Mudik Lewat Tol ? Berikut Hitungan Tarifnya
JAKARTA – Mudik tahun ini menimbulkan dilema bagi Anjar Widianto (42), seorang perantau ibu kota yang ingin menikmati suasana Idulfitri di kampung halamannya di Surabaya, Jawa Timur. Bagaimana tidak, tiket kereta api sudah ludes terjual, ongkos transportasi untuk perjalanan udara pun belum juga terjangkau.
“Saya mudik membawa keluarga berjumlah lima orang, rasanya mustahil bagi saya mudik lewat udara melihat harga pesawat yang masih tinggi,” ujar Anjar kepada Beritagar.id, Selasa (28/5/2019).
Meski demikian, asa Anjar untuk berlebaran di kampung halaman masih terjaga. Sebab, dirinya mengetahui jika saat ini Tol Trans Jawa sudah bisa digunakan mudik tahun ini. Jalan bebas hambatan di pulau Jawa saat ini sudah tersambung dari Merak, Banten hingga Probolinggo, Jawa Timur.
Cerita Anjar menjadi contoh segelintir pemudik yang mulai melirik kehadiran jalan tol baru demi menuju kampung halaman. PT Jasa Marga Persero (Tbk) bahkan memperkirakan, Tol Jakarta-Cikampek (Japek) akan dipadati sekitar 150 ribu unit kendaraan roda empat pada masa puncak arus mudik Lebaran 2019.
Jumlah tersebut meningkat dibanding volume kepadatan pada puncak arus mudik tahun lalu, yang disesaki oleh sekitar 130 ribu unit kendaraan. Salah satu penyebabnya yakni meningkatnya antusiasme pemudik untuk menikmati mudik lewat tol Trans Jawa.
Trans Jawa yang membentang sepanjang 1.468 kilometer (km) telah dibuka untuk mendukung kelancaran arus mudik dan balik Lebaran 2019. Tol ini membuat akses dari Jakarta hingga Surabaya sepanjang 800 km tersambung mulus tanpa putus.
Apalagi tahun ini semua ruas jalan tol ini sudah statusnya sudah beroperasi penuh dan bukan lagi fungsional. Artinya jika pada tahun lalu ada beberapa ruas tol Trans Jawa yang masih gratis, pada tahun ini seluruh ruas tol di Trans Jawa sudah berbayar.
Untuk menuju Surabaya, Anjar yang berdomisili di Kebagusan, Jakarta Selatan setidaknya harus menempuh waktu perjalanan kurang lebih 11 jam, dengan catatan waktu tersebut tidak memperhitungkan lama istirahat dan kondisi lalu lintas yang relatif lancar.
Waktu tempuh ini jelas lebih cepat dibanding saat Tol Trans Jawa belum beroperasi. Jika melewati jalur Pantura, Jakarta–Surabaya umumnya harus ditempuh dalam tempo lebih dari 24 jam secara non-stop.
Adapun rute yang harus ditempuh melalui Tol Trans Jawa meliputi Jakarta-Cikampek, Palimanan, Kanci, Pejagan, Pemalang, Batang lalu Semarang. Dilanjutkan menuju Solo, Ngawi, Kertosono, Mojokerto, dan Surabaya.
Jika mengacu pada patokan tarif yang diatur oleh Badan Pengatur Jalan Tol Kementerian, Anjar harus merogoh kocek sebesar Rp675.500 untuk membayar tarif tol dari Jakarta ke Surabaya.
Jika dihitung pulang-pergi, maka saldo yang dibutuhkan di kartu elektronik untuk tol sebesar Rp1.351.000. Namun tarif ini bisa saja lebih rendah apabila diskon 15 persen dari otoritas jalan tol berlaku.
Apabila jarak yang harus ditempuh dari Jakarta ke Surabaya via tol Trans Jawa adalah 800 km, setidaknya mobil Anjar harus menenggak setidaknya 76 liter Bahan Bakar Minyak (BBM).
Jika kendaraan itu menggunakan BBM Pertamax seharga Rp9.850/liter, uang BBM yang harus disediakan oleh Anjar sekitar Rp748.600. Sehingga total uang bensin pulang pergi sekitar Rp1.497.200. Jumlah tersebut belum termasuk pengeluaran untuk makan, akomodasi hingga pengeluaran darurat lainnya.
Namun menurut Anjar, ongkos tersebut masih masuk akal jika dibanding harus membelikan seluruh anggota keluarganya tiket pesawat. Untuk rute penerbangan Jakarta-Surabaya, sejumlah maskapai full service seperti Garuda Indonesia dan Batik Air mematok tarif hingga Rp1,5 juta per penumpang. Sementara untuk rute sebaliknya, tarifnya mencapai Rp1,6 juta per penumpang.
“Untuk satu orang saja berarti sudah Rp3 juta, dikalikan lima orang sudah Rp15 juta. Benar-benar enggak masuk akal,” ucap karyawan swasta tersebut.
Pemudik lain mungkin bisa saja mengeluarkan biaya yang lebih kecil dari yang dikeluarkan oleh Anjar, jika rute yang ditempuh lebih pendek. Bagi pemudik yang memiliki rute Jakarta-Semarang misalnya, setidaknya harus mengeluarkan biaya tol Rp349.500 untuk menempuh 480,7 km perjalanan.
Tarif termahal dan termurah
Tarif dasar tol memang berbeda-beda, ini disebabkan oleh konsesi antara operator jalan tol dan negara.
Konsesi adalah pemberian hak, izin, atau tanah oleh pemerintah kepada perusahaan, individu, atau entitas legal lain. Model konsesi umum diterapkan pada kemitraan pemerintah swasta (KPS) atau kontrak bagi hasil.
Membangun jalan tol memang tak murah, begitu juga dengan perawatannya. Tak ayal, pemerintah selalu menggandeng pihak swasta untuk memuluskan proyek ini.
Agar penerimaan negara dari tol tak terlalu minim, pemerintah pun memberikan hak konsesi kepada pihak swasta. Alhasil swasta pun berhak atas bagi hasil dari penerimaan jalan tol atau internal rate of return (IRR).
Untuk tiap ruas, durasi konsesi bisa berbeda, rata-rata 30-40 tahun. Namun belakangan, ada rencana pemerintah memperpanjang konsesi hingga 50 tahun demi tujuan penurunan tarif tol. Intinya, semakin tua usia jalan tol maka tarifnya cenderung lebih murah.
Jalan tol yang dibangun tahun 1970-an hingga 2000, tarifnya rata-rata berkisar Rp400 per km, untuk tahun 2000-2010 tarifnya berkisar Rp700 per km, tahun 2010-2015 tarifnya naik lagi menjadi sekitar Rp900 per km, dan tol yang baru dibangun 2015 sampai saat ini berlaku tarif sekitar Rp1.500 per km.
Untuk mengetahui ruas tol mana saja yang memiliki tarif tertinggi dan terendah, Beritagar.id mengolah data 14 rute mudik lintas Jawa terpopuler yang dirilis Jasa Marga dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dengan perincian 18 ruas tol. Data yang digunakan adalah untuk golongan I dengan rute terjauh.
Dari 18 ruas tol tersebut, delapan di antaranya merupakan tol baru yang dioperasikan di atas tahun 2000 sementara 10 lainnya sebelum tahun 2000.
Dari seluruh ruas tol, rata-rata tarif tol termurah yakni pada ruas tol Semarang ABC sekitar Rp202/km yang mulai beroperasi tahun 1983 –tertua–, sementara termahal yakni ruas tol Kertosono-Mojokerto seharga Rp1.135/km yang mulai beroperasi tahun 2014. Tol ini dikelola oleh PT. Marga Harjaya Infrastruktur, anak usaha Astra Infra Grup.
Perhatikan kesehatan
Bagi pemudik, Tol Trans Jawa tentu memberikan berkah tersendiri. Selain bakal memangkas waktu perjalanan, keberadaan tol diharapkan mampu mengurangi kepadatan jalan umum. Meski demikian, di balik kemudahan itu pengguna mobil dituntut mengutamakan keselamatan.
Untuk melintasi Tol Trans Jawa, selain dana yang harus disiapkan, pemudik juga harus memikirkan manajemen waktu perjalanan. Menempuh jarak lebih dari 800-an km dengan waktu tempuh di kisaran 11 jam ternyata bukan hal baik.
Jusri Pulubuhu, pendiri dan instruktur Jakarta Defensive Driving Consultant (JDDC) berujar jika mengemudi paling lama idealnya hanya 2 jam.
“Kecuali ada supir cadangan, tentu bisa saja kalau mau jalan terus,” katanya.
Istirahat yang dilakukan selama perjalanan bisa diselingi dengan perenggangan agar peredaran darah tetap lancar. Jusri mengingatkan, dalam sehari seorang pengemudi tidak dianjurkan berkendara hingga lebih dari 10 jam.
Menurutnya, kemampuan motorik dapat menurun dan hal-hal yang tak diinginkan pun bisa terjadi.
“Orang akan cenderung cepat letih saat melaju dengan konstan di jalan tol. Hal ini karena aktivitas otak lebih datar dan tidak terstimulus karena situasi monoton. Oleh karena itu perlu penyegaran lewat istirahat tiap 2 jam sekali, agar pikiran dan badan bisa refresh kembali,” ujar Jusri. [Elisa]