Rasulullah Menyuruh “Juallah”, Bukan Bekerjalah
ApakabarOnline.com – Ini mungkin terluput dari perhatian kita, bahwa Rasulullah lebih memerintahkan kita menjadi pedagang dari yang lainnya. Gak percaya? Simak aja kisah berikut:
Jadi pedagang itu mulia dan perintah Rasulullah. Pernah tau kan kisah seorang pemuda yang meminta-minta kepada rasulullah, lalu rasul menyuruhnya menjual pakaian hangat yang dimilikinya untuk dibelikan kapak?
Kata Rasulullah, “Saudara, terimalah uang ini. Lalu yang satu dirham kamu belikan makanan dan segera kamu berikan kepada keluargamu di rumah, sedangkan yang satu dirham lagi belikan sebuah kampak, dan bawalah ke sini segera.”
Lelaki itu segera menuruti perintah Rasulullah Saw dan menyerahkan sebuah kampak yang belum ada tangkainya kepada beliau. Kampak itu beliau terima lalu dibuatkan tangkai (gagang). Setelah tangkai terpasang, kampak itu beliau serahkan kepada lelaki tadi seraya bersabda,
“Sekarang carilah kayu bakar dan JUAL-lah ke pasar! Dan ingat, jangan sekali-kali datang menghadapku sebelum lima belas hari!”
Coba kita perhatikan, mengapa Rasulullah menyuruh pemuda itu untuk mencari kayu lalu menjualnya? Bukankah secara logika akan lebih mudah bagi rasulullah untuk merekomendasikan saja anak muda ini ke salah seorang sahabatnya yang kebanyakan pengusaha kaya itu untuk bekerja pada mereka?
Mengapa Rasulullah tidak mengatakan, “Ini, pergilah ke si Anu, sampaikan surat ‘sakti’ ini padanya dan kamu akan diterima sebagai karyawannya.”
Ya, Rasulullah lebih suka menyuruh anak muda itu untuk jadi pedagang atau berwirausaha dibanding merekomendasikannya untuk bekerja pada orang lain.
Mari kita renungkan: JUALLAH!! Kata rasulullah…bukan LAMARLAH Pekerjaan ke si A…..
Jadi, banggalah dengan profesi wirausaha anda, meski sekarang belum besar dan hebat.
Karena Rasulullah lebih memerintahkan pemuda untuk jadi pedagang dibanding yang lain.
Semangaaattttt………….
=============================
Kisah lengkapnya seperti ini:
Dikisahkan oleh Anas bin Malik ra, pada suatu hari datanglah seorang lelaki dari kalangan Anshar menghadap baginda Nabi saw untuk meminta pekerjaan.
Maka baginda Nabi bertanya kepada-Nya,”Hai Fulan, apakah kamu memiliki sesuatu di rumah?”
Orang itu menjawab,”Betul ya Rasulullah, di rumah, saya memiliki sebuah hil (pakaian tebal).”
Kemudian dia berkata lagi, “Sebagiannya saya pakai dan sebagian lainnya saya jadikan sebagai alas tidur. Selain itu, saya juga memiliki sebuah bejana tempat air minum.”
Kemudian Rasulullah berkata, “Bawalah benda itu kepadaku.”
Kemudian lelaki itu mengambilnya dan diserahkan kepada Nabi Saw.
Beliau menerimanya, lalu melelang benda itu kepada sahabat-sahabat yang kebetulan hadir seraya bersabda,”Siapa yang mau membeli dua benda ini.
Seorang sahabat menyahut,”Saya membelinya dengan harga satu dirham.”
Beliau menawarkan lagi, “Siapa berani lebih tinggi?”
Beliau mengucapkan kalimat ini sampai dua tiga kali.
Baru setelah itu ada sahabat lain menyahut,”Ya Rasulullah, saya bersedia membelinya dengan harga dua dirham.”
Maka Rasulullah menghampiri sahabat tersebut, lalu kedua benda itu diserahkan kepadanya, dan uang pembayarannya pun beliau terima.
Selanjutnya beliau memberikan uang itu kepada lelaki tadi seraya bersabda,”Saudara, terimalah uang ini. Lalu yang satu dirham kamu belikan makanan dan segera kamu berikan kepada keluargamu di rumah, sedangkan yang satu dirham lagi belikan sebuah kampak, dan bawalah ke sini segera.”
Lelaki Anshar itu segera menuruti perintah Rasulullah Saw dan menyerahkan sebuah kampak yang belum ada tangkainya kepada beliau. Kampak itu beliau terima lalu dibuatkan tangkai (gagang). Setelah tangkai terpasang, kampak itu beliau serahkan kepada lelaki Anshar tadi seraya bersabda,
“Sekarang carilah kayu bakar dan juallah ke pasar! Dan ingat, jangan sekali-kali datang menghadapku sebelum lima belas hari!”
Kemudian pergilah lelaki Anshar itu untuk mencari kayu bakar. Selanjutnya kayu-kayu yang berhasil memperoleh uang sebanyak sepuluh dirham. Uang itu dibelikan pakaian, makanan, dan keperluan lainnya. Lalu dengan perasaan girang dia menghadap Nabi dan melaporkan apa yang telah diperolehnya sekarang. Maka beliau pun turut bersyukur seraya bersabda,
“Ini lebih balk bagimu daripada meminta-minta, itu akan mencoreng wajahmu kelak pada hari kiamat. Dan meminta-minta dibenarkan kecuali pada tiga golongan. Pertama, orang yang benar-¬benar miskin. Kedua, orang yang terlilit utang. Ketiga, orang yang dibebani tebusan besar.” (HR Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i dan Ibnu Majah). []
Penulis Ahmadi Amrun