Korea Sedang Mengkaji, Untuk Meningkatkan Angka Kelahiran, Dengan Cara Mendatangkan PRT Asing dari Kawasan Asia Tenggara
HONG KONG – Sebuah pembahasan intensif tengah dilakukan oleh Korea Selatan, terkait dengan solusi menghadapi penurunan drastis angka kelahiran.
Kini, hal tersebut tengah digodog di tingkat parlemen, dimana opsi mendatangkan PRT asing dari kawasan Asia Tenggara menjadi fokus pembahasan utama.
Pemerintah Korea Selatan mengusulkan untuk membuka pintu kedatangan PRT asing dari kawasan Asia Tenggara, agar bekerja di rumah tangga-rumah tangga Korea Selatan, utamanya di pasangan yang berfikiran takut memiliki anak lantaran keduanya sama-sama sibuk dan tidak bisa mengurusnya.
Negara dengan tingkat perekonomian terbesar keempat di Asia mencatat tingkat kesuburan total terendah di dunia sebesar 0,78 pada tahun 2022 dan melaporkan 0,81 pada kuartal pertama tahun ini, tingkat kesuburan terendah yang pernah ada untuk kuartal pertama. Angka fertilitas total mengukur rata-rata jumlah anak yang dilahirkan seorang wanita selama hidupnya.
Namun beberapa kalangan di Korea Selatan memandang, program mendatangkan PRT asing tersebut hanyalah menguntungkan bagi mereka yang mampu secara finansial saja.
Cho Hyuk-jin, seorang peneliti di Korea Labour Institute, mengatakan pada dalam forum sidang parlemen pada hari Kamis (25/05/2023) kemarin, bahwa tidak ada korelasi yang jelas dari studi sebelumnya antara adopsi pembantu rumah tangga asing dan peningkatan angka kelahiran suatu negara.
Lee Eun-young, wakil presiden YWCA Nasional Korea, menunjukkan bahwa program PRT asing Hong Kong dan Singapura pertama kali diperkenalkan pada tahun 1970-an ketika masyarakat ini tidak memiliki sistem perlindungan tenaga kerja dan hak asasi manusia, dan bahwa program negara-negara ini seringkali dipersalahkan atas eksploitasi tenaga kerja atau pelecehan seksual oleh majikan.
Korea berusaha merancang program PRT asingnya berdasarkan model Hong Kong dan Singapura.
“Jika sistem ini hanya dapat diakses oleh kelompok tertentu, ini akan menciptakan kesenjangan sosial, membuat kelompok tertinggal merasakan kerugian besar,” tambah Lee.
Namun bagi kalangan yang menyetujui, mereka mendesak pemerintah untuk segera memperkenalkan program pembantu rumah tangga yang terjangkau seperti yang saat ini sedang dibahas.
PRT asing dari negara-negara Asia Tenggara sangat dibutuhkan dan akan mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh pengasuh Korea dan akan menjadi alternatif yang baik untuk mengasuh anak oleh kakek nenek atau anggota keluarga lainnya, kata Lee Bong-jae, wakil presiden layanan pencocokan pembantu rumah tangga Korea Daerijubu.
Saat ini, Korea tengah melakukan uji coba pada 100 rumah tangga di Seoul yang memperkerjakan PRT asing dengan gaji minimum 1,7 juta Won atau US$ 1.300 atau setara dengan IDR 19.500.000.
Tentu merupakan nilai upah minimum PRT asing tertinggi dibanding negara lainnya seperti Hong Kong, Singapura, atau Malaysia. []