Berbicara Saat Makan Bersama itu Boleh, Asal . . .
JAKARTA – Kesunahan yang tidak banyak diketahui banyak orang adalah berbicara saat sedang makan. Berbicara yang dianjurkan adalah berbicara makanan yang sedang dimakan, terlebih jika makanan itu pemberian orang lain, tujuannya untuk menggembirakan orang yang memberi makanan.
Imam Nawawi dalam, dalam Syarh an-Nawawi ala al-Muslim, juz 7, hal. 14, mensyarahi hadits di atas mengungkapkan:
“Dalam hadits tersebut tersirat pemahaman tentang kesunnahan berbicara atas makanan untuk menggembirakan orang-orang yang makan.”
Selain disunahkan berbicara soal hal-hal positif makanan, kita juga disunnahkan untuk berbicara tentang orang-orang saleh, dengan begitu kita akan mendapatkan keberkahan mereka.
Hal ini seperti yang dijelaskan dalam kitab al-Adzkar an-Nawawiyah, juz 2, hal. 1:
“Bab kesunnahan berbicara atas makanan. Dalam menjelaskan bab ini terdapat hadits Sahabat Jabir yang telah disebutkan di awal dalam bab ‘Memuji makanan’. Imam Abu Hamid al-Ghazali berkata: ‘Sebagian adab makan adalah berbicara pada saat makan dengan pembicaraan yang baik dan bercerita tentang kisah orang-orang saleh dalam hal (menyikapi) makanan dan hal-hal lainnya.”
Meski demikian, ada aturan yang perlu diperhatikan saat berbicara ketika sedang makan, yaitu tidak berbicara saat mengunyah makanan. Berbicara dilakukan manakala seseorang selesai mengunyahnya.
Disebut dalam kitab Syarah Ihya’ Ulum ad-Din, yakni kitab Ittihaf as-Sadat al-Muttaqiin, juz 5, hal. 229:
“Bercerita tentang kisah orang-orang saleh dalam hal (menyikapi) makanan dan hal-hal lainnya supaya orang-orang dapat mengambil teladan atas kisah tersebut, akan tetapi (hendaknya) seseorang tidak berbicara saat ia mengunyah makanan, terkadang jatuh dari (mulutnya) sedikit makanan dan mengotori makanan yang dimakan.” Wallahu A’lam.[]