December 22, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Potensi “Harta Karun” Lumpur Lapindo dan Peluang Indonesia Kuasai Pasar Baterai Kendaraan Listrik Dunia

3 min read

SURABAYA – Indonesia bisa jadi ‘raja’ baterai kendaraan listrik dunia setelah temuan ‘harta karun’ di Lumpur Lapindo. Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat terdapat indikasi adanya harta karun berupa lithium (Li) dan strontium (Sr) di Lumpur Lapindo, Sidoarjo, Jawa Timur.

Koordinator Mineral Pusat Sumber Daya Mineral Batu Bara dan Panas Bumi Badan Geologi Kementerian ESDM, Moehammad Awaluddin menyampaikan bahwa berdasarkan penyelidikan umum di Lumpur Lapindo, Sidoarjo ditemukan adanya mineral kritis dengan kadar yang cukup tinggi yaitu lithium dan stronsium

Atas adanya indikasi temuan lithium dan stronsium itu, pihaknya saat ini fokus kepada uji ekstraksi. Bahkan, di tahun 2021 Puslitbang Tekmira sudah menindaklanjuti hal tersebut dan fokus ke logam lithium tersembunyi.

Lithium dan strontium adalah mineral yang digunakan untuk pengembangan kendaraan listrik (EV) dan kebutuhan elektronik. Peran lithium sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik sama pentingnya seperti nikel dan kobalt.

Selain itu, biaya bahan baku pembuatan baterai listrik pun memiliki porsi besar yaitu mencapai 50%-70% dari total beban. Sehingga seiring dengan pertumbuhan penjualan kendaraan listrik dunia, permintaan lithium pun akan meningkat.

Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan penjualan EV pada tahun 2040 mencapai 72,5 juta unit. Jumlah ini melesat 24 kali lipat dari tahun 2020 dengan penjualann 2,9 juta unit.

Dengan pertumbuhan penjualan kendaraan listrik tersebut, IEA memperkirakan kebutuhan lithium untuk kendaraan listrik pada tahun 2040 mencapai 1.063.000 ton. Meroket 47 kali lipat dibanding tahun 2020 sebesar 22.000 ton. Pangsa pasar lithium pada teknologi energi bersih dunia meningkat menjadi 92% dari hanya 29% pada tahun 2020.

Namun, kebutuhan yang membludak di masa depan menjadi tantangan tersendiri bagi pasokan lithium. “Pasokan yang diharapkan dari tambang dan proyek yang sedang dibangun diperkirakan hanya memenuhi setengah dari proyeksi (permintaan) lithium,” kata laporan IEA.

Saat ini Australia adalah produsen tambang lithium terbesar di dunia. Kontribusi kurang lebih 50% dari hasil tambang lithium dunia. Kemudian ada Cile dan China sebagai produsen tambang lithium terbesar nomor dua dan tiga dunia.

Sementara untuk pengolahan lithium, China adalah negara terbesar dengan kontribusi lebih dari 55%. Selain China ada Cile dan Argentina di urutan dua dan tiga.

Potensi ekspor hasil tambang lithium besar mengingat kebutuhan yang tinggi. China bisa sebagai pasar utama Indonesia mengingat negeri panda tersebut adalah pengolah lithium terbesar namun bukan sebagai penambang lithium dunia. Kedekatan antara Jakarta-Beijing soal dagang barang tambang pun bisa jadi keuntungan.

Akan tetapi melihat visi Indonesia sebagai poros baterai EV dunia, nampaknya lithium akan diolah terlebih dahulu untuk mendapatkan nilai jual yang tinggi sebelum akhirnya diekspor.

Pasar Asia tampak menggiurkan mengingat kontribusi yang mencapai 43% dari total penjualan EV seluruh dunia pada 2040. China, India, Jepang, dan Korea adalah penyumbang utama dengan masing-masing perkiraan penjualan mencapai 19,7 juta, 9,1 juta, 2,3 juta, dan 0,7 juta unit.

Indonesia diuntungkan dengan keadaan geografis yang lebih dekat dengan negara-negara tersebut yang berarti biaya pengiriman akan lebih murah dibanding Cile sebagai produsen lithium olahan terbesar kedua di dunia selain China. Sehingga Indonesia memiliki daya tawar lebih.

Mengacu bursa logam London (LME) harga lithium olahan per 27 Januari 2021 diperdagangkan di US$ 42/kg. Jika dikonversi menjadi ton nilainya sebesar U$ 38.102/ton atau Rp 547.436.200/ton (kurs= Rp 14.367,65/US$). Nilai tersebut lebih tinggi dari energi fosil seperti batu bara dengan dihargai US$ 196/ton atau Rp 2.816.059/ton dengan acuan newcastle (Australia) untuk kontrak dua bulan.

Selain di Lumpur Lapindo, lithium juga ditemukan di beberapa daerah lain. Menurut catatan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marinves) unsur logam lithium berpotensi ada daerah Tikus, Bangka Belitung, Hatapang, Pegunungan Tiga Puluh, Aceh dan Sumatera dengan catatan perlu survey lebih terinci. []

Sumber CNBC

 

Advertisement
Advertisement