Dapat Bantuan Kaki Palsu, Anak Mantan PMI Ini Bercita-cita Jadi Guru
NUNUKAN – Nurhamida (13) awalnya sedikit malu menjajal kaki palsu yang baru dikenakannya. Namun raut muka siswa kelas VI SD Tapal Batas di wilayah Sungai Limau, Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara ini memancarkan kebahagiaan.
Nurhamida adalah salah satu dari 22 penerima kaki palsu dari kegiatan bhakti kesehatan TNI AU di RS Mantri Raga Tarakan pada Sabtu (21/7/2018). Kedatangan Nurhamida ke Tarakan didampingi relawan medis Jhumadi Dharna dari puskesmas Sebatik.
“Dia sangat senang, selama ini dia hanya menggunakan tongkat bantu kalau beraktivitas,” ujar Jhumadi.
Nur MiftahulJannah, Mantan PMI Hong Kong Yang Hidup Dengan 25 Orang Anak Terlantar Di Rumahnya
Nurhamida mengalami kecelakan ditabrak oleh pengendara sepeda motor saat berada di Kota Tawau, Malaysia. Usianya saat itu baru 9 tahun. Akibat kecelakaan tersebut, kaki sebelah kanannya harus diamputasi.
Pascaamputasi, kedua orangtuanya yang bekerja sebagai PMI buruh sawit memilih kembali ke Indonesia dan bekerja sebagai tenaga bantu di SD Tapal Batas Desa Lordes Pulau Sebatik. Sekolah tersebut merupakan sekolah yang mayoritas siswanya merupakan anak-anak TKI yang kesulitan mendapatkan pendidikan.
“Setahun lalu bapaknya meninggal dunia, ibunya hanya bekerja bantu-bantu di sekolah tapal batas. Mereka tinggal di perumahan sekolah tersebut,” imbuh Jhumadi.
Hingga kelas 6 SD, Nurhamida terpaksa menggunakan tongkat penyangga dalam setiap aktivitasnya. Repot dan tidak bisa bergerak leluasa seperti anak anak lainnya tentu saja dialami Nurhamida. Orang tuanya yang hanya bekerja sebagai tenaga bantu di sekolah tapal batas membuat Nurhamida tidak banyak berharap untuk mendapat kaki palsu.
Dulu Nurhamida hanya berkeinginan agar bisa berjalan dan bermain serta belajar seperti anak normal lainnya. Namun sekarang Nurhamida bisa lebih percaya diri untuk meraih cita-citanya yang sempat ragu dicapainya.
“Saya ingin menjadi guru, agar bisa mengajarkan ilmu kepada siswa anak-anak TKI yang kesulitan sekolah,” ujar Nurhamida lirih. [Sukoco/Kompas]