April 19, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Trauma dan Ketakutan Warga Saat Gerakan Sesar Banggai Menimbulkan Gempa 6.2 SR

3 min read
Sejumlah pemilik kendaraan antre di salah satu Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Palu, Kamis (11/4/2019). | Basri Marzuki /AntaraFoto

Sejumlah pemilik kendaraan antre di salah satu Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Palu, Kamis (11/4/2019). | Basri Marzuki /AntaraFoto

ApakabarOnline.com – Ketakutan menjalar di sepanjang Kota Luwuk, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, Jumat (12/4/2019) malam. Gemuruh langkah warga mencari tempat tinggi beradu dengan teriakan ketakutan di sekitar area pesisir pantai.

Bukit Keles, salah satu dataran tinggi terdekat jadi serbuan. Jalur-jalur menuju bukit sesaat berubah menjadi kemacetan panjang.

Beberapa warga yang tak sanggup berlari ke bukit berkumpul di halaman Polsek Batui dan Kantor Camat Batui, yang berada di dataran sedikit lebih tinggi dari pemukiman.

Sekitar pukul 19.40 WITA, gempa bumi tektonik berkekuatan Magnitudo 6,8–setelah dimutakhirkan–mengguncang Sulawesi Tengah. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat pusat gempa berada di 85 kilometer (km) arah barat daya dari Banggai dengan kedalaman 10 km.

Getaran gempa dangkal tersebut semakin membuat kalut warga ketika kabar permukaan air laut di tepi pantai mulai surut beredar.

“Kondisi kami semakin runyam karena hujan juga mulai turun. Semua orang meninggalkan rumahnya mencari tempat yang lebih tinggi, terutama warga yang tinggal dekat pantai,” ujar Pian, salah satu warga Batui kepada Kantor Berita ANTARA.

Kengerian juga terjadi di Gorontalo, sekitar 84,5 km dari Banggai. Laporan Liputan6.com menyebut warga merasakan gempa yang sangat keras, meski hanya sesaat.

“Suara gemuruh terdengar di dalam rumah, saya langsung ke luar bersama anak-anak,” ungkap Harnan Pakaya, warga Kota Gorontalo.

Warga yang belum pulih dari trauma bencana di Palu ikut berlaku sama. Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangannya menyebut gempa terasa kuat di Palu selama 6 detik.

Laporan foto yang dihimpun ANTARA menunjukkan sejumlah pemilik kendaraan mengantre di salah satu Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Palu sebagai upaya mitigasi pasca-bencana.

BMKG langsung merilis peringatan dini tsunami pasca-gempa berkekuatan 6,9 Skala Richter (SR) terjadi. Beriringan dengan kabar peringatan dini, BMKG juga merilis wilayah-wilayah yang turut merasakan gempa yakni Poso, Buol, Morowali, Banggai, Palu, Kolaka Utara, Gorontalo, Kendari, Konawe, hingga Makassar.

Berselang sekitar satu jam kemudian, gempa dengan kekuatan Magnitudo 5,2 terjadi pada titik yang sama. Namun untuk kejadian ini, BMKG mengeluarkan pernyataan bahwa gempa tidak berpotensi menimbulkan tsunami.

Peringatan dini tsunami atas gempa berkekuatan Magnitudo 6,8 kemudian dicabut oleh BMKG pada sekitar pukul 20.47 WITA.

Sesaat pasca-peringatan dini tsunami dicabut, Kapolres Banggai Kepulauan AKBP Aditya Surya Dharma menyatakan bahwa air laut di sepanjang pantai Banggai Kepulauan dalam status normal.

Laporan kerusakan bangunan pun korban meninggal dan luka akibat gempa ini belum terhimpun. Pihak kepolisian bersama tim gabungan SAR saat ini masih berfokus membantu warga mengungsi ke dataran tinggi.

Kepala BNPB Doni Monardo belum memberikan respons terhadap pertanyaan redaksi terkait dengan kondisi pasca-gempa di daerah terdampak.

Asal usul pergerakan sesar yang menyebabkan terjadinya gempa masih dianalisis secara menyeluruh. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati sejauh ini menduga gempa terjadi akibat adanya pergerakan sesar lokal.

“Gempa bumi ini dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan mendatar (strike slip),” ucap Dwikorita dalam jumpa pers, Jumat malam.

Analisis Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut wilayah yang berdekatan dengan pusat gempa bumi tersusun oleh batuan sedimen dan malihan (metamorf) berumur Pra-Tersier yang membentuk lajur sesar dengan lereng curam dan kebanyakannya lapuk.

Batuan yang lapuk, urai, lepas, dan belum kompak (unconsolidated) tersebut dapat memperkuat guncangan gempa bumi. [Nirmala]

Advertisement
Advertisement