April 20, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

SCMP : Telekomunikasi Indonesia Sangat Terlalu Bergantung pada Huawei

3 min read
Indonesia terlalu tergantung pada huawei (foto SCMP)

Indonesia terlalu tergantung pada huawei (foto SCMP)

HONG KONG – Media Hong Kong berbahasa Inggris South China Morning Post (SMCP) pada Jumat (04 Desember 2020) menurunkan laporan yang menyorot sepak terjang Huawei di Indonesia.

Dalam laporan bertajuk ‘Is Indonesia becoming too reliant on Huawei?’ itu, SMCP mengatakan Huawei telah memperkuat posisinya di Indonesia, dan meningkatkan kekhawatiran bahwa negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara ini akan semakin bergantung pada penyedia telekomunikasi yang menghadapi pengawasan lebih besar dari Barat.

“Indonesia telah menandatangani banyak perjanjian dengan Huawei dalam beberapa bulan terakhir, menggarisbawahi keinginan perusahaan untuk memperkuat cengkeramannya pada industri telekomunikasi dan layanan digital negara senilai US $ 27 miliar,” tulis SMCP.

Disebutkan, kesepakatan yang paling menonjol adalah nota kesepahaman (MOU) Oktober dengan Kantor Staf Kepresidenan yang dipimpin Jenderal (Purn) Moeldoko untuk melatih 100 ribu orang Indonesia di bidang yang terkait dengan teknologi melalui program vokasi, yang merupakan kesepakatan pertama untuk pemerintah Indonesia.

“Indonesia membutuhkan sedikitnya 9 juta pegawai di bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK), sehingga pemerintah tidak bisa bekerja sendiri untuk mewujudkan hal tersebut,” kata Mooeldoko saat peluncuran kerja sama.

Peneliti di Asean Studies Center di  ISEAS-Yusof Ishak Institute Singapura, Melinda Martinus, menilai reputasi Huawei sebagai penyedia teknologi mutakhir tampaknya telah memengaruhi keputusan Indonesia.

“Kita tidak perlu khawatir tentang pertumbuhan dan daya saing Huawei di Indonesia dan Asia Tenggara. Namun, yang harus kita perhatikan adalah Indonesia dan Asia Tenggara akan menjadi sangat bergantung pada Huawei sebagai satu-satunya vendor teknologi,” ujarnya.

Media itu juga mengutip pernyataan ketua dan pendiri Forum Keamanan Siber Indonesia Ardi Sutedja yang mengatakan bahwa infrastruktur telekomunikasi Indonesia, dari hulu hingga hilir, sebagian besar ditopang oleh Huawei dan ZTE.

“Jadi jika [penyedia telekomunikasi] mengatakan ‘tidak’ sekarang, mereka praktis harus menghancurkan seluruh infrastruktur mereka dan menangani kewajiban finansial terkait pembelian mereka. peralatan, ”kata Ardi.

Sangat bergantung pada satu perusahaan akan meningkatkan risiko pelanggaran data, serangan siber, dan peretasan, kata para analis.

“Kita harus berpikir seperti seorang manajer investasi di sini, jika seseorang menaruh semua telurnya dalam satu keranjang, dia akan kehilangan semuanya sekaligus. Jika Indonesia hanya bergantung pada Huawei, maka bisa mempertaruhkan semua data nasional ketika satu serangan siber terjadi, ”kata Martinus.

“Pemerintah China adalah supra-institusi yang memiliki kekuatan absolut untuk mengontrol bisnis dan industri. Hal ini menimbulkan kecurigaan bahwa pemerintah China dapat menyita data Huawei untuk kepentingan nasionalnya kapan saja,” kata Melinda.

Disebutkan SMCP, Huawei juga telah menandatangani kemitraan dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) negara, yang berada di bawah Kementerian Riset dan Teknologi, untuk mengembangkan kecerdasan buatan, sistem komputasi awan, dan teknologi terkait 5G. Sebagai bagian dari kesepakatan tersebut, Huawei juga akan membantu BPPT mengembangkan bakat melalui berbagi pengetahuan terkait teknologi.

Direktur Eksekutif ICT Insitute Heru Sutadi menambahkan, peralatan Huawei sebagian besar digunakan  di proyek Palapa Ring untuk membangun jaringan serat optik nasional yang dapat diakses di seluruh pelosok nusantara. Hal itu, kata dia, membuka jalan bagi Huawei untuk bekerja sama dengan pemerintah, termasuk dalam mengembangkan ibu kota baru yang digadang-gadang dibangun dengan konsep smart city.

Hal lain: Huawei lebih diterima di Indonesia karena menawarkan harga yang lebih murah dibanding kompetitor sejenis dari negara Barat.

Seperti diketahui, Amerika Serikat selama bertahun-tahun menganggap Huawei dan ZTE sebagai risiko keamanan nasional karena dugaan intelijen yang diberikan perusahaan kepada Beijing. Karena itu, Amerika telah membujuk sekutunya, termasuk Australia dan Jepang, untuk juga menghindari Huawei.

Huawei dan ZTE telah berulang kali menolak klaim bahwa mereka melakukan spionase untuk Beijing.[]

Sumber South China Morning Post

Advertisement
Advertisement