Adab Bertamu Menurut Al-Quran
JAKARTA – Etika bertamu di rumah orang lain, diatur dalam Al-Qur’an khususnya surah Al Ahzab ayat 53. Hukum-hukum syariah terutama dalam etika bertamu, diatur dalam ayat yang mulia itu.
Aturan mengenai hijab (pembatas) bagi tamu perempuan dan laki-laki juga disinggung dalam ayat ini. Ayat ini diturunkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam konteks saat Nabi Muhammad SAW menggelar pernikahan dengan istrinya Zainab binti Jahsy.
Saat itu beliau mengundang sejumlah tamu ke rumahnya untuk mencicipi hidangan walimahan.
Adapun bunyi surah Al Ahzab ayat 53 adalah sebagai berikut,
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memasuki rumah-rumah Nabi kecuali jika kamu diizinkan untuk makan tanpa menunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kamu dipanggil maka masuklah dan apabila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa memperpanjang percakapan.
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mengganggu Nabi sehingga dia (Nabi) malu kepadamu (untuk menyuruhmu keluar), dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar. Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. (Cara) yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.
Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak boleh (pula) menikahi istri-istrinya selama-lamanya setelah (Nabi wafat). Sungguh, yang demikian itu sangat besar (dosanya) di sisi Allah.”
Menurut tafsir dari Al-Qur’an Kementerian Agama (Kemenag), isi kandungan dalam ayat ini adalah etika bertamu di rumah Rasulullah SAW. Namun, etika sopan santun dalam bertamu yang dijelaskan ayat ini dapat pula diteladani dalam kehidupan sehari-hari bagi umat Muslim.
Melansir detik.com, etika bertamu di rumah tetangga sesuai dengan syariat dalam surat Al Ahzab ayat 53 adalah sebagai berikut:
- Melarang orang-orang yang beriman untuk memasuki rumah orang lain tanpa izin dari pemiliknya.
- Bila diizinkan oleh pemilik rumah, sebaiknya dilakukan tanpa menunggu waktu masak makanannya. Dalam ayat ini dijelaskan, bila bertamu dan pemiliki rumah masih sibuk menyiapkan jamuan, hal itu dikhawatirkan akan menganggu keluarga pemilik rumah.
Selain itu, disebutkan pula akan menggangu para istri. Konteks dalam ayat ini dijelaskan, dikhawatirkan para tamu dapat melihat sebagian anggota tubuh istri Nabi SAW yang tidak boleh terlihat saat sedang memasak.
- Bila diundang untuk bertamu, usahakan jangan terlalu memperpanjang percakapan karena dikhawatirkan akan menganggu pemilik rumah yang segan untuk meminta tamu pulang.
Dalam surat Al Ahzab ayat 53 dijelaskan, pada kasus Rasulullah SAW, beliau terlalu malu untuk meminta para tamunya untuk menghentikan obrolan dan pertemuan di rumahnya.
“Hal itu benar-benar mengganggu Nabi SAW, dan beliau sendiri merasa malu untuk menyuruh tamunya keluar. Akan tetapi, Allah tidak segan untuk menerangkan yang benar. Allah mengajarkan kesopanan di dalam rumah tangga supaya diperhatikan oleh seluruh tamu-tamu yang berkunjung ke rumah orang,” tulis tafsir Kemenag.
Dikisahkan dari Anas r.a, ia berkata dalam salah satu riwayat,
“Ada beberapa orang lelaki yang masih asyik dalam percakapannya di dalam rumah Rasulullah SAW, sedangkan istri Rasulullah SAW yang baru dinikahinya ada bersama mereka, memalingkan wajahnya ke arah tembok.
Ternyata mereka memperpanjang percakapannya. Hal itu membuat Rasulullah SAW keberatan, tetapi beliau tidak mau menegur mereka karena beliau adalah orang yang sangat pemalu.
Seandainya diberi tahu, pastilah mereka merasa tidak enak karena sedang asyik dalam obrolannya. Maka Rasulullah SAW pergi dan menemui tiap-tiap istrinya di kamarnya masing-masing, kepada tiap orang dari mereka beliau mengucapkan salam. Ketika para tamu yang masih ada melihat Rasulullah SAW tiba, mereka baru sadar bahwa diri mereka merepotkan Rasulullah SAW. Karena itu, mereka segera bangkit menuju pintu, lalu keluar,”
- Bila ada urusan dengan istri dari pemilik rumah, hendaklah menggunakan pembatas dan tidak berhadapan langsung. Beberapa ulama juga menafsirkan, pembatas yang dijelaskan dalam ayat ini adalah hijab bagi wanita.
Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Anas bahwa Umar bin Khattab pernah berkata,
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya istri-istrimu sering didatangi tamu orang baik dan orang jahat, seandainya engkau membuat tabir untuk mereka tentu lebih baik,”
Hal ini pula yang disebut-sebut jumhur ulama sebagai sebab Allah SWT menurunkan ayat hijab yang terkandung dalam surat Al Ahzab ayat 53 ini.
Melansir Indozone, ada beberapa adab bertamu yang diajarkan Rasulullah yaitu:
- Memilih Waktu yang Tepat
Memilih waktu bertamu yang tepat adalah adab bertamu paling utama yang harus diperhatikan.
Jika sudah mengenal pemilik rumah, beri tahulah kepadanya sebelum berkunjung, lalu sesuaikan waktu yang pas dengannya.
Namun, jika belum mengenal pemilik rumah, hindari bertamu sebelum Subuh, setelah Zuhur, dan sesudah Isya.
Sebab, waktu-waktu tersebut sering dipakai untuk beristirahat, sebagaimana diriwayatkan oleh sahabat Anas:
“Rasulullah tidak pernah mengetuk pintu pada keluarganya pada waktu malam. Biasanya ia datang kepada mereka pada waktu pagi atau sore.” (Muttafaqun ‘Alaihi).
- Mengetuk Pintu dan Mengucapkan Salam
Saat bertamu, kita harus mengetuk pintu dengan lembut agar tidak mengganggu pemilik rumah. Kemudian ucapkan salam dan tunggu beberapa saat sampai ada jawaban dari dalam rumah. Jangan langsung masuk rumah meskipun pintu rumah dalam keadaan terbuka.
Bila kamu sudah mengetuk pintu dan mengucapkan salam sebanyak tiga kali, namun tidak ada sahutan, tinggalkanlah dan kunjungilah di lain waktu, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
“Minta izin masuk rumah itu tiga kali, jika diizinkan untuk kamu (masuklah) dan jika tidak maka pulanglah!” (HR. Bukhari dan Muslim).
Rasulullah juga menganjurkan umat Muslim agar menjaga pandangannya, dengan tidak mengintip ke dalam rumah melalui jendela.
- Memperkenalkan Diri
Jika pemilik rumah bertanya siapa yang datang ke rumahnya, jawablah dengan jelas agar tidak menimbulkan kecurigaan.
Dengan mengenali tamunya, tentu saja pemilik rumah akan lebih nyaman menerima kunjungan tamunya.
- Bersalaman
Ketika tuan rumah sudah membuka pintu, bersalamanlah dengan sopan untuk menciptakan kesan yang baik.
Rasulullah sangat menganjurkan umat muslim untuk bersalaman, kecuali pada lawan jenis, sebagaimana sabda beliau:
“Tidaklah dua orang Muslim saling bertemu kemudian berjabat tangan, kecuali akan diampuni (dosa-dosa) mereka berdua sebelum mereka berpisah.” (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad).
- Masuk Rumah Bila Diberi Izin
Allah SWT melarang hamba-Nya masuk ke dalam rumah jika rumah tersebut tengah kosong atau pemilik rumah sedang enggan menerima tamu.
“Dan jika kamu tidak menemui seorang pun di dalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu, “Kembalilah!” Maka (hendaklah) kamu kembali. Itu lebih suci bagimu, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. An-Nur: 28).
- Duduk di Tempat yang Disediakan
Bila pemilik rumah telah mempersilakan tamu duduk di tempat yang telah disediakan, maka sebagai tamu hendaklah duduk di tempat yang ditunjukkan.
Hindari duduk di tempat duduk khusus milik tuan rumah, atau mengambil posisi yang bisa melihat isi rumah.
“Dari Mu’awiyah bin Hudaij, ia berkata, saya pernah meminta izin menemui Umar RA, orang-orang lalu berkata, duduklah di tempatmu sampai ia keluar menemuimu! Maka aku duduk di dekat pintunya hingga beliau keluar menemuiku.” (HR. Bukhari).
- Menikmati Jamuan yang Disediakan
Jika tuan rumah memberikan jamuan, makan atau minumlah meski hanya sedikit, untuk menghargai pemberiannya.
Segera nikmati hidangan begitu tuan rumah mempersilakan, jangan sampai tuan rumah mempersilakan berkali-kali.
Sebisa mungkin, hindari menunjukkan wajah tidak suka atau mengatakan tidak menyukai hidangan yang diberikan.
- Pamit dengan Sopan
Minta izin pamitan dan jangan lupa ucapkan terima kasih kepada tuan rumah karena sudah menerima dengan baik.
Perhatikan pula durasi saat bertamu, sebaiknya jangan terlalu lama agar tidak mengganggu kesibukan tuan rumah. []