PVMBG : Masyarakat Dihimbau Waspadai Lahar Hujan Dingin dari Gunung Semeru
MALANG – Masyarakat di sekitar Gunung Semeru harus waspada dengan bahaya sekunder. Bahaya ini biasanya disebabkan oleh tumpukan material vulkanik di puncak gunung.
Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Semeru, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Liswanto mengatakan, akibat hujan deras di kawasan puncak semeru, sewaktu-waktu material vulkanik tersebut bisa meluncur ke bawah, melalui aliran-aliran sungai yang berhulu di kawasan Gunung Semeru.
Liswanto menambahkan, kawah termuda Gunung Semeru yakni kawah Jonggring Seloko sedang mengalami fase pembentukan kubah lava. Pembentukan ini terjadi sejak tahun 2010.
“Saat ini material vulkanik yang terbentuk diperkirakan telah mencapai lebih dari 100 juta meter kubik. Pada awal pemantauan yang kami lakukan tahun 2010, baru terbentuk kubah lava sekitar 5 meter kubik. Kubah lava tersebut terus tumbuh, dan tahun 2017 kami amati sudah mencapai sekitar 100 juta meter kubik,” tuturnya.
Lebih lanjut Liswanto mengatakan, material vulkanik ini kondisinya labil, sehingga ketika terjadi dorongan energi dari dalam kawah gunung atau terkena gerusan air hujan dengan intensitas tinggi, maka material vulkani bisa runtuh dan meluncur ke bawah menjadi lahar hujan.
Selain lahar hujan, kata Liswanto, bahaya bencana skunder yang perlu diwaspadai dari Gunung Semeru adalah semburan material vulkanik yang dipicu oleh dorongan energi dari dalam kawah.
“Material vulkanik ini bisa mengganggu jalur penerbangan pesawat dari Bandara Abdulrachman Saleh Malang, karena sebaran material vulkaniknya berada di kawasan jalur penerbangan. Ini yang selalu kami pantau dan waspadai, demi keselamatan penerbangan,” kata dia.
Pria yang sudah 25 tahun bertugas mengamati gunung api tersebut menjelaskan, keberadaan tumpukan material vulkanik di sekitar kawah tersebut bisa juga menimbulkan sumbatan pada saluran magma dari dalam kawah.
“Apabila terjadi sumbatan dan ada dorongan energi yang besar dari dalam kawah, dikawatirkan akan memicu munculnya pergerakan magma menembus celah batuan yang lebih muda di sekitar kawah,” tuturnya.
Terkait aktivitas vulkanik gunung dengan ketinggian 3.676 meter dari permukaan laut, Liswanto mengatakan, setiap saat gunung ini selalu mengalami letusan kecil. Hingga saat ini statusnya berada di level II atau wapada.
Dari hasil pengamatan pada Jumat (17/01/2020) pukul 00.00 WIB, terjadi dua kali letusan yang mengeluarkan kepulan asap putih kelabu dengan ketinggian 400-600 meter dari bibir kawah, dan condong ke arah utara.
Sementara untuk kegempaan, teramati terjadi gempa letusan sebanyak 23 kali dengan amplitudo 9-23 mm, durasinya 23-221 detik. Gempa guguran sebanyak empat kali, beramplitudo 3-9 mm dengan durasi 68-122 detik. Serta, gempa hembusan sebanyak empat kali, dengan amplitudo 3-8 mm durasinya 40-67 detik. []