Agar Lisan Kita Membawa ke Surga
JAKARTA – Mulut yang mampu berbicara adalah salah satu nikmat yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Jika nikmat ini digunakan untuk kebaikan, maka akan mengantarkan kita ke surga. Begitu juga sebaliknya, jika digunakan untuk keburukan, maka sangat mudah menjerumuskan kita ke neraka.
Melansir m.oase.id, dalam hadis yang diriwayatkan Ahmad, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Telah menceritakan kepada kami Husain bin Muhmmad Telah menceritakan kepada kami Ibnu Ayyas dari Asid bin Abdurrahman Al Khats’ami dari Farwah bin Mujahid Al Lakhmi dari Uqbah bin Amir ia berkata,
“Saya bertemu Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, lalu beliau bersabda kepadaku: “Wahai Uqbah bin Amir, sambunglah (hubungan silaturahim) terhadap orang yang memutuskannya, berikanlah (sesuatu) kepada orang yang telah mengharamkannya untukmu dan maafkanlah orang yang telah menzhalimi kamu.”
Uqbah berkata, “Kemudian saya mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau lalu bersabda kepadaku: “Wahai Uqbah, jagalah lisanmu, menangislah atas dosa-dosamu dan hendaklah rumahmu memberikan kelapangan untukmu.”
Uqbah berkata, “Kemudian saya berjumpa dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau lalu bersabda kepadaku: “Wahai Uqbah bin Amir, tidakkah kamu mau aku ajari beberapa surat yang belum pernah diturunkan semisalnya baik di dalam Taurat, Zabur, Injil atau dalam Al-Qur’an? Janganlah sekali-kali suatu malam mendatangimu kecuali kamu membacanya pada malam itu; ‘QUL A’UUDZU BIRABBIL FALAQ’ dan ‘QUL A’UUDZU BIRABBIN NAAS.'”
Uqbah berkata, “Maka tidaklah suatu malam mendatangiku kecuali saya membacanya pada malam itu, dan telah wajib atasku untuk tidak meninggalkannya. Hal itu karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memerintahkannya kepadaku.” Jika Farwah bin Mujahid menceritakan hadis ini, maka ia akan berkata, “Betapa banyak orang yang tidak mampu menjaga lisannya, atau betapa banyak mereka yang tidak menangis atas dosa-dosanya, dan tidak pula rumahnya memberikan kelapangan.
Hadis ini mengingatkan kita untuk selalu menjaga lisan. Goresan yang disebabkan lidah sering kali lebih membekas ketimbang sayatan benda tajam sekalipun. Karena itu, Islam menganjurkan lebih baik diam daripada berbicara yang tak ada manfaatnya, apalagi berkata keburukan.
Allah dalam surah Al Muddatsir ayat 42-45 mengisahkan tentang perbincangan antara ahli surga dan penghuni neraka. Ketika penghuni neraka ditanya, apa pasal mereka masuk siksaan tersebut? “Dahulu kami tidak pernah melakukan salat, tidak memberi makan kepada orang miskin, dan kami biasa mengobrolkan hal-hal yang batil dengan orang-orang yang membicarakannya.
Menghargai seseorang lewat perkataan yang sopan dan santun akan sangat berdampak bagi kelanggengan silaturahim. Bahkan, berulang kali Rasul pernah mencontohkan agar tidak menghujat para sahabatnya. “Janganlah kau kecam sahabat-sahabatku.”
Tips Menjaga Lisan Dalam Islam
Berikut ini tips menjaga lisan dalam kehidupan sehari-hari, dikutip dari Dalamislam.com.
- Tidak menyampaikan apa yang didengarkan kepada orang lain
Sebagai seorang Muslim, sangat tidak patut menyampaikan semua ucapan yang kita dengar kepada orang lain. Seperti yang dikutip dari Abu hurairah radiallahu ‘anhu,sesungguhnya Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Cukuplah seseorang itu dikatakan sebagai pendusta ketika dia menyampaikan setiap apa yang dia dengarkan.” (HR.Muslim dan Abu Dawud).
- Tidak sombong dan membanggakan diri
Sifat sombong dan membanggakan diri atau pamer memang sudah kodrati ada dalam setiap diri manusia. Sikap itu tercermin dari gaya bahasa dan ucapan yang keluar dari lisan seseorang.
Padahal dalam Islam, kedua sifat ini merupakan sifat tidak terpuji yang harus dihindari. Dalam sebuah hadis, dari Aisyah radiyallahu ‘anha, ada seorang wanita yang mengatakan:
“Wahai Rasulullah, aku mengatakan bahwa suamiku memberikan sesuatu kepadaku yang sebenarnya tidak diberikannya.” berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam : “orang yang merasa memiliki sesuatu yang ia tidak diberi, seperti orang yang memakai dua pakaian kedustaan.” (muttafaq alaihi).
- Banyak Membaca Al-Qur’an
Dari Abdullah bin Umar r.a, dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda:
“Dikatakan pada orang yang senang membaca Al-Qur’an: bacalah dengan tartil sebagaimana engkau dulu sewaktu di dunia membacanya dengan tartil, karena sesungguhnya kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca”. (HR.abu daud dan attirmidzi).
Membaca Al-Qur’an merupakan salah satu cara membentengi diri dalam menjaga lisan. Selain itu juga akan mampu mengontrol diri semakin mampu membedakan antara yang haq dan yang batil.
- Banyak Berzikir
Berzikir merupakam salah satu cara manusia untuk mengingat kebesaran sang pencipta. Salah satu keutamaan dari zikir ialah dapat membantu kita dalam mengontrol perkataan dan perbuatan kita. Selain itu juga, Allah ta’ala memuji hamba-hambanya yang mukhlis dalam firman-Nya:
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring…” (Ali imran:191).
- Jangan Berlebihan Dalam Berbicara
Berlebihan dalam berbicara tidak dianjurkan dalam Islam. Apalagi jika hal yang dibicarakan lebih banyak mudharatnya ketimbang kebaikannya. Hal tersebut justru akan membawa dampak buruk. Usahakan apa yang keluar dari lisan ialah ucapan yang bermanfaat dan bernilai kebaikan.
- Jangan Memotong atau Membantah Pembicaraan
Memotong atau membantah perkataan orang lain, apalagi orang yang lebih tua merupakan hal yang dibenci dalam Islam. Bagi sebagian besar orang Indonesia, hal ini juga merupakan etika yang buruk dan tidak baik.
- Jangan Memperolok Cara Bicara Orang Lain
Sebagai Muslim yang baik, hendaknya kita tidak memperolok kekurangan orang lain. Allah Ta’ala berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik.” (QS.Al-Hujurat:11).
- Jangan Ghibah dan Namimah (Adu Domba)
Dalam kitab Shahih Muslim hadits no. 2589 disebutkan.
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam pernah bertanya kepada para sahabat, “Tahukah kalian apa itu ghibah ?” Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui. “Beliau berkata, “Ghibah ialah engkau menceritakan hal-hal tentang saudaramu yang tidak dia suka” Ada yang menyahut, “Bagaimana apabila yang saya bicarakan itu benar-benar ada padanya?” Beliau menjawab, “Bila demikian itu berarti kamu telah melakukan ghibah terhadapnya, sedangkan bila apa yang kamu katakan itu tidak ada padanya, berarti kamu telah berdusta atas dirinya”.
Selain itu, Firman Allah SWT dalam QS Al-Hujurat ayat 12 yang berbunyi:
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka itu adalah dosa. Janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah kamu sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati ? Tentu kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang” [Al-Hujurat : 12]
- Hindari Perkataan yang Tidak Berdasar
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda:
Sesungguhnya Allah meridhai kalian pada tiga perkara dan membenci kalian pada tiga pula. Allah meridhai kalian bila kalian hanya menyembah Allah semata dan tidak mempersekutukannya serta berpegang teguh pada tali (agama) Allah seluruhnya dan janganlah kalian berpecah belah. Dan Allah membenci kalian bila kalian suka qila wa qala (berkata tanpa berdasar), banyak bertanya (yang tidak berfaedah) serta menyia-nyiakan harta”.
Perkataan yang tidak berdasar tidak hanya dibenci oleh Allah SWT tapi juga dapat memberikan dampak buruk bagi kehidupan bermasyarakat.
- Lebih Banyak Mendengar Ketimbang Bicara
Imam Abu Hatim Ibnu Hibban Al-Busti berkata dalam kitabnya Raudhah Al-‘Uqala wa Nazhah Al-Fudhala hal. 47.
Orang yang berakal seharusnya lebih banyak mempergunakan kedua telinganya daripada mulutnya. Dia perlu menyadari bahwa dia diberi telinga dua buah, sedangkan diberi mulut hanya satu adalah supaya dia lebih banyak mendengar daripada berbicara.
Seringkali orang menyesal di kemudian hari karena perkataan yang diucapkannya, sementara diamnya tidak akan pernah membawa penyesalan. Dan menarik diri dari perkataan yang belum diucapkan adalah lebih mudah dari pada menarik perkataan yang terlanjur diucapkan.
- Mengendalikan Lisan Lewat Hati
Dalam buku yanga sama Imam Abu Hatim Ibnu Hibban Al-Busti juga berkata dalam kitabnya Raudhah Al-‘Uqala wa Nazhah Al-Fudhala hal. 49
Lisan seorang yang berakal berada di bawah kendali hatinya. Ketika dia hendak berbicara, maka dia akan bertanya terlebih dahulu kepada hatinya. Apabila perkataan tersebut bermanfaat, maka dia akan bebicara, tetapi apabila tidak bermanfaat, maka dia akan diam.
Adapun orang yang bodoh, hatinya berada di bawah kendali lisannya. Dia akan berbicara apa saja yang ingin diucapkan oleh lisannya. Seseorang yang tidak bisa menjaga lidahnya berarti tidak paham terhadap agamanya”.
- Hindari Berbicara Tanpa Berfikir
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda:
Sesungguhnya seorang hamba yang mengucapkan suatu perkataan yang tidak dipikirkan apa dampak-dampaknya akan membuatnya terjerumus ke dalam neraka yang dalamnya lebih jauh dari jarak timur dengan barat”.
- Jangan Menghina
Muslim meriwayatkan sebuah hadis yang panjang dalam kitab Shahihnya no. 2564 dari Abu Hurairah, yang akhirnya berbunyi.
“Cukuplah seseorang dikatakan buruk jika sampai menghina saudaranya sesama Muslim. Seorang Muslim wajib manjaga darah, harta dan kehormatan Muslim lainnya”.
Rasullullah SAW sangat membenci orang yang sengaja menghina saudarannya sesama umat Muslim. []