December 22, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Sebagaimana Thailand, Bangladesh, serta India, Apakah Indonesia Akan Terkena Gelombang Panas ?

2 min read

JAKARTA – Sejumlah negara di Asia Selatan dan Tenggara seperti Bangladesh, Myanmar, India, China, Thailand, dan Laos mengalami fenomena gelombang panas atau heatwave. Mungkinkah Indonesia mengalami hal yang sama?

Heatwave yang melanda membuat suhu di sejumlah negara tersebut mencapai lebih dari 40°C selama beberapa hari. Di kota Kumarkhali, Bangladesh suhu bahkan mencapai 51°C.

Selain itu di Jepang dan Korea Selatan suhu bisa mencapai 30°C. Berdasarkan hasil penelitian jurnal Nature Communication, gelombang panas berisiko tinggi pun terjadi di Afghanistan, Papua Nugini, Guatemala, Honduras, dan Nikaragua.

Di Indonesia suhu panas juga terjadi, namun menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), itu bukanlah heatwave.

“Suhu panas di Indonesia bukan gelombang panas, dan suhu maksimum harian sudah mulai turun,” kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam keterangan tertulis, dikutip dari CNN, Rabu  (03/05/2023).

BMKG menyebut, Indonesia sempat mencatatkan suhu maksimal harian yakni 37,2°C di stasiun pengamatan BMKG Ciputat. Namun secara umum, suhu tertinggi di beberapa lokasi berada pada kisaran 34°C – 36°C.

Menurut Dwikorita, gelombang panas biasanya terjadi bukan di Khatulistiwa atau di wilayah kepulauan. Hal itulah yang menyebabkan heatwave tidak terjadi di Indonesia karena wilayahnya yang berupa kepulauan dan di garis Khatulistiwa.

“Secara karakteristik fenomena, Gelombang Panas umumnya terjadi pada wilayah yang terletak pada lintang menengah hingga lintang tinggi, di belahan Bumi Bagian Utara maupun di belahan Bumi Bagian Selatan,” tuturnya.

“Pada wilayah geografis yang memiliki atau berdekatan dengan massa daratan dengan luasan yang besar, atau wilayah kontinental atau sub-kontinental,” lanjut dia.

Luas daratan yang besar tersebut berkaitan dengan aktivitas gelombang Rossby yakni gelombang atmosfer dan lautan di sekitar ekuator pada lapisan troposfer bagian atas.

“Gelombang panas biasanya terjadi berkaitan dengan berkembangnya pola cuaca sistem tekanan atmosfer tinggi di suatu area dengan luasan yang besar secara persisten dalam beberapa hari,” tuturnya.

Dalam sistem tekanan tinggi tersebut, lanjut Dwikorita, pergerakan udara dari atmosfer bagian atas menekan udara permukaan (subsidensi).Efeknya, udara termampatkan dan suhu permukaan meningkat karena “umpan balik positif antara massa daratan dan atmosfer.”

Pusat tekanan atmosfer tinggi ini menyulitkan aliran udara dari daerah lain mengalilr masuk ke area tersebut.

“Semakin lama sistem tekanan tinggi ini berkembang di suatu area karena umpan balik positif antara daratan dan atmosfer, semakin meningkat panas di area tersebut, dan semakin sulit awan tumbuh di wilayah tersebut,” urai Dwikorita.

Hasilnya, gelombang panas yang dicirikan dengan kenaikan suhu setidaknya 5º dan berlangsung paling tidak lima hari berturut-turut. []

 

 

Advertisement
Advertisement