December 22, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Nasehat Bagi Para “Pencari” Jabatan

2 min read

ApakabarOnline.com – Segala puji bagi Allah, shalawat serta salam semoga terlimpah kepada Nabi Muhammad serta keluarganya dan orang-orang yang mengikuti sunnah-nya hingga yaumul akhir.

Dalam sebuah hadits disebutkan:

عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : [ إنكم ستحرصون على الإمارة وستكون ندامة يوم القيامة ] رواه البخاري

Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya kalian akan berambisi merebut jabatan, dan nanti pada hari kiamat jabatan-jabatan itu akan menjadi penyesalan.” (HR. Bukhari)

Maha benar Allah dan Rasul-Nya, fenomena ini nampak jelas di hadapan kita. Masih terekam jelas di dalam ingatan kita saat Pemilu dilaksanakan beberapa saat yang lalu. Sejak pemilu dilaksanakan secara langsung nampaklah orang-orang yang berambisi terhadap dunia memperebutkan suatu kedudukan yang kelak akan dimintai pertanggungjawabannya. Mereka tidak sadar akan hal tersebut, bahwa jabatan adalah sebuah amanat yang sangat berat. Tidak hanya di dalam Pemilu, saat ini banyak sekali jabatan yang diperebutkan melalui sistem pemilihan. Mulai dari bupati, walikota, rektor universitas, kepala desa atau bahkan sekedar ketua BEM sebuah fakultas.

Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang seseorang memintanya, sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut,

 

عن أبي سعيد عبد الرحمن بن سمرة رضي الله عنه قال قال لي رسول الله صلى الله عليه وسلم : [ يا عبد الرحمن ابن سمرة لا تسأل الإمارة فإنك إن أعطيتها عن غير مسألة أعنت عليها وإن أعطيتها عن مسألة وكلت إليها ] متفق عليه

 

Dari Abu Sa’id ‘Abdurrahman bin Samurah, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada saya, “Hai Abdurrahman bin Samurah, janganlah engkau meminta jabatan karena apabila kamu diberi jabatan tanpa meminta, maka kamu akan ditolong dalam melaksanakannya dan apabila kamu diberi karena meminta maka pelaksanaan jabatan itu sepenuhnya diberikan kepadamu.” (HR. Muslim)

Dari hadits di atas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan bahwa Allah Ta’ala tidak akan menolong orang-orang yang mendapatkan jabatan karena meminta, jadi bagaimana mungkin mereka dapat menjalankan amanat tersebut, kalau Allah telah berlepas diri darinya, maka takutlah wahai para peminta jabatan!

Juga telah diriwayatkan dari Abu Dzar,

قلت : يا رسول الله ألا تستعملني ؟ فضرب بيده على منكبي ثم قال : [ يا أبا ذر إنك ضعيف وإنها أمانة وإنها يوم القيامة خزي وندامة إلا من أخذها بحقها أدى الذي عليه فيها ] رواه مسلم

Saya berkata, “Wahai Rasulullah kenapa engkau tidak memberi jabatan kepada saya?” Beliau langsung menepukkan tangannya di atas pundakku, kemudian bersabda, “Ya Abu Dzar, sesungguhnya engkau ini lemah dan jabatan itu amanah, pada hari kiamat ia akan menjadi penghinaan dan penyesalan kecuali bagi orang yang mengambilnya dengan haknya dan menunaikan hak jabatan yang menjadi kewajibannya.” (HR. Muslim)

Hal lain yang membuat mata ini sesak ketika keluar rumah adalah terpampangnya gambar para peminta jabatan dimana-mana, di masa-masa kampanye. Di setiap penjuru jalan yang selalu terlihat dimata adalah foto para peminta jabatan dengan aksi yang bermacam-macam, padahal kalau kita ingat hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa malaikat tidak akan masuk rumah yang di dalamnya terdapat gambar makhluk, maka bagaimana kita mengharapkan kebaikan untuk negara kita kalau kita masih sangat jauh dari jalan Islam yang sesungguhnya.

Kemudian yang lebih menyedihkan adalah para wanita ikut ramai di dalamnya, mereka tidak mau kalah ingin memperebutkan jabatan itu. Padahal para wanita mempunyai tugas tersendiri yang sesuai dengan fitrah dan kemampuannya, yaitu melakukan perbaikan terhadap bangsa ini dari balik tembok (di dalam rumah mereka), yaitu dengan mendidik anak-anaknya, mempersiapkan mereka sebaik mungkin untuk menjadi generasi penerus bangsa. Karena seorang ibu adalah madrasah (sekolah) yang pertama dan utama bagi anak-anaknya. Itulah tugas mulia yang diemban para wanita, semoga kita diberi taufik untuk bisa melakukannya. []

Penulis: Ummu Muhammad Anik Rahmawati

Advertisement
Advertisement