April 27, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Waspada, Syclon Veronica Masih Mengancam Bagian Selatan Pulau Jawa

2 min read

YOGYAKARTA – Bencana hidrometeorologi masih menjadi ancaman masyarakat Purworejo menjelang akhir musim hujan. Hujan disertai angin kencang diperkirakan masih akan tejadi dan dapat menyebabkan bencana seperti pohon tumbang, longsor dan banjir.

Kepala Bidang Kesiapsiagaan dan Pencegahan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Purworejo Edi Purwanto mengatakan masyarakat harus mewaspadai perubahan cuaca yang berlangsung cepat. “Pagi cerah, panas dan gerah, tiba-tiba siangnya mendung gelap, harus diwaspadai karena rentan terjadi angin ribut,” ungkapnya kepada KR, Minggu (24/3).

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dalam situsnya juga merilis adanya sistem siklon aktif Veronica di wilayah Australia. Dua siklon itu diperkirakan mempengaruhi cuaca khususnya wilayah Jawa bagian selatan. “Kondisi itu tentu harus diwaspadai,” ucapnya.

HK Obervatory Peringatkan Akan Ada Topan Mulai Bulan Juni

Cuaca ekstrim beberapa kali berdampak pada masyarakat Kabupaten Purworejo. Selain pohon tumbang menimpa rumah, longsor juga menyebabkan kerusakan dan memutus akses jalan.

Bahkan bencana berdampak paling luas terjadi pertengahan Maret 2019 ketika Sungai Bogowonto meluap dan menggenangi sejumlah desa di bantaran. Banjir besar itu akibat hujan lebat di hulu DAS Bogowonto selama lebih dari 24 jam.

Menurutnya, ada masyarakat yang menyebut bahwa berdasar ilmu titen, banjir tersebut adalah banjir ‘mongso kesongo’ yang memang paling besar dalam setahun. “Ada yang menganggap kalau sudah datang banjir ‘kesongo’, maka cenderung sudah aman. Tidak ada yang salah dengan ‘pranoto mongso’, namun harus diingat bahwa cuaca sekarang kadang susah diprediksi, terjadi anomali dan penyimpangan,” terangnya.

Siklon Veronica Menuju Pulau Jawa

Dikatakan, ‘pranoto mongso’ tidak sepenuhnya tepat karena dipengaruhi kondisi bumi. Pemanasan global dan ketidakseimbangan ekosistem bumi menjadi salah satu penyebab anomali cuaca. “Misal, jika 15 – 20 tahun lalu bulan Juni – Juli musim kemarau, tapi sekarang ada hujan, bahkan bencana. Seperti kejadian longsor banjir yang menewaskan puluhan jiwa, terjadi Juni 2016,” paparnya.

Bahkan, katanya, prakiraan cuaca yang dikeluarkan BMKG berlaku dalam delapan jam. “Dulu cuaca bisa diprediksi sampai tiga hari kedepan, sekarang setiap jam bisa berubah. Sekarang setiap indikator perubahan cuaca dipantau ketat,” tegasnya. [KR]

Advertisement
Advertisement