada antibodi terhadap hepatitis A. Berarti dari makanan yang ada waktu itu hampir semua orang terpapar hepatitis A dan mempunyai antibodi terhadap hepatitis A,” ungkap Samsuridjal.
Menurut dia, sebenarnya cara terbaik untuk mencapai herd immunity adalah dengan vaksinasi terhadap 70%-90% orang dari total jumlah penduduk, sehingga sekitar 10%-30% penduduk yang tidak divaksin akan terlindungi karena sebagian besar orang di sekitarnya sudah punya kekebalan tubuh terhadap virus.
Orang-orang yang sudah memiliki antibodi atau kekebalan tersebut dipastikan tidak akan menularkan virus. Bahkan sekalipun orang tersebut misalnya bekerja di rumah sakit dan merawat pasien covid-19.
“Dia seorang muda, kemudian terpapar covid-19, timbul antibodi, dia punya kekebalan, lalu dia pulang ke rumah, virus di saluran napasnya sudah tidak ada, yang ada cuma antibodi, tentu dia tidak menularkan kepada orang tuanya yang ada di rumah,” kata dia. [wan]