April 23, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Nindi (Bengis) Kase, Mantan PMI Pemilik Agency Yang Kerap Siksa PMI Di Penampungan

3 min read
Delviana Bete Moruk alias Delvi (18) salah seorang PMI asal NTT yang direkrut oleh jaringan Nindi (bengis) Kase mantan PMI asal NTT yang kini jadi pemilik agency namun kejam dan sering memukul PMI di penampungan

Delviana Bete Moruk alias Delvi (18) salah seorang PMI asal NTT yang direkrut oleh jaringan Nindi (bengis) Kase mantan PMI asal NTT yang kini jadi pemilik agency namun kejam dan sering memukul PMI di penampungan

KUPANG – Kejamnya perilaku Nindi Kase, seorang mantan PMI yang kini naik kelas menjadi pemilik sebuah agency penyalur PMI di negara penempatan terkuak saat salah satu korbannya buka suara.

Adalah Delviana Bete Moruk alias Delvi (18) salah seorang PMI asal NTT yang direkrut oleh jaringan Nindi saat usianya masih 15 tahun, kemudian diperkerjakan menjadi pekerja rumah tangga di negeri jiran Malaysia.

Berangkat dari Dusun Nekto, Desa Raiulun, Kecamatan Malaka Timur, Kabupten Malaka ini mengaku diberangkatkan oleh Aleks Masan, agen PMI di Kota Kupang.

Sebelum berangkat, ia sempat menjalani tes kesehatan di salah satu dokter di Kota Kupang.Saat itu dokter meminta Delvi untuk tidak ke Malaysia. Tapi karena paksaan dari Aleks dengan berbagai janji manis, akhirnya Delvi menurut.

“Saya lupa tanggal pasti waktu itu. Dokter saat itu sudah suruh saya pulang. Tapi karena pak Aleks paksa, maka saya terpaksa ikut saja,” ujar Delvi mengenang kejadian tiga tahun silam.

“Saat itu saya di kasi sebuah dokumen yang dibungkus rapih, dan saya dilarang untuk membukanya. Saya juga di kasi uang Rp 50 ribu sebagai bekal di jalan,” paparnya.

Tiba di bandara yang ia tidak tahu namanya itu, Delvi langsung dilarikan ke hutan dengan cara berjalan kaki oleh beberapa agen PMI. Setibanya di tengah hutan itu, tepatnya di tepi sungai, sudah ada orang yang menunggunya. Agen PMI itu lalu menyebrang bersama Delvi menggunakan sampan. Sementara di seberang sungai sudah terdapat banyak PMI dari berbagai asal di Indonesia.

Delvi kemudian ditampung di sebuah rumah penampungan selama beberapa hari. Dan, di penampungan itu, Delvi melihat bagaimana Nindi Kase, pemilik agency PMI asal Kabupaten Timor Tengah Selatan yang tinggal di Malaysia menyiksa PMI asal NTT dengan sadis.

“Ada satu nona asal Sumba saat itu dipulangkan ke penampungan karena kerja kurang bagus. Di penampungan, Nindi pukul dia pake sepatu di pipi, terus pukul dia pake tongkat di kepala sampai darah keluar. Saya waktu itu sampai lari sembunyi karena tidak tahan melihat,” paparnya.

Setelah beberapa hari di penampungan, Delvi kemudian dimasukan ke sebuah perusahaan. Namun tak lama berselang, sekitar jam 11 malam, ia didatangi oleh beberapa petugas imigrasi untuk meminta kelengkapan dokumennya. Tanpa ragu, Delvi pun mengeluarkan dokumen yang diberikan Aleks kepadanya.

Ternyata, setelah diperiksa, Delvi langsung ditangkap dan dimasukan ke penjara. Sebab semua dokumen yang ada padanya adalah palsu. Delvi pun dituntut dan divonis penjara selama 10 bulan.

Delfi saat tiba di kampung halamannya di Dusun Nekto, Desa Raiulun, Kecamatan Malaka Timur, Kabupten Malaka.

“Di dalam penjara, saya hanya bisa menangis. Saya bingung, apa salah saya sampai saya masuk penjara? Padahal, saya datang lewat perusahaan resmi,” kata Delvi.

Namun hukuman yang dijalani Delvi terbilang ringan. Sebab banyak TKI yang dipenjarakan dengan hukuman seumur hidup, misal yang dijalani salah seorang TKI asal Sumbawa.

“Saya hanya bisa menangis dan berdoa saat itu. Semoga Tuhan memberikan jalan pulang untuk saya”, ucapnya dengan suara terbata-bata.

Setelah menyelesaikan masa tahanannya, Delvi yang dibantu oleh seorang Ibu asal Sumbawa bernama Soimah bersama KBRI Malaysia, akhirnya bisa kembali ke Jakarta. Saat sudah tiba di Jakarta, Delvi ingin sekali pulang ke kampung halamannya. Namun kesempatan itu tak pernah datang hingga akhirnya ia diserahkan oleh Soimah ke Wisma NTT di Jakarta Selatan.

Beberapa orang di Wisma NTT sempat mencoba menghubungi keluarganya, namun mereka kesulitan karena tidak memiliki nomor kontak keluarganya. Sampai akhirnya, dengan difasilitasi aktifis pekerja migran dari NTT, Simon Nahak, Delvi kembali kepangkuan keluarganya.

Tangis harupun pecah, saat keluarga melihat pintu samping sebuah mobil van berwarna hitam terbuka, Delvi keluar dari sana.

“Saya senang akhirnya anak saya bisa kembali dalam keadaan sehat. Kalau tidak ada bapa Simon, kami tidak tau lagi Delvi akan jadi seperti apa,” ujar ayah kandung Delvi, Siprianus Moruk.

Kedatangan Delvi pun disambut dengan upacara adat Suku Nekmataus, tempat kedua orang tuanya bernaung.

Delvi mengatakan, kepulangannya adalah hasil jeritan dan doanya kepada Tuhan.

“Saya setiap hari selalu berdoa kepada Tuhan agar saya bisa berkumpul dengan keluarga. Tuhan menjawab doa saya lewat bapa Simon Nahak,” tutur Delvi. []

 

Advertisement
Advertisement