April 20, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Perempuan Cantik Itu Menakutkan [01]

5 min read

Perkenalanku dengan Wahyuni yang waktu itu berstatus PMI Singapura melalui media sosial, setelah mendapat restu dari kedua orang tua kami, akhirnya berlanjut ke pernikahan. Aku yang saat mengenal Wahyuni berstatus sebagai PMI Malaysia, merasa bangga bisa mempersunting perempuan secantik Yuni. Saking bangganya aku, sekembali aku ke Malaysia usai pernikahanku dengan Yuni dilangsungkan, dengan bangga aku menunjukkan foto-foto pernikahan kami kepada teman-temanku sesama kuli bangunan di Kuala Lumpur. Sontak saja, pujian demi pujian atas kecantikan istriku berdatangan dari teman-temanku di proyek bangunan.

Sejak menikah dengan Wahyuni, semangat kerjakupun menyala-nyala. Dari yang sebelumnya saat aku bujang aku sering malas-malasan, atau terkadang sering menghambur-hamburkan uang hasil kerja untuk sekedar berbelanja barang yang tidak berguna, memenuhi selera makan yang berlebihan, namun semenjak aku menikah dengan Wahyuni, aku berjanji dalam hati untuk lebih bijak dalam membelanjakan uang. Terlebih lagi, usai pernikahan berlangsung, Wahyuni bersedia untuk tidak kembali lagi ke luar negeri. Wahyuni resmi menjadi istriku yang mengelola seluruh hasil kerjaku di Malaysia usai kami menikah. Sebagai kuli bangunan, alhamdulilah waktu itu aku bisa hampir setiap bulan mengirimkan uang ke rekening istriku antara RM. 600 hingga RM 800. Atau jika dalam rupiah senilai antara 2,5 sampai 3,5 juta rupiah.

Sebagai anak pertama, aku sangat memaklumi jika uang yang aku kirim ke Wahyuni selalu hampir seluruhnya habis terbelanjakan, mengingat posisi Wahyuni sebagai anak pertama dari 5 bersaudara, masih memiliki adik yang 3 orang diantaranya memerlukan biaya sekolah.  Akupun tidak mempermasalahkan hal tersebut lantaran aku mengetahui bahwa kedua mertuaku secara finansial memang hidupnya susah. Sebagai anak mantu dari anak pertama mereka, justru aku termotivasi untuk memberi contoh yang baik kepada adik-adik iparku. Sedangkan kepada kedua orang tuaku, kepada adik-adik dan sepupuku, justru aku tidak seberapa memberi mereka dari hasil kerjaku semenjak aku menikah dengan Wahyuni.

Setahun berjalan aku berstatus sebagai suami Wahyuni, tiba-tiba kakakku dan sepupuku memberitahu aku perihal kabar buruk tentang perilaku Wahyuni. Mereka memberitahu aku bahwa Wahyuni dekat dengan seorang laki-laki yang baru saja pulang dari bekerja di Korea. Dan ternyata, aku mengenali kaki-laki tersebut sebagai tetangga desaku. Persisnya kakak kelas istriku sewaktu masih sekolah dulu. Kedekatan yang digambarkan oleh kakak dan sepupuku antara Wahyuni dengan laki-laki itu bukan sewajarnya kedekatan antara duua orang yang berteman. Meskipun terkejut juga mendengar kabar itu, namun aku berusaha untuk tetap tenang dan berprasangka baik terhadap istriku.

Hingga sebulan setelah aku menerima kabar tersebut, atauu persisnya setahun setelah aku menikahi Wahyuni, tiba-tiba Wahyuni menyampaikan padaku meminta sejumlah uang uuntuk keperluan adiknya melanjutkan sekolah ke jenjang SMA. Wahyuni meminta uang bukan saja untuk keperluan membayar biaya sekolah, tapi juga meminta uang untuk membelikan adiknya sebuah sepeda motor yang untuk ukuranku harganya sangat mahal. Sebuah sepeda motor sport dengan harga 40-an juta rupiah. Tentu aku sangat keberatan dengan permintaan tersebut.

Aku berusaha memberi pengertian ke Wahyuni agar adiknya jangan tergiur dengan glamornya penampilan. Sepeda motor bekas yang harganya di bawah 10 juta rupiah aku rasa cukup untuk memenuhi kebutuhan pergi dan pulang sekolah. Aku juga menasehati untuk membangun sikap hidup yang sederhana untuk meerajut sebuah cita-cita. Namun seluruh pengertian yyang aku sampaikan ke Wahyuni ditolaknya mentah-mentah. Malah berujung pada pertengkaran.

Diantara pertengkaran kami, sempaat Wahyuni mengucapkan, jika aku tidak bisa memenuhi kebutuhan tersebut, lebbih baik bercerai saja, sebab kata Wahyuni ternyata aku tidak tulus menjadi suami Wahyuni. Wahyuni menambahkan, bahwa aku seorang suami yang memalukan istri, suami yang tidak bisa diandalkan disaat keluarrga istri membutuhkan keringatnya. Omongaan Wahyuni yang berbau hujataan dan hinaan semakin melebar dan semakin menyakitkan.

Tentu saja kejadian tersebut membuat aku terheran-heran. Kenapa istriku tiba-tiba berubah seperti itu cara bicaranya. Bahkan Wahyuni sampai mengancam untuk minta cerai. Kenapa selalu materi dan materi, sedangkan aku di Malaysia setiap hari seringkali hanya makan dua kali saja demi bisa menyisihkan uang untuk aku kirim ke rekening Wahyuni setiap bulannya.

Beberapa minggu berselang, usai pertengkaranku dengan Wahyuni  seakan tiada lagi menemukan titik temu, sepupuku kembali menghubungi aku, mengabarkan sebuah informasi pahit tentang Wahyuni. Sepupuku menunjukkan sebuah akun media sosial yang ternyata milik Wahyuni yang selama ini tidak aku ketahui. Wahyuni ternyata memiliki lebih dari satu akun media sosial. Dan selama ini yang aku ketahui hanya satu saja yaitu yang biasa digunakan untuk berkomunikasi dengan aku.

Di akun lain milik istriku tersebut, aku mendapati foto-foto mesra antara istriku dengan laki-laki tetangga desa yang baru saja pulang kerja di Korea. Foto-foto berlatar mobil, kamar hotel, pusat perbelanjaan bahkan tempat wisata terkenal di pulau Bali terpajang sesuai dengan tanggal kronologi di akun tersebut. Dari tanggal mengunggah foto, dari status di dinding akun tersebut, setidaknya aku bisa memastikan, hubungan peerselingkuhan antara istriku dengan laki-laki tersebut telah berlangsung sejak 4 bulan sebelumnya.

Setelah hati dan pikiranku bisa aku kendalikan, aku berinisiatif menghubungi istriku untuk menanyakan akun facebook berikut foto-foto tersebut. Istriku menanggapi pertanyaanku dengan amarah. Entah kenapa, bukan menjawab iya atau tidak, melainkan istriku melancarkan kalimat-kalimat kasar padaku. Hujatan-hujatan yang menyebut aku suuami yang tidak bisa diandalkan berkali-kali dia ucapkan dengan nada bicara yang tinggi. Tidak tahan mendengar kalimat tersebut, sambungan telepon aku putus.

Secara diam-diam, aku merencanakan pulang ke kampung halamanku di ujung timur Provinsi Jawa Tengah. Bukan saja istriku, keluargaku tidak satupun yang aku beritahu rencana kepulanganku. Aku sengaja melakukannya dengan tujuan ingin memastikan bagaimana sebenarnya perilaku istriku selama ini. Setelaah aku mempersiapkan segala sesuatunya, sesampai di kotaku, aku tidak langsung pulang ke desa istriku. Aku singgah di rumah salah seorang temanku yang dulunya juga sama-sama bekerja di Kuala Lumpur.

Setelah aku menceritakan panjang lebar perihal maksud kedatanganku, akhirnya temanku bersedia membantu aku dengan meminjamkan kendaraannya. Dengan kendaraan tersebut, aku yang menggunakan helm full face berhasil menemukan jejak perselingkuhan istriku. Dengan menumpangi sebuah mobil milik laki-laki selingkuhan istriku, aku melihat mobil tersebut melaju ke arah kota Solo. Kemudian, mobil tersebut menuju ke sebuah hotel. Setelah menunggu hampir setengah jam di dekat mobil tersebut diparkir, serta setelah aku merasa sudah bisa menguasai diriku kembali, aku bergegas menuju ke sebuah kamar dimana istriku dengan laki-laki tersebut memasukinya. Niatanku untuk menggedor pintu urung, lantaran, entah kenapa pintu kamar tersebut tidak dalam kondisi dikunci dari dalam. Begitu gagang pintu aku putar, kemudian pintu terbuka lebar-lebar, aku dengan mata kepalaku mendapati istriku dalam kondisi telanjang bulat bersama laki-laki itu. Bersambung [seperti dituturkan oleh R kepada Asa Dari Apakabaronline.com]

Perempuan Cantik Itu Menakutkan [02]

Advertisement
Advertisement