April 19, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Di Mata Porter Bandara Juanda “TKW Hong Kong Itu Banyak Yang Seger – Seger Tapi Pelit Dan Galak”

3 min read

SURABAYA – Belasan tahun menjadi juru angkut barang di terminal penumpang Bandara Internasional Juanda Surabaya, Heru ternyata memiliki pengalaman yang tidak diketahui banyak orang. Bagi pekerja Bandara, pengalaman Heru mungkin hal biasa, tapi bagi yang tidak mengetahui seluk beluk keseharian Bandara, pengalaman Heru sarat dengan pesan berharga.

12 tahun mengais rezeki menjadi porter, bukan waktu yang singkat bagi Heru untuk memahami karakter manusia khususnya yang berkepentingan menggunakan Bandara Juanda. Setiap hari, Heru melihat ribuan orang yang berbeda-beda baik daerah asal, kebangsaan, hingga perwatakan.

Komunitas Buruh Migran, bagi Heru, merupakan salah satu kelompok pengguna Bandara yang memiliki kesan mendalam pada dirinya. Bahkan, sampai-sampai, dari penampilan dan raut muka saja, Heru bisa mengidentifikasi dari negara penempatan mana seorang BMI itu datang, banyak duitnya apa tidak, galak dan sopan apa tidak, hingga sok tahu apa tidak.

Saat pulang ke kampung halamannya di Madiun, Heru bertutur kepada Apakabaronline.com, bahwa sebenarnya, komunitas BMI itu hanya berkontribusi maksimal 25 persen saja dari pendapatan rata-rata dia setiap hari. Pasalnya, perbandingan antara BMI dan penumpang biasa bagi dia sangat jauh.

12 tahun menjadi porter di Bandara Juanda, tentu banyak pengalaman telah Heru rasakan. Saat Apakabaronline.com bertanya, kesan dan pengalaman Heru melayani komunitas BMI, sambil terkekeh-kekeh, Heru dengan antusias menceritakan.

“Saya itu pernah, mungkin hanya gara-gara pake seragam porter saja, dibentak bentak suruh minggir oleh mbak yang baru pulang dari Hong Kong. “ tuturnya saat mengawali percakapan dengan Apakabaronline.com.

Heru menambahkan, untuk mengidentifikasi seorang BMI yang  baru saja tiba di tanah air dia menggunakan dua metode. Pertama dengan mengetahui jadwal pesawat yang terpampang lebar di terminal kedatangan, pesawat apa yang akan landing, kedua, dengan pengalaman Heru pernah bekerja di Taiwan, Heru mengetahui perbedaan bahasa Kanton, Mandarin dan bahasa Arab sehingga dengan pengetahuan tersebut, Heru mengaku tidak pernah salah menebak, dari negara mana rombongan BMI yang baru tiba.

“Kalau yang datang itu dari Hong Kong, atau Singapura, saya dan teman-teman rata-rata males menawarkan jasa. Cukup melihat mereka saja, hitung-hitung sebagai bahan cuci mata. Kecuali mereka yang duluan meminta kita untuk dibantu. Kan dandanan mereka dalam setiap rombongan banyak yang seksi dan seger, hehehe…” aku Heru.

Bagi Heru, ladang rejeki yang hampir setiap ada rombongan BMI datang selalu menguntungkan dia dan teman—temannya sesama porter, adalah rombongan BMI dari Malaysia, Korea, Arab saudi.

“Pokoknya kalau TKW, itu yang kita aktif nyamperi menawarkan jasa yang dari Arab dan Malaysia. Kalau yang laki-laki, itu rata-rata kita samperi tidak pernah berbelit belit. Kalau mau make jasa kita ya ngomong make, kalau tidak ya langsung menjawab tidak. Beda dengan yang “Seger-seger”, harus telaten ngikuti sambil berkali-kali nanyai. Sudah gitu, belum pasti mereka mau menggunakan jasa kami. Malah disemprot dengan kalimat indah yang sering terjadi” kenang Heru.

“Bagi saya dan teman-teman sesama porter, TKW Hong Kong itu memang menarik perhatian. Mereka itu kebanyakan seksi bajunya, seger dipandang mata, tapi pelit dan galak kalau ditawari jasa porter” tambahnya.

Dengan menjadi porter, Heru mengaku setiap hari bisa mengantongi keuntungan bersih antara 100 hingga 150 ribu di hari biasa. Jika sedang ramai pengguna Bandara, seperti saat musim liburan atau mudik lebaran, Heru bisa mengantongi hingga 300 ribu dalam sehari.

“Kami ini bukan orang jahat, kami bukan perampok. Tapi kami bekerja dengan menawarkan jasa. Jadi kalau melihat kami, jangan dengan mata yang sinis dan ketakutan. “ pesan Heru. [Asa]

Advertisement
Advertisement