December 23, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Hebohnya Kabar `Orang Pintar` Berusia 83 Tahun Nikahi Perempuan 27 Tahun

3 min read

TEGAL – Sudirgo atau Mbah Dirgo, kakek berusia 83 tahun mendadak viral di media sosial belakangan ini lantaran berhasil menikahi Nuraeni yang berusia 27 tahun.

Foto pernikahan Mbah Dirgo yang merupakan warga Kabupaten Tegal, Jawa Tengah ini bersama Nuraeni beredar luas di media sosial. Adapun pernikahan tersebut berlangsung pada Minggu lalu (18/08/2019).

Melansir dari Kompas.com, Rabu (21/8/2019), ditemui di kediamannya di RT 003, RW 005, Desa Pagerbarang, Kecamatan Pagerbarang, Kabupaten Tegal, Mbah Dirgo menyebut istrinya itu saat ini berusia 27 tahun. Bukan gadis di bawah umur seperti yang banyak dipertanyakan.

Nuraeni kini berusia 27 tahun dan sebelumnya pernah menikah di usia 16 tahun dan belum memiliki anak.

Nur, sapaan akrab istrinya, adalah warga Desa Jatilaba, Kecamatan Margasari, Kabupaten Tegal. Mbah Dirgo yang sebelumnya duda karena istrinya terdahulu meninggal dunia ini tak sungkan berbagi cerita.

Awal mula pertemuannya dengan Nur terjadi pada awal Juli 2019. Nur merupakan salah satu “pasiennya”. Mbah Dirgo, oleh penuturan warga sekitar, diketahui sebagai “orang pintar” yang kerap mengobati orang sakit.

Dari beberapa kali pertemuan itu, mulailah Nur menaruh hati yang kemudian disampaikan ke ayahnya Sukadi (63).

“Nur dan keluarga sempat menyampaikan maksudnya. Dan saya sempat heran kenapa mau menikah dengan saya. Waktu itu saya sarankan memilih pria lain yang lebih muda,” kata Mbah Dirgo.

Sementara, menurut Sukadi, ayah Nur, sejak menyandang status janda, anaknya itu sempat mengalami depresi karena bercerai. Saat itu, Nur memilih berpisah karena tidak mendapat nafkah dari suami. Waktu menikah, usianya masih sangat muda, 16 tahun.

Karena depresi, Sukadi kemudian berusaha mengobati Nur dengan meminta bantuan Mbah Dirgo. Benar saja, setelah beberapa kali melakukan pengobatan, Nur mulai merasa sehat.

“Anak saya lulusan SD. Dulu sehat-sehat saja. Namun, setelah bercerai, sering ngomong dan ketawa-ketawa sendiri,” ujar Sukadi.

Karena sering bertemu, buah-buah cinta muncul dimulai dari Nur. Nur menyatakan ke orangtuanya untuk menentukan pasangan hidup.

Bagi Sukadi, ia tak mempersoalkan siapa pun jodohnya. Asalkan anaknya bahagia dan sehat, ia dan keluarga turut bahagia.

Sementara itu, Nur yang saat itu mendapat persetujuan orangtuanya kemudian mulai melangkah ke jenjang yang lebih serius untuk menikah. Bahkan, Nur mengaku telah meminta pertimbangan ke beberapa anak calon suaminya.

“Sebelumnya saya nanya bapak dulu. Saya waktu itu bilang yang penting saya bisa sehat dan senang bisa menikah. Dan bapak mengizinkan. Saya juga sempat minta masukan anak kakek (Mbah Dirgo),” ujar Nur.

Pernihakan pun akhirnya dilangsungan di kediaman Mbah Dirgo sehari setelah perayaan HUT Kemerdekaan RI. Nur mengenakan baju pengantin berwarna kuning, sementara Mbah Dirgo terlihat lebih muda dengan balutan jas hitam.

Keluarga kedua belah pihak pun turut menyaksikan. Salah satu anak Mbah Dirgo, Sutarti (51), menyebut, pernikahanya dengan Nur merupakan pernikahan yang keempat. Istri ketiga ayahnya meninggal dunia pada 2013. Sementara dirinya lahir dari istri pertama dalam pernikahan pada 1957.

Setelah bercerai, Mbah Dirgo kemudian menikah pada 1980 yang kemudian kembali sendiri karena istrinya meninggal dunia. Ia kemudian menikah untuk ketiga kali pada 1993 hingga akhirnya kembali menduda pada 2013.

Sebelum pernikahan keempat, Sutarti sebenarnya sudah beberapa kali menasihati calon ibunya itu. Salah satunya perihal usia yang berbeda sangat jauh.

“Saya sering kasih pertimbangan. Tapi dia tetap keukeh ingin menikah sama bapak. Dia tidak mau nikah sama pria lain. Alasanya sudah mantap karena sudah telanjur cinta,” ujar dia.

Menurut Sutarti, yang berprofesi sebagai guru SD, ayahnya memang dianggap sebagai “orang pintar” oleh warga setempat. Tak sedikit warga yang mendatangi dan meminta untuk didoakan agar segala persoalan bisa menemui jalan keluar.

Meski begitu, ia berujar bahwa pernikahan Nur dengan ayahnya bukan karena ayahnya “orang pintar”.

“Yang ke sini banyak. Ada kepala desa, tetangga. Meski begitu, bukan berarti jatuh cinta ke bapak karena itu,” kata dia. []

Advertisement
Advertisement