December 22, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Semakin Banyak Yang Turun, Aksi Warga Hong Kong Berlanjut Sampai Malam Hari Begini Situasi Hong Sepanjang hari ini

7 min read

HONG KONG – Ribuan warga Hong Kong yang melakukan aksi sejak Senin (01/07/2019) dini hari dan diwarnai bentrok dengan polisi terus menguasai jalan jalan di Hong Kong. Para pendemo sebagian besar berpakaian hitam semakin banyak keluar dengan kekuatan penuh di Hong Kong pada Senin sore setelah polisi kembali menggunakan kekerasan. Aksi demo yang berlangsung anarkis ini merusak peringatan 22 tahun kembalinya kota ke China.

Para pengunjuk rasa menghancurkan pintu kaca gedung legislatif (Legco) serta melempar petugas dengan zat kimia yang membuat 13 polisi terluka. Dilansir dari South China Morning Post, Senin malam, hingga pukul 20.30 waktu setempat atau sekitar pukul 19.30 WIB, para pendemo masih memadati jalan raya.

Para pendemo juga berhasil menembus Legco, merusak pagar, menghancurkan kaca gedung serta mematikan seluruh CCTV gedung untuk menghindari penangkapan oleh polisi. Sore harinya, para pendemo memblokade jalan raya menbbunakan troli logam dan tiang-tiang besi serta batu-batu yang dibongkar dari sisi jalan raya untuk menghalangi peringatan 22 tahun kembalinya Hong Kong ke China.

Polisi berpakaian anti-huru hara dan perisai akhirnya membubarkan massa menggunakan semprotan merica terhadap pendemo yang melindungi diri dengan payung. Aksi demo ini membuat peringatan bersejarah itu dirayakan dengan menyedihkan karena Kepala Eksekutif Carrie Lam Cheng Yuet-ngor terpaksa menggelar acara di gedung konfensi dan pameran.

Anggota parlemen oposisi Leung Yiu-chung mengatakan menonton orang-orang muda bersikeras mencoba masuk ke Legco (gedung perlemen) sangat menyakitkan untuk ditonton. Leung (66) dan sekelompok anggota parlemen pan-demokrat sebelumnya telah mencoba untuk menghentikan para demonstran agar tidak menghancurkan pintu kaca.

“Saya bertanya kepada mereka apa gunanya menyerbu Legco, yang bisa berujung pada tuduhan kriminal yang serius,” kata Leung.

Anggota parlemen veteran itu mengatakan sudah saatnya bagi pemerintah untuk menanggapi tuntutan para demonstran dan kubu pro-demokrasi.

“Kami mendesak Lam untuk berhenti menjadi musuh rakyat,” begitu ungkapan para pendemo.

Tujuan aksi demo memang semakin tidak jelas mengingat keinginan mereka telah dipenuhi pemerintah, yakni menangguhkan RUUU ekstradisi yang memicu demo serta permintaan maaf Carrie Lam. Tetapi, Carrie Lam tidak menarik RUU tersebut meskipun sebenarnya parlemen sudah menjanjikan bahwa RUU tidak akan pernah dibahas.

Dalam sebuah pernyataan darurat, Partai Sipil, salah satu kelompok pan-demokrasi terbesar di legislatif, mendesak pemimpin Hong Kong Carrie Lam untuk segera menanggapi tuntutan rakyat.

“Lam bertanggung jawab atas konflik serius yang disebabkan oleh ketidakpuasan warga dan keputusasaan anak muda. Pemerintahnya telah menutup matanya dan menolak untuk mendengarkan, dan mendorong Hong Kong ke krisis sosial yang belum pernah terlihat sebelumnya,” bunyi pernyataan itu.

Dilansir SCMP, para pendemo menuntut Lam mencabut RUU, menarik kembali ucapannya bahwa bentrokan 12 Juni sebagai kerusuhan. Pendemo juga menuntut agar pemerintah berhenti menangkap dan menuntut para pengunjuk rasa, serta meluncurkan komisi penyelidikan independen untuk menyelidiki kebrutalan polisi. Tuntutan yang paling sulit adalah mendesak Carrie Lam mengundurkan diri dari kegagalan pemerintahannya.

Senin malam, gelombang demo Hong Kong berpusat ke persimpangan Canal Road East dan Hennessy Road di Causeway Bay.

 

Beijing Sindir London

Pada konferensi pers di Beijing, juru bicara kementerian luar negeri China Geng Shuang mengatakan, demo Hong Kong tidak menggoyahkan komitmen London terhadap Deklarasi Bersama Sino-Inggris . Perjanjian tahun 1984 ini menetapkan landasan bagi penyerahan Hong Kong.

“Pada tanggal 1 Juli 1997, China kembali menjalankan kedaulatannya atas Hong Kong … Pihak Inggris tidak memiliki apa yang disebut ‘tanggung jawab’ untuk Hong Kong,” katanya. “Urusan Hong Kong adalah murni urusan dalam negeri Cina, dan tidak ada negara asing yang berhak untuk ikut campur.”

Geng mengkritik pemerintah Inggris karena masih “sering mencampuri urusan Hong Kong”.

“Kami menyarankan pihak Inggris untuk memposisikan dirinya, berhenti mengganggu urusan Hong Kong dengan cara apa pun, dan melakukan lebih banyak hal yang kondusif bagi kemakmuran dan stabilitas Hong Kong.”

Geng tidak menjelaskan, apakah ia menuduh aksi demo tersebut didalangi oleh kelompok pro-Inggris di Hong Kong

Presiden Dewan Legislatif Andrew Leung Kwan-yuen, melalui juru bicaranya, mengatakan ia sangat sedih menyaksikan demonstran terus menggunakan “cara yang sangat keras” untuk menyerbu kompleks Legco dan menyebabkan kerusakan serius pada berbagai bagian bangunan.

“Kami mengutuk penggunaan kekerasan terhadap bangunan. Kami meminta semua orang untuk mengekspresikan pendapat mereka secara damai dan rasional dan segera menghentikan kekerasan,” kata juru bicara Andrew Leung

 

Hari Bersejarah Seperti Peringatan Kematian

Peringatan 22 tahun kembalinya Hong Kong ke pemerintahan China, Senin (01/07/2019) menjadi perayaan terpendek dan paling bisu dalam sejarah. Tidak itu saja, peringatan tersebut juga diwarnai aksi bentrok.

Sebanyak 13 petugas polisi dibawa ke rumah sakit setelah mereka disiram dengan cairan tak dikenal yang diduga cariran pembersih saluran selama bentrokan dengan demonstran di Jalan Lung Wo, Jalan Tim Mei dan Jalan Harcourt, di sekitar pusat legislatif dan administrasi kota.

South China Morning Post melaporkan, untuk pertama kalinya pemerintah memindahkan acara utama di dalam ruangan, Pusat Konvensi dan Pameran Hong Kong di Wan Chai, Dari gedung tersebut, para pejabat tinggi Hong Kong menyaksikan pengibaran bendera di lapangan Golden Bauhinia Square.

 

Sepi, bahkan seperti upacara pemakaman.

Tak ada parade dan kegembiraan seperti tahun-tahun lalu. Yang ada hanya ketegangan dan aksi anarkis karena pendemo dengan garang memecahkan kaca depan Gedung Parlemen. Meskipun ada sejumlah kapal yang menghias diri dan berparade, namun tak ada penonton. Hong Kong kelabu…

Hong Kong dalam tiga minggu terakhir diwarnai gejolak yang tak berujung setelah pemerintah eksekutif Hong Kong mengajukan draft RUU Ekstradisi. RUU tersebut ditentang oleh masyarakat Hong Kong yang terus menggelar unjuk rasa untuk memaksa RUU itu dicabut.

Pasal yang menjadi kontroversial dalam RUU itu adalah melakukan ekstradisi –termasuk ke China daratan– kepada orang asing yang melakukan pidana di Hong Kong. Rencana itu ditentang karena hal ini dianggap melanggar hak seseorang unjtuk diproses hukum secara adil karena ekstradisi, terutama China daratan, akan membuat orang tersebut tak diketahui nasibnya.

Kepala Eksekutif Carrie Lam Cheng Yuet-ngor akhirnya mengalah dan menunda RUU tersebut setelah aksi unjuk rasa bertambah besar –mencapai 2 juta orang– dan terjadi bentrok. Namun ternyata, aksi ini belum berhenti karena kelompok mahasiswa terus melakukan aksi, memblokade kantor polisi,  dan terakhir menutup kantor pelayanan publik sehingga masyarakat terganggu.

Momentum peringatan 22 tahun kembalinya Hong Kong ke tangan China dari Inggris kembali diwarnai aksi demo dan bentrok pada Senin pagi. Bahkan, aksi semakin liar karena sejumlah pengunjuk rasa menyiram polisi dengan cairan kimia.

Pada sekitar waktu yang sama, di Jalan Lung Hop dan Jalan Lung Wo, lebih dari 200 polisi dari pasukan taktis khusus bentrok dengan pengunjuk rasa.

Sejak terjadi bentrok 14 Juni lalu, polisi kemudian mengubah cara menghadapi pendemo, lebih lunak. Bahkan ketika pendemo mengepung markas polisi dan menyandera kepala kepolisian Hong Kong, polisi hanya diam saja, tak melawan.

Namun, pada Senin pagi, polisi terpancing lagti menggunakan semprotan merica untuk membubarkan demo. Polisi mengatakan 13 petugas dikirim ke rumah sakit setelah bentrokan dengan pengunjuk rasa di jalan-jalan terdekat.

Sebuah sumber mengatakan para petugas yang terluka disiram dengan cairan tak dikenal yang diyakini sebagai pembersih saluran air.

Sebuah pernyataan yang dikeluarkan pukul 11.30 pagi mengutuk kekerasan mengatakan, para petugas terluka saat bentrokan di Jalan Lung Wo, Jalan Tim Mei dan Jalan Harcourt sekitar pukul 09.30.

Dikatakan beberapa dari mereka yang terluka, sulit bernapas dan kulit mereka menjadi bengkak. Asosiasi Inspektur Polisi Hong Kong juga mengutuk penggunaan cairan tak dikenal itu, dan mengatakan itu adalah pelanggaran pidana serius, dan para pelanggar akan dimintai pertanggungjawaban.

 

Carrie Lam Curhat

Carrie Lam dalam pidato enam menitnya tak bicara tentang refleksi kembalinya Hong Kong ke China, tetapi justru curhat tentang kesalahannya menangani RUU ekstradisi dan pelajaran dari krisis politik yang terjadi. Ini adalah kali kedua Carrie Lam meminta maaf dan kehalusan wanitanya tersentuh oleh hantaman yang terus-menerus diarahkan kepadanya.

Pada 18 Juni lalu, ia juga minta maaf kepada rakyat Hong Kong sambil menangis. “Saya akan belajar pelajaran itu,” katanya, di depan ratusan tamu termasuk suaminya, pejabat, pemimpin bisnis dan pejabat tinggi lainnya di acara di Wan Chai.

Pidatonya terganggu oleh terikan anggota parlemen Helena Wong Pik-wan, yang berulang kali berteriak “Carrie Lam mundur, menarik hukum kejahatan”. Wong dengan cepat dibawa pergi oleh penjaga keamanan.

“Apa yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir telah menyebabkan kontroversi dan perselisihan antara publik dan pemerintah. Ini telah membuat saya sepenuhnya menyadari bahwa saya, sebagai seorang politisi, harus mengingatkan diri saya setiap saat tentang kebutuhan untuk memahami sentimen publik secara akurat, ”kata Lam dalam pidatonya.

“Saya juga sepenuhnya sadar bahwa meskipun kami memiliki niat baik, kami masih harus terbuka dan akomodatif.”

Lam membuat daftar janji: untuk menghabiskan lebih banyak waktu bertemu orang-orang dari semua lapisan masyarakat dari seluruh spektrum politik. Dia juga berjanji untuk memperkuat komunikasi antara otoritas eksekutif dan legislatif sehingga dia dan timnya akan mendapatkan pandangan tentang berbagai tahapan perumusan kebijakan.

“Pemerintah juga akan segera mengubah gaya pemerintahannya, yang akan dimulai dari saya,” katanya.

Dia mengatakan, pemerintahannya harus banyak memperbaiki, dan harus menangani perumahan dan pasokan lahan, dan meningkatkan peningkatan dalam pendidikan dan layanan medis.

“Pekerjaan pemerintah tidak bisa berhenti,” katanya.

 

Blokade Sejak Subuh

Sayangnya, para pengunjuk rasa di jalan tidak terkesan dengan apapun yang dikatakan pemerintahnya. Bahkan, sejumlah orang mulai curiga bahwa aksi tersebut tidak murni sebagai aksi demokratis, tetapi mempunyai misi lain. Para pengunjuk rasa telah memblokade jalan di distrik Wanchai sejak dini hari untuk menghalangi hari bersejarah Hong Kong itu. Polisi menggunakan semprotan merica dan pentungan setelah pengunjuk menggunakan cairan kimia kepada polisi.

Satu pemrotes wanita terlihat mengalami pendarahan di kepala setelah bentrokan, lapor AFP. Sebuah pernyataan polisi dirilis setelah insiden itu mengatakan sejumlah besar pengunjuk rasa telah “berbuat berlebihan. Mereka memblokade Jalan Lung Wo, Tim Mei Avenue dan Harcourt Road dengan berbagai benda.

Mereka juga mencuri tiang-tiang listrik dan membongkar batu bata dari pagar atau taman kota dan menjadikannya alat berikade jalan. Pemerintah telah melakukan serangkaian langkah-langkah untuk mengatasi kejatuhan karena bersiap untuk protes hari Senin.

Keamanan ditingkatkan menjelang gangguan yang diperkirakan terjadi pada upacara pengibaran bendera tahunan tahunan pada pukul 8 pagi di Golden Bauhinia Square di Wan Chai. Lapangan dikunci dan Pusat Konvensi dan Pameran terdekat ditutup. Harbour Road, di sebelah Convention Center, telah dibersihkan oleh petugas untuk membiarkan peserta resepsi pagi mendapatkan akses.

Pada pukul 4.30 pagi, beberapa bagian Jalan Lung Wo yang membentang dari Tengah hingga Wan Chai diblokir dan pengunjuk rasa menyeret barikade dari logam dan air untuk memblokir jalan.[]

Advertisement
Advertisement