Waspadai, Cara Berteman yang Seperti ini Rawan Berakhir Menjadi Perselingkuhan
JAKARTA – Sebuah studi baru-baru ini berhasil mengidentifikasi pola penurunan hubungan yang secara bertahap berakhir menjadi salah satu pihak melakukan perselingkuhan.
Secara umum, para peneliti dari Universitas Tilburg, Belanda menemukan adanya penurunan level well-being yang sangat jelas sebelum perselingkuhan terjadi. Menurut kamus American Psychological Association (APA), well-being sendiri adalah keadaan individu yang digambarkan dengan adanya rasa bahagia, kepuasan, tingkat stres yang rendah, sehat secara fisik dan mental, serta kualitas hidup yang baik.
“Perselingkuhan sebagian besar diyakini memiliki konsekuensi yang merusak bagi well-being pribadi dan hubungan,” tulis para peneliti, seperti dikutip IFL Science.
“Namun literatur empiris tidak cukup untuk menjelaskan apakah perselingkuhan membuat hubungan bermasalah, merupakan gejala dari hubungan yang bermasalah, atau keduanya,” tambah peneliti.
Para peneliti menganalisis kelompok besar sekitar 1.000 orang dewasa dan mengamati hubungan mereka selama rata-rata 8 tahun.
Sebanyak 947 orang (609 pelaku perselingkuhan dan 338 korban) diikutsertakan, dan mayoritas dari mereka menyelesaikan studi hingga tamat. Setiap orang berada dalam hubungan yang berkomitmen dan pernah mengalami perselingkuhan. Sementara itu, kelompok lain yang tidak pernah mengalami perselingkuhan dicocokkan dengan mereka.
Well-being setiap orang dilacak menggunakan sistem pelaporan diri, termasuk keadaan psikologis secara keseluruhan serta kepuasan hubungan.
Studi yang telah dipublikasikan di jurnal Psychological Science itu menunjukkan bahwa setelah perselingkuhan terjadi, orang yang berselingkuh merasakan harga diri yang lebih rendah, kepuasan hubungan yang lebih rendah, dan keintiman yang lebih rendah.
Menariknya, para korban perselingkuhan hanya melaporkan harga diri yang lebih rendah dan lebih banyak konflik, tetapi level well-being lainnya tidak berkurang.
Namun, sebelum terjadi perselingkuhan, peneliti menemukan adanya perubahan dramatis dalam hubungan.
Hampir semua indikator well-being berangsur-angsur menurun menjelang perselingkuhan. Ada lebih banyak konflik dan lebih sedikit kepuasan yang dilaporkan oleh kedua belah pihak menjelang peristiwa tersebut.
Setelah perselingkuhan terjadi, sebagian besar hubungan tidak dapat diselamatkan.
Sayangnya, efek dari perselingkuhan ternyata bertahan selama bertahun-tahun setelah kejadian tersebut. Saat kebanyakan orang memulihkan kesejahteraannya setelah mengalami peristiwa serius, orang yang terlibat dalam perselingkuhan sulit untuk pulih. []