Berangkat Ke Luar Negeri Seorang Diri, Saat Pulang Bawa Anak Dalam Kandungan
2 min readSURABAYA – Begini deritanya menjadi BMI. Seringkali dihadapkan pada kondisi yang membuatnya tidak bisa memilih baik dari saat hendak berangkat, maupun saat berada di negara tujuan penempatan. Lemahnya posisi BMI seringkali dimanfaatkan majikan untuk seenaknya sendiri hingga apapun bebas dilakukan. BMI seringkali menjadi objek penderitaan.
Derita BMI asal Jawa Timur berinisial SM ini misalnya. Saat terbang ke Oman pada Maret tahun 2015 silam, dirinya terbang seorang diri, namun saat kembali ke tanah air pada Selasa (19/09), dirinya membawa anak dalam kandungan. Beruntung, SM ditemukan oleh rombongan Mahmud, seorang BMI Brunei Darussalam asal Nganjuk saat tiba di Bandara Juanda.
“Saya itu curiga, dari pertama keluarga saya datang ke sini (Bandara Juanda) sudah terlihat dia kok mojok diujung sambil kelihatannya nangis” tutur Mahmud kepada Apakabaronline.com pada Kamis (21/09) kemarin.
Berbekal penuturan keluarganya, Mahmud penasaran dan bergerak mendekati perempuan yang dimaksud. Setelah Mahmud mendekat, dia mengaku melihat perempuan tersebut matanya sembab akibat isak tangisnya. Mengamati sebuah koper di dekatnya, Mahmud melihat ada logo sebuah maskapai yang menempel di gagangnya. Mahmud menyimpulkan, perempuan yang dia lihat adalah BMI yang bermasalah dan baru saja kembali ke Indonesia.
“Setelah saya dekati, ternyata dia mengaku sedang bingung karena hamil. Mbak SM bingung dengan kehamilannya. Sebab dia takut pulang ke Madura. “ lanjutnya.
“Mbak SM itu bilang ke saya masih lajang. Orang tuanya sakit-sakitan. Dia khawatir kalau pulang ke desanya, akan mengguncang pikiran orang tuanya yang sakit-sakitan” imbuhnya.
Setelah beberapa saat dibujuk, akhirnya SM bisa mengendalikan diri dan berfikir jernih. Mahmud berserta rombongan penjemput dari keluarganya di Nganjuk mendampingi SM hingga seorang kerabat SM yang tinggal di Surabaya datang menjemput dan membawa SM.
Kepada Mahmud, SM menyatakan akan menjaga kandungannya sampai lahir dan akan merawat bayi tersebut.
“Pas bilang begitu, saya dan rombongan saya ikut plong, sebab sebelumnya, SM bersikeras mau menggugurkan kandungan atau mau bunuh diri” jelas Mahmud.
Mahmud menambahkan, kehamilan SM yang saat ini kandungannya telah berusia 5 bulan diakibatkan oleh majikan laki-lakinya. Setahun terakhir, majikan perempuan SM beberapa kali opname di rumah sakit. Sejak istrinya sakit-sakitan, majikan laki-laki SM yang bernama Ahmad Walid memaksa SM untuk dijadikan pelampiasan hasrat seksualnya.
“Dia bilang, majikannya memaksa. Perbuatan itu dia bilang dilakukan majikan laki-lakinya sejak Januari tahun ini” sambung Mahmud.
SM, merupakan satu dari sederet nama BMI yang mengalami nasib serupa. Di Timur tengah, perlindungan terhadap BMI yang bekerja menjadi domestic helper sangat lemah. Jika seorang BMI sudah masuk ke rumah majikan, seringkali akses komunikasi keluar diputus sama sekali oleh majikan. Kondisi demikian mempersulit seorang BMI saat didera permasalahan dan memerlukan pertolongan.
“Entah kenapa ya mas, masih saja ada yang berminat jadi PRT di Timur tengah. Padahal sudah ditutup pengiriman kesana karena alasan perlindungan dan keamanan.Kejadian seperti SM itu kalau di Brunei, sudah habis itu majikan ditangkap Polis dan dipenjara.”pungkasnya.
Tidak bisa dipungkiri, gelombang keberangkatan BMI ke Timur Tengah hampir setiap hari selalu saja ada, dengan berbagai macam cara untuk menghindari pencegahan petugas di Bandara lantaran status Moratorium belum dicabut. [Asa]