April 27, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Hamil di Usia 40-an Resikonya Sama Dengan Hamil di Usia 50-an

3 min read

ApakabarOnline.com – Risiko melahirkan setelah usia 50 tahun tidak lebih berbahaya daripada persalinan pada usia 40-an. Meskipun hamil secara alami bagi seorang perempuan usia 40-an adalah hal yang masuk akal, menjadi ibu setelah berusia 50 tahun hampir tidak pernah terjadi tanpa pembekuan sel telur dan program perawatan kesuburan.

Tak banyak memang perempuan yang memiliki kesempatan ini. Beberapa di antaranya adalah aktris Brigitte Nielsen yang melahirkan di usia 54 tahun, dan Janet Jackson yang hamil di usia 49 tahun.

Kini, sebuah studi tentang persalinan di Israel mengungkap tidak ada risiko yang lebih signifikan bagi ibu hamil pada usia 50-an.

Peneliti dari Department of Obstetrics and Gynecology di Soroka University Medical Center mengamati data 242.771 kelahiran di sebuah rumah sakit universitas di Be’er Sheva, sebuah kota di tengah-tengah gurun Negev.

Sebanyak 68 ibu berusia 50 tahun. Setengah dari para ibu hamil melalui program kesuburan, sementara beberapa hamil secara alami.

Mereka menemukan risiko persalinan naik saat seorang ibu melewati usia 40 tahun. Setelah ibu berusia lebih dari 50, mereka menemukan hampir tidak ada perubahan risiko.

Para peneliti memakai istilah ’50 is the new 40′ untuk kondisi ini. Menurut mereka temuan ini adalah kabar baik bagi dokter kandungan di seluruh dunia.

Pasalnya, mungkin ini membuat perempuan paruh baya tak ragu lagi menjadi ibu di kemudian hari. Apalagi seiring waktu, perawatan kesuburan menjadi lebih mudah diakses.

“Ternyata 50 adalah 40 yang baru dalam hal persalinan. Tak diragukan lagi, tim medis akan perlu menangani peningkatan jumlah kelahiran untuk perempuan di atas usia 50 tahun,” kata penulis utama riset Dr. Eyal Sheiner dalam rilis penelitian.

Dr. Sheiner dan tim menemukan, dari 242.771 kelahiran, 96,7 persen berasal dari ibu yang berusia di bawah 40 tahun. Tiga persen (7.321) ibu berusia 40-44 tahun, 0,2 persen (558) ibu berusia 45-50 tahun, dan 0,03 persen ibu (68) usianya lebih dari 50 tahun.

Mereka mengamati beberapa faktor risiko utama untuk menentukan bagaimana kondisi bisa berbeda untuk perempuan dalam berbagai kelompok usia.

Mulai dari gangguan hipertensi dan diabetes gestasional pada ibu, apakah itu persalinan prematur dan atau operasi caesar, tingkat kematian perinatal, dan skor Apgar anak (kesehatan saat lahir).

Dr. Sheiner dan tim membaginya menjadi empat kategori usia. Di bawah 40, 40-45, 45-50, dan lebih dari 50.

Ternyata setelah 40 tahun, risiko seorang ibu mengalami masalah kesehatan naik dua kali lipat.

Gangguan hipertensi memengaruhi 4,8 persen ibu berusia di bawah 40-an, 10,9 persen dari 40-45-an, dan 15,4 persen dari 45-50-an.

Sementara diabetes gestasional memengaruhi 4,6 persen ibu berusia di bawah 40-an, 17,4 persen dari 40-45, dan 19,7 persen dari 45-50-an.

Namun, setelah usia ibu lebih dari 50 tahun, risiko ini tidak makin besar.

Gangguan hipertensi memengaruhi 8,8 persen perempuan berusia di atas 50 tahun, dan diabetes gestasional memengaruhi 16,2 persen perempuan berusia di atas 50 tahun.

Hal yang sama berlaku untuk metode persalinan. Bagi ibu yang berusia di bawah 40-an, kelahiran prematur dan caesar lebih jarang terjadi. Lewat dari usia 40, angka naik tetapi tidak banyak berubah.

Studi ini juga menemukan kematian perinatal lebih sering terjadi pada ibu di atas 50 tahun dibandingkan dengan kelompok usia lain. Memengaruhi 1,5 persen kelahiran pada ibu di atas 50 tahun, dibandingkan dengan 0,5 persen di bawah 40 tahun. Skor kesehatan keseluruhan anak juga ditemukan terendah di kelompok usia tertua.

Menurut para peneliti, temuan ini menawarkan informasi penting bagi dokter kandungan karena ini kemungkinan merupakan gambaran dari para ibu yang berusia lebih dari 50-an di sebagian besar ruang bersalin saat ini.

Bagaimanapun, Dr. Sheiner mengingatkan kehamilan di usia 40-an dan 50-an tetap tergolong berisiko tinggi. Pasalnya risiko komplikasi meningkat seiring usia.

Ia menyarankan dokter senantiasa memonitor gula darah puasa dan tekanan darah untuk mendeteksi masalah kesehatan sejak dini.

Senada dengan Dr. Sheiner, Hillary Rorison, penasihat kebidanan di Australian College of Midwives mengingatkan, hamil dan melahirkan saat usia sudah dia tas 50 tahun adalah hal berisiko. “Tidak bijak untuk mengatakan tidak ada konsekuensi kesehatan,” kata Rorison.

Ia menegaskan, riset ini hanya menyatakan bahwa risiko komplikasi ibu hamil di usia 50-an sama dengan para ibu usia 40-an. Menurut Rorison ada ukuran yang juga penting selain usia, yakni kesehatan ibu.

Seperti diungkap riset pada 2017, kondisi medis lah yang menjadi penentu kehamilan dan persalinan.[]

Advertisement
Advertisement