Pilih Jualan Ban dari Kecil-Kecilan, Ketimbang Kerja di Pabrik Besar Tapi Hanya Menjadi Karyawan
KUDUS – Di dalam sebuah bangunan yang berada di tepi Jalan Cipto Kusumo, Desa Loram Wetan, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, tampak puluhan ban motor. Di antara ban itu, seorang pria sedang merapikan barang dagangannya itu sambil menunggu pembeli datang. Pria tersebut yakni Wahyu Dwi Firmanto (22) pemilik Bakoel Ban.
Sembari menunggu pelanggan, pria yang akrab disapa Wahyu itu sudi berbagi kisah tentang usahanya. Dia mengatakan, mulai merintis usaha jual ban sejak Februari 2020, setelah ia memutuskan keluar dari kerja pabrik. Dia mengaku, setelah lulus SMK pada 2015, kemudian kerja di perusahaan benang di Demak.
Namun, kata dia, karena kebijakan perusahaan yang tidak akan mengangkat pekerjanya jadi karyawan tetap, ia pun berpikir untuk menyiapkan masa depannya. Dia tidak ingin selamanya jadi buruh kontrak, yang otomatis tidak jelas masa depannya.
“Saya bekerja di pabrik tersebut selama empat setengah tahun. Karena tidak ada prospek jadi karyawan tetap, saya keluar kerja dan memutuskan untuk merintis usaha,” ujar Wahyu dikutip dari Beta News, Jumat (13/11/2020).
Pria yang tercatat sebagai warga Desa Pasuruhan Lor, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus itu merintis usaha penjualan ban dengan modal tabungan selama kerja serta uang BPJS Ketanagakerjaan. Saat itu, tuturnya, modal awal usahanya untuk mendirikan Bakoel Ban yakni Rp 10 juta. Dengan rincian Rp 4 juta untuk sewa tempat dan Rp 6 juta untuk belanja ban motor.
Menurutnya, memilih usaha penjualan ban karena setiap tahun sepeda motor selalu diproduksi dan tentunya berikut bannya. Sedangkan ban itu kan sekali pakai dan buang, jadi saat ban bawaan pabrik di motor itu sudah tipis, otomatis pemilik motornya akan menggantinya.
“Usaha ban motor itu prospeknya sangat cerah. Selagi motor masih diproduksi berarti jualan ban motornya pasti laku,” beber pria lajang tersebut.
Anak bungsu dari dua bersaudara itu mengatakan, Bakoel Ban menyediakan ban baru dan bekas dari berbagai merek. Untuk harga ban bekas mulai Rp 40 ribu sampai Rp 150 ribu. Sedangkan harga ban baru kisaran antara Rp 115 ribu sampai Rp 400 ribu. Sedangkan ban dalam dijual mulai harga Rp 20 ribu.
“Setiap pembelian semua jenis ban di Bakoel Ban gratis pemasangan,” jelas pria yang mengenakan kaus dan masker hitam tersebut.
Dia menuturkan, ban yang dijualnya itu lumayan laris. Untuk ban bekas setiap hari ia bisa jual 30 ban dan yang baru bisa menjual sekitar 20 ban. Dari penjualan ban tersebut, ia bisa menghasilkan penghasilan bersih Rp 9 juta sebulan.
Dia bersyukur usaha yang dirintisnya mulai jalan, dan terlihat hasilnya. Dia pun mengajak para remaja agar berani untuk merintis usaha. Menurutnya, punya usaha itu lebih enak, tidak yang memerintah. Penghasilannya pun lumayan.
“Para remaja generasi penerus bangsa marilah merintis usaha. Yakinlah punya usaha itu lebih menjanjikan, lebih santai bekerjanya, dan penghasilannya lebih besar dari bekerja di perusahaan,” tandasnya. []
Sumber Beta News