Teror Serangan Bersenjata Dua Masjid di Selandia, 40 Meninggal Dua WNI Terluka
ApakabarOnline.com – Insiden berdarah terjadi di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, Jumat (15/03/2019). Sekelompok orang menembakkan peluru kepada umat Islam di negara tersebut yang tengah menjalankan ibadah salat Jumat. Para pelaku diketahui menayangkan secara langsung (live) penembakan tersebut melalui media sosial.
Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, dikutip 1-newsnow, mengumumkan sedikitnya 40 orang tewas dan 20 luka parah akibat penembakan yang kemungkinan dilakukan oleh lebih dari tiga orang tersebut.
Sebanyak 30 korban tewas adalah jamaah Masjid Al Noor di Deans Avenue, sementara 10 korban lainnya meninggal dunia di Linwood Islamic Center. Kedua tempat itu berlokasi di pusat kota Christchurch dan terpisah jarak sekitar 6 km.
“Saya hanya bisa mengatakan bahwa ini adalah hari terkelam dalam sejarah Selandia Baru. … Ini adalah sebuah tindakan kekerasan luar biasa yang belum pernah terjadi,” kata Adern.
Komisioner Polisi Selandia Baru, Mike Bush, memerintahkan sekolah dan masjid-masjid lain untuk menutup pintu mereka. Warga Christchurch juga diminta untuk tidak berkeliaran di jalanan atau mendekati masjid.
Sekitar 1,1 persen dari 4,25 juta warga Selandia Baru, menurut sensus tahun 2013, adalah penganut agama Islam. Federasi Asosiasi Islam Selandia Baru mencatat ada 57 masjid dan pusat kajian Islam yang tersebar di berbagai wilayah di negara tersebut.
3 WNI selamat, 2 tertembak
Menlu Indonesia, Retno Marsudi, mengabarkan bahwa enam warga negara Indonesia yang tengah berada di dalam Masjid Al Noor saat peristiwa terjadi. Tiga orang telah berhasil dikontak dan dipastikan selamat.
Juru bicara Kemlu RI, Armanatha Nasir, menyatakan dua WNI–ayah dan anak–tertembak peluru. Kini sang ayah dirawat di ICU Christchurch Public Hospital, sementara si anak dirawat di ruang biasa.
KBRI Wellington, menurut Armanatha, terus berkordinasi dengan otoritas setempat, kelompok WNI, dan rumah sakit di Christchurch.
Presiden RI Joko “Jokowi” Widodo mengecam keras peristiwa tersebut, terlepas siapapun yang menjadi pelakunya.
“Dan kami, pemerintah Indonesia, menyampaikan duka mendalam kepada korban akibat aksi tersebut. Tim perlindungan WNI sedang menuju ke lokasi,” kata Presiden yang tengah melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Humbang Hasundutan, Kota Doloksanggul, Sumatra Utara, Jumat (15/3).
Christchurch adalah kota besar di pantai timur Pulau Selatan, Selandia Baru. Menurut Kementerian Luar Negeri RI, ada 331 WNI, termasuk 134 pelajar, yang tinggal di kota yang berjarak 440 km dari Wellington, Ibu Kota Selandia Baru.
Direkam dan disiarkan lewat media sosial
Penembakan tersebut, yang dilakukan sekitar pukul 13.40 waktu setempat, direkam dan disiarkan langsung oleh para pelaku melalui media sosial. Video aksi kejam berdurasi 17 menit itu kini telah beredar luas di Facebook, YouTube, dan Instagram.
Bahkan, sebelum peristiwa berdarah itu terjadi, salah seorang tersangka mengunggah tautan (link) pada “white nationalist manifesto” di akun Twitter dan forum daring 8chan. Unggahan di 8chan itu termasuk tautan ke halaman Facebook pelaku dan di situ ia menyatakan akan menyiarkan serangan itu secara langsung.
Pelaku mengakui dirinya sebagai pria kelahiran Australia 28 tahun lalu dan menyatakan dirinya sebagai “pahlawan nasionalis kulit putih”.
Polisi Selandia Baru, melalui akun Twitter resminya, meminta masyarakat untuk tidak menyebarluaskan rekaman penembakan tersebut.
Para saksi mata, dikutip 1 News dan The Guardian, bercerita bahwa mereka melihat orang berpakaian serba hitam mendadak masuk ke masjid yang dipenuhi umat Muslim yang hendak salat Jumat. Tanpa peringatan, para pelaku kemudian melepaskan tembakan. Korban berjatuhan dan lantai masjid pun bersimbah darah.
Beberapa jam kemudian, polisi mengumumkan bahwa mereka menahan empat orang–tiga lelaki dan seorang perempuan–terkait insiden tersebut. Tiga di antaranya diduga kuat sebagai pelaku penembakan.
Selain itu, polisi juga menemukan mobil yang ditempeli bahan peledak. Mobil tersebut diduga milik para pelaku. Hingga berita ini ditulis, polisi Selandia Baru belum memaparkan identitas para tersangka tersebut, tetapi menyatakan tak ada satu pun dari mereka yang masuk daftar pengawasan pihak keamanan.
Namun Perdana Menteri Ardern, dikutip BBC, menyatakan satu dari tiga lelaki yang ditangkap adalah “seorang ekstremis sayap kanan yang adalah warga negara Australia.”
Rusaknya imaji negara teraman
Moustafa Farouk, juru bicara Federasi Asosiasi Islam Selandia Baru, mengaku terkejut dengan penembakan ini. Dalam wawancara dengan The New York Times, ia menyatakan tak pernah membayangkan serangan bersenjata terjadi di Selandia Baru.
“Ini adalah salah satu negara teraman di dunia dan kekerasan seperti ini akan merusak imaji tersebut,” tegas Farouk.
Tak hanya Farouk, dunia pun terkejut penembakan massal bisa terjadi di Negeri Kiwi itu. Apalagi, dalam Global Peace Index 2018, Selandia Baru menempati peringkat kedua dalam daftar negara paling damai di dunia.
Pembunuhan memang jarang terjadi di Selandia Baru. Data kepolisian setempat, dikutip Stuff, mencatat sepanjang 2017 hanya terjadi 35 pembunuhan di negara itu, atau terendah dalam 40 tahun. Angka tertinggi terjadi pada 1986 ketika terjadi 79 kasus pembunuhan.
Namun, warga Selandia Baru diperbolehkan hukum untuk memiliki senjata. Data Small Arms Survey menunjukkan ada 1,2 juta senjata yang dimiliki oleh mereka, atau sekitar 26,3 senjata setiap 100 orang.
Peristiwa paling berdarah yang pernah terjadi di Selandia Baru sebelumnya, mengutip NBC News, adalah pembunuhan terhadap 13 orang oleh David Malcolm Gray pada 1990 di Aramoana, Dunedin. Gray ditembak mati oleh polisi.[]