April 24, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Melihat Kondisi Terkini PMI di Kota Terisolasi Wabah Corona di Korea Selatan

3 min read
Foto Daily Journal

Foto Daily Journal

JAKARTA – Korea Selatan merupana salah satu negara favorit penempatan pekerja migran Indonesia sejak bertahun-tahun lalu lamanya. Tak hanya alasan tawaran gaji yang menggiurkan, alasan profesionalitas di tempat kerja juga menjadi faktor penting yang menarik minat generasi muda Indonesia untuk mendulang Won di Negeri Gingseng tersebut.

Mengutip Tempo.co Duta Besar RI untuk Korea, Umar Hadi, mengungkap sampai tahun 2019, ada sekitar 40 ribu WNI di Negeri Gingseng. Dari jumlah tersebut, sekitar 36 ribu adalah PMI, yang hampir 90 persen laki-laki.

Mereka tersebar di berbagai kota di wilayah Korea Selatan. Termasuk di dua kota yang saat ini mengalami isolasi karena sebaran wabah virus corona yang oleh WHO namanya dibakukan menjadi Covid-19 yaitu Daegu dan Cheonan.

Di Daegu dikutip dari BBC, sedikitnya terdapat 1.400 WNI yang didominasi oleh pekerja migran Indonesia (PMI).

Situasi Daegu saat ini membuat mereka lebih banyak diam berada di rumah tempat tinggalnya dibanding beraktifitas diluar.

Banyak sektor terdampak, mulai dari kampus dan sekolah, pabrik tempat PMI bekerja hingga sarana publik seperti transportasi umum.

Seorang mahasiswi S2 di Daegu asal Indonesia, Desvinta Ayu, misalnya. Ia mengatakan sejak seminggu belakangan ia hanya diam di apartemennya, kecuali jika dia harus membeli makanan di supermarket.

“Kegiatannya dilakukan di rumah saja, nggak keluar. Nggak berani naik bus, naik subway, nggak mau pergi jauh-jauh,” ujarnya.

Ia menambahkan sudah membeli stok makanan yang cukup untuk beberapa hari ke depan.

Kegiatan perkuliahannya sendiri sedang libur musim dingin. Namun, jadwal masuk kuliah para mahasiswa, yang harusnya jatuh di awal Maret, kata Desvinta, telah ditunda hingga pertengahan Maret.

Yang kini dilakukannya, kata Desvinta, adalah menghabiskan waktu dengan menonton drama Korea dan berkomunikasi dengan teman-temannya via ponsel.

“(Kami) sharing keadaan. Apa (teman-teman) sudah makan dan apa semua sehat? Kemudian kami saling update perkembangan di sini,” katanya.

Sementara itu, Muhammad Ridho, salah seorang PMI Asal Sragen Jawa Tengah mengaku pabrik tempatnya bekerja diliburkan sampai dua pekan mendatang terhitung mulai hari Senin (24/02/2020) kemarin.

Kepada Apakabar Online.com, Ridho mengaku sebelum pabrik libur, dirinya setiap hari mendapat jatah masker sebanyak dua lembar dan fasilitas antiseptik di pabriknya. Otomatis saat pabrik diliburkan, pasokan masker jatah pabrik turut libur.

“Katanya sih ada pembagian masker dari KBRI, tapi saya belum berhasil menemukan dan mendapatkan. Sedangkan untuk menerima kiriman masker dari Indonesia, sulit banget. Disamping harganya di Indonesia mahal dan susah dicari, waktu dan biaya kirim juga menjadi kendala” aku Ridho kepada ApakabarOnline.com, Kamis (27/02/2020).

Terkait dengan kondisi kota Daegu saat ini, keputusan kemungkinan evakuasi terhadap PMI dan WNI belum ada. Dalam keterangan yang dirilis beberapa media berbahasa Indonesia, Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan, Umar Hadi menyatakan keputusan untuk mengevakuasi atau tidak mengevakuasi WNI/PMI di kawasan terisolasi karena wabah corona menunggu komando dari pemerintah Korea Selatan.

“Semua skenario (evakuasi) sudah kita exercise (lakukan). Persiapan-persiapan kita jalankan terus. Namun, keputusan evakuasi ada di pemerintah pusat. Harus betul-betul dihitung apa kalau dievakuasi itu langkah paling baik, dan sebagainya,” ujarnya.

Disamping itu, Umar Hadi menyatakan, selama ini dalam pantauan KBRI, penanganan wabah corona yang dilakukan oleh otoritas Korea Selatan terpantau sangat bagus.

“Pemerintah Korea Selatan telah mengetahui sumber penyebaran virus itu dan berusaha membendungnya.” jelasnya.

Mengutip Kantor Berita Reuters, sekitar 68% kasus di Korea Selatan terkait dengan sebuah sekte yang disebut Shincheonji Church of Jesus, yang terletak di Daegu.

Fakta tersebut ditindaklanjuti oleh otoritas kesehatan Korea Selatan dengan memeriksa kesehatan lebih dari 200.000 jemaat gereja itu untuk menekan penyebaran virus. []

Advertisement
Advertisement