April 25, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Curhat Seorang Suami PMI : Ternyata Aku Dipoliandri

4 min read

Jika sudah seperti sekarang ini, aku semakin bisa membenarkan peribahasa kucing di dalam karung pada jalinan hubungan percintaan dari dunia maya. Bagaimana tidak, seorang perempuan anggun, lembut tapi hangat dari tetangga desa yang aku mengenalnya dari sebuah media sosial ternyata menyimpan dusta yang dampaknya sangat luar biasa. Tak tanggung-tanggung, dusta yang dia simpan itu dia tebarkan pada sebuah ritual pernikahan.

Di usiaku yang memang sudah seharusnya memasuki tahap pernikahan, tentu saat aku menjalin hubungan seriusdengan perempuan niatku sudah bukan untuk sekedar pacaran lagi. Ketika aku merasa cocok, dan sang perempuanpun demikian juga, lembaga pernikahanlah tujuanku. Begitu juga antara aku dengan Yuli. Perempuan BMI Hong Kong asal tetangga desa yang aku kenal melalui media sosial.

Antara aku dengan Yuli sebelum menikah memang tidak melewati masa pacaran yang lama. Begitu perasaan tersampaikan, dan aku yakin tidak bertepuk sebelah tangan, lamaran segera aku ajukan. Begitu Yuli pulang ke kampung halaman, proses pernikahan segera kita wujudkan. Awal yang bahagia sekali saat itu, begitu aku mendapat jawaban dari keluarga Yuli bahwa Yuli masih belum memiliki ikatan apapun dengan orang lain. Bahkan keluarga Yuli juga menyatakan sangat senang jika memiliki menantu aku yang masih tetangga desa. Bisa dengan mudah untuk sama-sama saling mengerti dan memahami, itu alasan mereka.

Usai rembug kedua keluarga menemukan kesepakatan, hari H pernikahan telah ditentukan, konsentrasi utama kami adalah mempersiapkan berbagai hal berkaitan dengan hajatan pesta pernikahan yang digelar besar-besaran. Sedikitnya ada 750-an undangan yang hadir. Belum lagi yang hadir diluar undangan tertulis. Artinya setidaknya ada seribuan orang yang mendoakan awal kebersamaan kami.

Kejanggalan mulai aku rasakan saat kami hendak mengurus administrasi pernikahan di KUA. Yuli tidak memiliki KTP. Saat hendak mengurus KTP kesulitan. Setelah aku turun tangan, ternyata penyebabnya Yuli pernah mengajukan surat pengantar nikah di Hong Kong yang dikeluarkan oleh dinas catatan sipil. Dengan alasan tersebut, mulai dari kelurahan hingga dinas kependudukan menyatakan tidak berani memberikan KTP sesuai yang kami inginkan. Aku yang merasa tidak enak kemudian bertanya kepada Yuli apa benar kamu telah menikah di Hong Kong. Pertanyaanku dijawab dengan ringan, iya tapi bukan nikah beneran, hanya nikah-nikahan. Untuk mempermudah mencari pekerjaan diluar pekerjaan rumah tangga begitu alasannya.

Dalam keadaan ragu, kecewa, setengah tidak percaya,  akhirnya aku memutuskan untuk tetap meneruskan prosesi pernikahan. Sebab proses yang sudah berjalan tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk menghentikan begitu saja. Aku berusaha berprasangka positif dan berusaha mempercayai yang dikatakan Yuli.

Usai pesta pernikahan, kira-kira 15 hari kami melewati, tiba-tiba Yuli dengan setengah memaksa meminta aku untuk mengijinkan dia kembali lagi bekerja di Hong Kong. Tentu saja aku menolak, sebab sesuai kesepakatan, setelah menikah kami akan terus bersama. Aku yang bekerja, dia yang menjadi ibu rumah tangga mengelola apa yang aku dapatkan. Namun Yuli tetap memaksakan niatnya. Dengan tangisan mengiba, dia memohon aku mengijinkan Yuli kembali ke Hong Kong untuk satu tahun saja menambah modal.

Akhirnya aku mengalah. Aku mengijinkan Hyuli berangkat kembali ke Hong Kong. Kemudian aku tinggal menempati rumah Yuli sejak dia berangkat ke Hong Kong. Selama tinggal disana, otomatis aku menjadi semakin dekat dengan bapaknya. Aku menjalankan aktifitasku bekerja seperti biasa.

Beberapa bulan aku tinggal di rumah Yuli, aku merasakan komunikasiku dengan Yuli semakin memburuk. Seperti disengaja, selalu ada saja alasan untuk menyudutkan aku pada sebuah kesalahan. Aku yang semula mengalah, lama kelamaan terpengaruh juga. Beberapa kali dalam berkomunikasi aku tidak bisa mengendalikan diri. Beberapa kali dalam berkomunikasi aku menyuruh dia dengan nada memaksa untuk pulang ke Gurah saja.

Kondisi demikian membuat aku menjadi tidak nyaman untuk bertempat tinggal di rumah Yuli. Setelah aku merasa semakin tidak sehat, akhirnya aku memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuaku. Dan disaat aku sudah di rumah orang tuaku, komunikasiku dengan Yuli justru semakin buruk. Saat aku memberikan pilihan pulang secepatnya, Yuli tiba-tiba menerima pilihan tersebut. Namun dia mengajukan syarat, tiket pesawat aku yang tanggung. Dia minta aku mengirimi uang 5 juta rupiah.

Sebagai suami, tentu dengan senang hati aku segera mengirimkan permintaan tersebut. Dalam hatiku, kalau dia sudah pulang, segala sesuatunya pasti akan lebih mudah diperbaiki dibanding dengan kondisi dia di Hong Kong aku di Indonesia. Namun diluar dugaanku, begitu uang sudah terkirim, saat aku menanyakan jadwal kedatangan, dia dengan tegas menyatakan tidak mau aku jemput. Kalau aku memaksakan diri menjemput Yuli di bandara, maka dia tidak akan pulang. Aku mengalah saja, mengikuti permintaan dia. Dan benar saja, aku sama sekali tidak bisa mengetahui kapan dia tiba di Indonesia sebelum secara tiba-tiba keluarga Yuli memberi aku kabar bahwa Yuli sudah di rumah.

Seketika setelah mendapat kabar tersebut, aku langsung menuju rumah Yuli. Tetap dengan prasangka positif. Tetap dengan penuh harapan semua akan bisa diperbaiki kembali. Namun kenyataan yang aku temui justru sebaliknya. Begitu aku bertemu muka dengan Yuli, bukan kabar yang dia tanyakan. Yuli langsung mendamprat aku dengan kalimat yang tidak enak didengar telinga. Saat itu dia menuntut aku menceraikan dia. Dengan alasan aku tidak pernah memberi nafkah.

Aku menolak, namun dia tetap bersikeras mewujudkan niatnya. Yuli mengajukan gugatan cerai ke pengadilan dengan didampingi seorang pengacara. Proses dipengadilan berjalan, namun pada akhirnya hakim memutuskan menolak gugatan yang diajukan oleh Yuli tersebut. Dan tanpa sepengetahuanku, disaat proses pengadilan agama sedang berjalan, ternyata Yuli diam-diam kembali lagi terbang ke Hong Kong.

Dalam himpitan batinku menghadapi masalah rumah tanggaku yang baru setahun kami jalankan, tiba-tiba ada seseorang yang memberitahuaku tentang kondisi Yuli di Hong Kong. Seseorang tersebut menyatakan bahwa Yuli di Hong Kong punya suami. Seseorang tersebut menyertakan bukti-bukti. Selanjutnya … halaman 2

Advertisement
Advertisement