April 27, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

NURHAYATI, SI PEMILIK SALMON TAYLOR

2 min read

Nurhayati, lebih sering dipanggil NH Lulu, nama pena karena kesukaan dan hobinya menulis. Semasa bekerja di Hong Kong, ia sempat bergabung di komunitas menulis dan menjadi salah satu kontributor sebuah media. Pertengahan tahun 2015, Nurhayati memutuskan pulang ke desa tercinta, Ringin Arum-Kendal, Jawa Tengah.

Ia sempat melanjutkan belajar dan bekerja di Bandung, Jawa Barat. Menilik tempat kerja yang jauh, keluarga menganjurkan, setelah selesai kursus tata busana lebih baik ia membuka usaha jahit sendiri. Nah, sejak Mei 2016, Nurhayati pun mulai menerima orderan menjahit.

 

Filosofi Salmon

Salmon adalah salah satu jenis ikan yang mahal karena dapat hidup di kedalaman laut yang dalam, tahan ombak dan rintangan. ”Saya memproduksi pakaian sesuai dengan karateristik ikan salmon, ikan kesukaan yang menginspirasi lahirnya Salmon Taylor. Meskipun mahal, tapi berkualitas. Saya berharap usaha yang saya geluti ini tetap bertahan dari berbagai rintangan dan persaingan,” jelas NH, mengawali bincang usaha bersama Apakabar Plus.

Saat memulai usaha konveksi atau menjahit, NH menyiapkan modal sebesar Rp 15 juta. Alokasinya, untuk pembelian dua mesin jahit, satu mesin obras, satu mesin wolsum dan alat-alat jahit lainnya. Selain modal, skill dan ketrampilan dalam menjahit sangat mendukung usaha ini. Ditambah kreativitas dan ketekunan, tentu saja.

 

Menjadi Petugas Desa Migran Produktif   

Akhir Desember 2016, NH melepas masa lajangnya. Amanah menjadi ibu langsung menghampiri beberapa bulan setelah ia menikah. Ia pun mengurangi pesanan jahit untuk menjaga kesehatan janin. Maklumlah, hamil pertama, butuh fisik yang kuat dan menjaga agar tidak mudah lelah.

”Saya melahirkan pada 13 September 2017, lalu menerima kontrak kerja sebagai petugas desa migran produktif. Program tersebut merupakan program Kementerian Ketenagakerjaan RI. Hingga sekarang masih aktif di program itu, ngantor di balai desa selama lima hari,” tambah NH yang, meskipun ngantor, usaha jahit pun tetap jalan dan orderan tidak pernah putus.

Ia mengaku, pesanan paling ramai adalah saat menjelang Idul Fitri atau masuk sekolah. ”Duka usaha di bidang jahit-menjahit adalah ketika banyak orderan kita tidak dapat memenuhinya. Lalu, mencoba menggandeng rekan atau karyawan namun tidak sesuai dengan ciri khas ’Salmon’ yang saya rintis. Belum masuk kriterialah. Sukanya, pelanggan senang dengan jahitan kita dan membayar tanpa menawar,” tutur NH, yang menjadi pekerja migran di Hong Kong selama hampir sembilan tahun.

NH berpesan kepada sahabat migran di Hong Kong, agar tidak lupa menabung untuk modal usaha di kampung halaman. ”Jangan takut memulai usaha, dan nikmatilah setiap proses. Meski jatuh bangun, akan ada waktunya kita menikmati hasil dari proses tersebut,” ujarnya.

Untuk bertanya atau sharing pengalaman seputar desa migran produktif, usaha jahit menjahit, dan menulis, sahabat bisa berkunjung ke kediaman NH di Desa Purworejo, Dusun Bayong RT 02/RW 04, Kecamatan Ringin Arum, Kabupaten Kendal-Jawa Tengah. Atau, silakan kontak di 083821533200. Salam kreatif dan sukses…!

[anna ilham]

Advertisement
Advertisement