Impian Kelapa BP2MI, Bikin Tombol Panic Button untuk PMI di Luar Negeri
JAKARTA – Kepala Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Benny Rhamdani mengaku memiliki sejumlah impian yang dianggap tidak lazim bagi banyak kalangan. Impian tersebut digagas sepenuhnya untuk memberikan perlindungan kepada para Pekerja Migran Indonesia (PMI) di luar negeri.
Pernyataan Benny tersebut disampaikan ketika melepas 175 warga negara Indonesia (WNI) yang akan bekerja di Korea Selatan dalam program Government to Government (G to G) bersama Negeri Ginseng tersebut.
Pelepasan yang digelar di éL Hotel Royale, Jakarta itu sempat menampilkan berbagai kasus yang menimpa PMI di negara penempatan. Mulai dari kasus penyiksaan, luka permanen, PMI yang kehilangan nyawa.
“ Tadi disaksikan potret negatif PMI yang sedang terjadi. Sebagian besar korbannya adalah ibu-ibu, serta semuanya berangkat secara tidak resmi,” kata Kepala BP2MI Benny Rhamdani, dikutip dalam laman BP2MI, Selasa, 8 November 2022.
Menurut Benny ada kegagalan dalam sistem penempatan PMI dalam hal pelindungan. Benny turut menyayangkan sikap sebagian pejabat yang abai, bahkan ikut andil terhadap PMI yang diperlakukan tidak adil.
“ Saya mempunyai beberapa impian mengenai pelindungan PMI, yang dianggap gila oleh sebagian orang,” ungkapnya.
Impian yang dimaksud adalah menghadirkan layanan seperti panic button yang dapat di akses di smartphone masing-masing PMI. Fitur tersebut dapat diaktifkan PMI ketika mempunyai kendala. Dalam waktu bersamaan, status dan posisi koordinat PMI yang mengaktifkan panic button itu dapat terkirim ke Perwakilan Indonesia di luar negeri dan menuju BP2MI.
Benny menambahkan impian kedua adalah cita-cita membangun suatu pusat pelatihan Migrant-Center yang di-orkestrasi sedemikian rupa untuk melatih kemampuan dan keterampilan calon PMI sesuai dengan negara yang dituju.
“ Banyak publik maupun pejabat selalu berkomentar bahwa, salah satu sumber PMI terkendala adalah kurangnya keahlian para PMI. Jika anggaran dan fasilitas pelatihan kurang memadai, bagaimana bisa PMI kita terlatih,” kata Benny.
Impian terakhir yang selalu diinginkan Benny adalah suatu saat negara dapat memfasilitasi biaya keberangkatan PMI mulai dari biaya paspor, visa, pelatihan, serta administrasi lainnya. Dia ingin PMI bebas dari biaya penempatan.
Berdasarkan data dari Desember 2021 sampai sekarang, BP2MI telah memberangkatkan 10.486 PMI G to G Korea. Di luar skema G to G, 150 ribu lebih PMI telah ditempatkan. Jika tidak ada pandemi Covid, rata-rata 270 ribu PMI bekerja ke luar negeri.
“ Anggaplah per PMI difasilitasi sejumlah 30 juta, dikali 270 ribu. Biaya yang dikeluarkan adalah 8.1 triliyun rupiah per tahun. Sedangkan PMI adalah penyumbang devisa sebesar 159.6 triliyun rupiah per tahunnya. Apakah impian saya ini masuk akal? Ataukah benar-benar gila?,” ujar Benny. []