April 20, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Teguran Bagi Yang Menyepelekan Kata Insya Allah

2 min read

Sangat perlu dipahami bahwa insya Allah bukan ucapan basa-basi atau tempat berlindung dari ketidakteguhan janji. Insya Allah mengandung pendidikan tentang sikap tawadhu.

Perintah atau anjuran mengucapkan insya Allah terdapat dalam firman Allah SWT, yang artinya, “Dan janganlah sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu:sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi kecuali dengan menyebut isya Allah. Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah: mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini.” (QS Al Kahfi [18]: 23-24).

Ayat ini turun sebagai celaan dan peringatan terhadap Nabi Muhammad SAW atas ucapannya terhadap orang-orang Quraisy yang menanyakan kepada beliau tentang roh, kisah Ashabul Kahfi, dan kisah Zulkarnaen.

Saat itu Rasulullah mengatakan, “Besok akan aku kabarkan kepada kamu atas pertanyaanmu itu.”

Nabi SAW sama sekali tidak memuji atau menyebut nama Allah dan mengucapkan insya Allah. Maka turunlah ayat 23 dan 24 tersebut yang mengingatkan kita untuk tidak boleh mengatakan atau menjanjikan sesuatu kepada orang lain kecuali mengaitkannya dengan kehendak (Masya Allah) atau mengucapkan insya Allah.

Namun, sayang sekali di jaman sekarang kata insya Allah dianggap sepele. Pasalnya mereka tak menganggap insya Allah ini suatujanji yang besar, malah kebanyakan digunakan untuk menghindari dari ketidaktepatan janji.

Allah Memang menyuruh kita untuk mengucapkan insya Allah, tetapi semata-mata bukan untuk dipermainkan.

Hingga berdampak pada masyarakat yang kini mulai tak percaya pada setiap orang yang mengucap insya Allah.

Sebagai seorang muslim, janji adalah hutang yang mesti kita tunaikan. Ucapan ini juga bukan kalimat alternatif untuk menolak secara halus permintaan pihak yang ingin kita jaga hatinya.

Padahal ketika seseorang mengucap insya Allah, berarti dia sedang bersumpah atas nama Allah. Yang berarti dia harus benar-benar mengupayakan untuk berkomitmen menepati janji yang sudah ia ikrarkan.

Allah menegur keras perbuatan seperti ini, “Dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu sesudah meneguhkannya, sedang kamu sudah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpah itu).” (QS. An-Nahl: 91)

Bila seseorang tidak menyebut insya Allah, kemudian ia tidak menepati janjinya, maka dia digolongkan sebagai pendusta. Namun bila ia menyebut insya Allah, kemudian ternyata dia tidak melakukannya setelah berusaha semaksimal mungkin, ia tidak digolongkan sebagai pendusta karena Allah belum menghendakinya untuk melakukannya. [Dini]

Advertisement
Advertisement