November 22, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Kaidah Menjaga Jarak Mencegah Penulran Penyakit Telah Ada Sejak 1.897

2 min read
Personil Polisi Hong Kong lakukan sosialisasi personal distance di kalangan PRT asing (Foto HK01)

Personil Polisi Hong Kong lakukan sosialisasi personal distance di kalangan PRT asing (Foto HK01)

HONG KONG – Sejak pandemi Covid-19 melanda dunia, aturan menjaga jarak hingga 2 meter untuk mencegah penularan virus diterapkan secara ketat.

Menjaga jarak dari orang lain sejauh 2 meter dilakukan untuk mengurangi risiko penyebaran droplet atau tetesan air liur antar sesama.

Tahukah kamu? Anjuran untuk menjaga jarak demi mengurangi penularan virus ternyata bukan hanya dilakukan ketika pandemi saat ini saja, lho.

Penelitian pertama mengenai penyebaran tetesan air liur ini sudah dilakukan mulai abad ke-19 dengan cara mengumpulkan sampel pada piring kaca.

Kemudian di tahun 1897, peneliti mengusulkan agar ada jarak sekitar 1 sampai 2 meter antara 1 orang dengan orang lain untuk mengurangi risiko penyebaran penyakit.

Hal ini dilihat berdasarkan jarak sampel tetesan yang diketahui mengandung patogen atau zat yang menyebabkan penyakit.

Untuk memperkuat hasil penelitian ini, di tahun 1940 dilakukan penelitian melalui foto seseorang yang bersin untuk mengetahui jarak penyebaran droplets.

Di tahun 1948, dilakukan penelitian mengenai penyebaran penyakit streptokokus hemolitik melalui tetesan droplets.

Hasilnya, hanya 10 persen dari droplets yang terlempar sejauh 1,7 meter, tapi 10 persen droplets dari peserta lainnya tersebar sejauh 2,9 meter.

Penyebaran droplet dari 1 orang ke orang lain ini ternyata dipengaruhi berbagai faktor.

Faktor pertama adalah ukuran dari droplets itu sendiri. Semakin kecil dan semakin ringan ukuran droplets, maka jarak penyebaran semakin jauh.

Sedangkan droplets yang berukuran besar akan terlempar lebih dekat dengan inangnya.

Kegiatan pernapasan, seperti batuk dan bersin juga memengaruhi bagaimana droplets bisa terlempar pada jarak tertentu.

Pasalnya, saat kita batuk atau bersin, maka akan tercipta awan gas yang hangat dan lembap dan memengaruhi bagaimana tetesan air liur ini melaju.

Adapun faktor lain yang memengaruhi laju droplets adalah volume bicara, misalnya saat seseorang berbicara dengan keras atau menyanyi, maka droplets yang jatuh bisa lebih jauh. []

Advertisement
Advertisement