Diprediksi, Hanya Ada Dua Provinsi yang Aman Dari Hempasan El Nino Pemicu Kekeringan Parah
JAKARTA – Sebanyak 32 provinsi di Indonesia diprediksi akan dilanda kemarau panjang yang menyebabkan kekeringan parah akibat fenomena El Nino.
El Nino merupakan fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normal di Samudera Pasifik. El Nino diprediksi akan menghantam sejumlah wilayah yang ada di Indonesia pada bulan Agustus 2023.
Dahsyatnya hantaman El Nino tentu akan menyebabkan terjadinya kekeringan parah dari kemarau panjang yang terjadi di sejumlah wilayah Indonesia.
Guna mengantisipasi dahsyatnya hantaman El Nino, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan meminta semua pihak bersiap menghadapi kemarau panjang ini.
Sejauh ini, pemerintah daerah diminta untuk segera mengambil langkah sebagai antisipasi terjadinya El Nino yang telah diprediksi berpeluang bakal terjadi di atas 50 persen di sejumlah wilayah Indonesia.
Tidak hanya kekeringan dari kemarau Panjang, hantaman El Nino juga dapat menyebabkan terjadinya kebakaran hutan dan lahan besar, karena kurangnya sumber air akibat kekeringan di wilayah tersebut.
Adapun sejumlah wilayah yang diprediksi terkena hantaman dahsyatnya El Nino pada Agustus 2023 mendatang yakni tercatat 32 provinsi dari 34 provinsi di Indonesia.
Ini daftar 32 wilayah provinsi yang terkena kemarau panjang atau kekeringan akibat dihantam El Nino.
- Pulau Sumatera
– Aceh
– Bangka Belitung
– Bengkulu
– Kepulauan Riau
– Jambi
– Sumatera Barat
– Sumatera Utara
– Lampung
– Sumatera Selatan
- Pulau Jawa
– DKI Jakarta
– Jawa Barat
– Jawa Tengah
– DI Yogyakarta
– Jawa Timur
- Pulau Kalimantan
– Kalimantan Barat
– Kalimantan Tengah
– Kalimantan Selatan
– Kalimantan Timur dan Utara
- Pulau Sulawesi
– Sulawesi Selatan
– Sulawesi Tengah
– Sulawesi Tenggara
– Gorontalo
– Sulawesi Utara
- Bali dan Nusa Tenggara
– Bali
– Nusa Tenggara Barat (NTB)
– Nusa Tenggara Timur (NTT)
- Maluku dan Papua
– Maluku
– Maluku Utara
– Papua dan Papua Selatan
Dari 32 provinsi tersebut, tercatat hanya Riau dan Papua Barat saja yang punya intensitas hujan di atas 100 mm per bulan. Artinya terhindar dari dampak El Nino.
Sebagai informasi tambahan, dahsyatnya dampak El Nino tahun 2015 tercatat dalam data world Food Programme pernah menyebabkan kehilangan mata pencairan khususnya petani.
Maka dari itu, pemerintah daerah harus bersiap melakukan upaya mitigasi menghadapi El Nino.
Berdasarkan pengalaman di 2015, Menko Luhut Pandjaitan menyatakan, El Nino akan sangat berpengaruh bagi pertumbuhan ekonomi yang tentunya bisa meyebabkan inflasi dari kekeringan panjang.
Kemarau panjang akibat El nino tentu akan membuat produksi pangan sangat terdampak dan hal ini haruslah betul-betul di antisipasi.
Setidaknya, untuk mengantisipasi El Nino, pemerintah daerah harus sudah mulai bersiap dari sekarang dan memperhitungkan semuanya.
Sebagai langkah yang mesti ditempuh dalam menghadapi El Nino pemerintah telah teknologi modifikasi cuaca sebagai senjata menghadapi kemarau panjang. []