April 20, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Hasil Survey Menyatakan, Pengusaha Jepang Tidak Puas dengan Produktivitas Pekerja Indonesia

2 min read

JAKARTA – Laporan Organisasi Dagang Eksternal Jepang alias Jetro teranyar menunjukkan sebagian besar perusahaan asal negeri Sakura menilai bahwa produktivitas pekerja di Indonesia tidak selaras dengan upah minimum regional.

“Lebih dari 50 persen merasa upah dan produktivitas di Indonesia tidak sesuai, kenaikan upah dinilai sangat tinggi,” ujar Direktur Senior Jetro Jakarta Wataru Ueno di kantornya, Jakarta, Selasa, 11 Februari 2020.

Berdasarkan survei Jetro, tampak bahwa hanya 23,7 persen perusahaan yang menilai upah minimum regional di Tanah Air sesuai dengan produktivitas pekerja di Indonesia, adapun 55,8 persen menilai tidak sesuai, dan 20,4 persen tidak tahu.

Tingkat kepuasan perusahaan Jepang itu masih di bawah rata-rata Asean. Secara umum di Asean, 42,2 persen perusahaan merasa upah dan produktifitas di regional sudah tepat. Adapun 30,6 persen merasa kurang sesuai dan 27,2 persen tidak berpendapat.

Apabila nilai produktivitas di Jepang adalah seratus, Wataru mengatakan survei menilai produktivitas di Indonesia hanya 74,4 atau berada pada urutan ketiga terendah di kawasan Asean. Sedangkan, negara-negara pesaing Indonesia seperti Thailand dan Vietnam masing-masing mengantongi nilai 80,1 dan 80.

Adapun negara di Asean yang paling banyak menuai kepuasan pengusaha Jepang adalah Filipina. Wataru mengatakan kepuasan perusahaan Jepang di Filipina salah satunya karena banyaknya insentif dari pemerintah yang menguntungkan mereka. “Perusahaan Jepang di Filipina menikmati situasi itu,” ujar dia.

Dari hasil sigi yang sama, 74,2 persen perusahaan Jepang menilai produktivitas dan upah di sana sudah sesuai. hanya 6,5 persen yang menilai upah minimum di sana tidak sesuai dengan produktivitasnya dan 19,4 persen tidak menjawab.

Selain Filipina, negara lain yang dinilai upah dibanding produktivitasnya sudah layak dan sesuai adalah Laos dengan 66,7 persen dan Myanmar. Negara-negara tersebut saat ini memiliki bisnis yang berkembang di Industri pengolahan untuk tujuan ekspor, yang memanfaatkan biaya tenaga kerja yang relatif rendah sehingga berada di posisi tertinggi.

Survei Jetro dilakukan dengan metode kuesioner pada periode 26 Agustus – 24 September 2019. Adapun responden survei meliputi seluruh perusahaan dan kantor cabang serta perwakilan perusahaan kepang dengan rasio minimal investasi langsung maupun tidak langsung dari Jepang sebesar 10 persen yang beroperasi di 20 negara.

Jumlah jawaban valid yang diperoleh dalam pengambilan survei ini adalah 5.697 jawaban dari total 13.458 perusahaan responden. Adapun untuk Indonesia ada 614 jawaban valid dari total 1.726 perusahaan responden. [Tempo.co]

 

Advertisement
Advertisement