April 27, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Rasulullah SAW Melarang Umatnya Melangkahi Kuburan

4 min read

Para ulama menyebutkan bahwa orang yang melangkahi dan menginjak kuburan sama dengan tidak menghormati mayit tersebut ketika masih hidup.

Suatu hari Uqbah bin Amir pernah bercerita kepada para murid-muridnya. Uqbah merupakan salah satu sahabat Rasulullah SAW. Ia juga seorang perawi hadis dari golongan sahabat. Beberapa hadisnya diriwayatkan oleh para ulama besar, salah satunya adalah Imam an-Nasai.

Uqbah mengajari para muridnya agak tidak sembarangan saat lewat ke pemakaman, terlebih agar tidak menginjak-injak atau melangkahi kuburan. Pernyataan Uqbah ini dilandasi oleh salah satu hadis Rasulullah SAW yang berbunyi,

 

قَالَ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ” لَأَنْ أَمْشِي عَلَى جَمْرَة أَوْ سَيْف , أَوْ أَخْصِف نَعْلِي بِرِجْلِي أَحَبّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَمْشِي عَلَى قَبْر مُسْلِم

 

“Sungguh aku berjalan di atas bara api atau pedang, atau aku menjahit sandalku menggunakan kakiku, lebih aku sukai daripada aku berjalan di atas kuburan orang Muslim.” (HR. Ibnu Majah)

Dalam hadis lain juga disebutkan bahwa Rasulullah SAW mengajarkan kepada para sahabat, sekaligus kepada para umatnya agar memiliki etika saat berada di kuburan. Rasul bahkan secara khusus berpesan agar tidak menyakiti pemilik kuburan, atau mayit yang berada dalam kubur.

Seorang sahabat bernama Amr bin Hazm pernah ditegur Rasulullah SAW karena bersandar di kuburan.

 

رآنِي رَسُولُ اللهِ صَلى الله عَليه وسَلم مُتَّكِئًا عَلَى قَبْرٍ فَقَالَ: لاَ تُؤْذِ صَاحِبَ هَذَا الْقَبْرِ

 

“Rasulullah SAW melihat padaku bersandar pada kuburan. Lalu ia menegurku, ‘Jangan kau sakiti mayit yang ada di kuburan ini!’” (HR Hakim)

Jika bersandar saja Rasulullah melarang, bagaimana dengan menginjak-injak dan melangkahi kuburan! Mengapa hal ini dilarang oleh Rasul?

Imam Badruddin al-Aini dalam Aunul Ma’bud menjelaskan bahwa semua itu adalah tatak rama kita kepada orang yang meninggal (mayit). Al-Aini bahkan menjelaskan bahwa larangan Rasul tersebut adalah salah satu bentuk ihtiram (memulyakan) orang yang meninggal, terlebih dan apalagi jika kuburan tersebut adalah kuburan ulama atau tokoh besar. Menginjak-injak dan melangkahi kuburan ulama sama dengan menginjak dan melangkahi ulama tersebut ketika masih hidup.

 

فاحترام الميت في قبرة بمنزلة احترامه في داره التي كان يسكنها في الدنيافإن القبر قد صار داره

 

“Memulyakan mayit di dalam kuburnya sama dengan memulyakan mayit tersebut ketika sedang berada di rumah yang ditinggalinya saat hidup di dunia. Karena sesungguhnya kuburan adalah rumah bagi mayit tersebut.”

 

Pendapat al-Aini didasarkan pada hadis Rasulullah SAW:

 

“كسر عظم الميت ككسره حيا”

 

“Menghancurkan kemulyaan mayit, sama dengan menghancurkan kemulyaannya saat masih hidup.”

Ulama fikih bahkan memakruhkan perilaku melangkahi atau berjalan di atas kuburan. Hal ini disebutkan dalam Fiqih ala Mazhahib al-Arbaah.

 

ويكره المشي على القبور إلا لضرورة كما إذا لم يصل إلى قبر ميته إلا بذلك باتفاق

 

“Makruh berjalan di atas kuburan kecuali dalam keadaan darurat, seperti seseorang yang tidak bisa sampai pada kuburan mayatnya kecuali dengan cara melangkahi kuburan. Hukum ini telah menjadi kesepakatan para ulama.”

 

Ziarah Kubur, Perhatikan Adab Berikut Ini

Berikut 25 adab menziarahi makam para wali yang disusun oleh Syeikh Abdullah bin Muhammad bin Siddiq al-Ghummari dalam kitabnya Ittihaf al-Adzkiya yang dipaparkan secara tertib.

 

  1. Niat baik dan bermaksud mendekatkan diri kepada Allah Swt supaya mendapatkan keridaannya, seraya mengikatkan hati dengan kecintaan kepada Nabi Muhamad Saw dan keluarganya, beserta para Aulia Allah Swt, dan juga berharap penuh agar mendapatkan syafaat dari mereka. Setelah itu, Mandi dan wudhu sebelum pergi ke makam, serta memasuki makam dalam keadaan suci dan memakai pakaian yang bersih.

 

  1. Istigfar sebanyak sebelas kali, seraya menghadirkan hati sebelum memasuki area pemakaman. Tumbuhkan rasa sedih dan penyesalan dalam hati, pertanda taubat, sehingga memasuki area makam, dalam keadaan bersih lahir maupun batin.
  2. Berdiri di hadapan pintu makam seraya meminta izin untuk masuk.
  3. Membaca surat al-fatihah kepada para masyaikh ketika jalan (menuju makam).
  4. Melepas sandal ketika masuk.
  5. Mendahulukan kaki kanan ketika masuk.
  6. Memasuki area dengan tenang.
  7. Membaca لاإله إلا الله sebanyak sebelas kali, dan diakhiri dengan membaca محمد الرسول الله.
  8. Membaca do’a berikut:

 

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ أَيُّهَا الْوَلِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ، أَنْتُمُ السَّابِقُوْنَ وَإِنَّا بِكُمْ  إِنْ شَاءَ اللهُ لَاحِقُوْنَ

 

(Assalamualaikum ayyuhal waliyyu wa rahmatullahi wa barakatuh. Antumus Sabiquuna wa inna bikum insyaallahu lahikun)

 

  1. Membaca surat al-fatihah 11 kali.
  2. Membaca surat yasin.
  3. Membaca surat al-ikhlas 11 kali.
  4. Menghadiahkan pahala al-quran dengan mengucapkan:

 

اَللَّهُمَّ اجْعَلْ ثَوَابَهَا فِي صَحِيفَةِ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ وَثَوَابَ مِثْلَ ذَلِكَ لِأَرْوَاحِ أَبِيْنَا آدَمَ وَأُمِّنَا السَّيِّدَةِ حَوَاءَ وَمَنْ وَلَدَا مِنَ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَثَوَابَ مِثْلَ ذَلِكَ لِآلِ بَيْتِ النَّبِيِّ وَأَصْحَابِهِ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَتِهِ وَأَهْلِ بَيْتِهِ أَجْمَعِيْنَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ وَعَنَّا وَنَفَعَنَا بِهِمْ دُنْيَا وَأُخْرَى وَأَلْحِقْنَا بِهِمْ فِي الدَّارَيْنِ آمِيْنَ وَثوَابَ مِثْلَ ذَلِكَ فِي صَحِيْفَةِ هَذَا الْوَلِيِّ وَإِلَى مَنْ تُحِبُّ

 

(Allahummajal tsawabaha fi shahifati sayyidil mursalin Shallalahu alaihi wasallam wa tsawaba dzalika li arwahi abina adama wa ummina as-sayyidati hawa’a wa man waladaa minal ambiya’i wal mursalin was syuhada’i was shalihin wa tsawaba mitsla dzalika li aali baitin nabiyyi wa ashhabihi wa azwajihi wa dzurriyatihi wa ahli baitihi ajmain, radiyallahu anhum wa anna wa nafa’ana bihim dunya wa ukhra wa alhiqna bihim fiddaraini amin, wa tsawaba mitsla dzalika fi shahifati hadzal waliyyi wa ila man tuhib.)

  1. Berdoa dengan mengucapkan: يَا سَيِّدِي فُلَانٌ شَيءٌ لِلهِ اَلْمَدَدُ sebelas kali.

 

  1. Bersalawat kepada nabi dan keluarganya sebanyak sebelas kali.

 

  1. Berdoa kepada Allah Swt seraya membentangkan tangan ke langit, memohon agar kebutuhan dunia maupun akhirat dipenuhi olehNya. Berdoalah dengan menghadap makam wali, maka sang wali itu akan meng-amin-kan doamu. Mulailah doa dengan memuji Allah Swt dan salawat kepada Nabi Muhammad Saw serta meminta ilmu dan kebaikan dari seluruh kebaikan di dunia dan akhirat kepada Allah Swt, kemudian tutuplah doamu dengan bacaan:

 

يَا إِلَهِي بِحَقِّ وَلِيِّكَ هَذَا فَرِّجْ كَرْبِي وَهَمِّي فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَارْحَمِ اللَّهُمَّ صَاحِبَ هَذِهِ الْمَقَامِ وَعُمَّهُ بِاللُّطْفِ وَالْإِكْرَامِ وَاسْتَجِبْ دُعَائِي اللَّهُمَّ بِحَقِ الْمًصْطَفَى صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَبِسِرِّ ثَوَابِ الفَاتِحَةِ

 

(Ya Ilahiy bihaqqi waliyyika hadza farrij karby wa hammy fid dunya wal akhirah warham allahumma shahiba hadzihil maqam wa ummahu billutfi wal ikram wastahib du’ai. Allahumma bihaqqil mustafa shallallahu aialihi wasallam wa bisirri tsawabil fatihah)

 

  1. Mengucapkan kalimat syair dibawah ini dengan khusyuk:

 

لَنْ أَبْرَحَ الْبَابَ حَتَّى تُصْلِحُوا عِوَجِي # وَتُقَبّلُوْنِي عَلَى عَيْبِي وَأَوْزَارِي

 

(Lan Abrahal baaba hatta tshlihu `iwaji # wa tuqabbiluni ala aibi wa auzari)

 

  1. Kemudian mengucapkan:

 

أَشْهَدُ يَا سَيِّدِي يَا فُلَانُ أَنَّنَا نَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَنَّ جَدَّكَ مُحَمَّدٌ عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ وَهِيَ لَنَا وَدِيْعَةٌ عِنْدَكَ

 

(Asyhadu ya sayyidi ya fulan annana nasyhadu an la ilaaha illa Allah wa anna jaddaka muhammad abdullahi wa rasuluhu wa hiya lana wadiatu indaka)

 

  1. Membaca ayat kursi sekali, dan mengulang-ngulang ayat وَلَا يَؤُوْدُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ (walaa ya’udhu hifdzuhuma wa huwal aliyyul adzim) sebanyak tiga kali.

 

  1. Menghormati penjaga makam, dan berbuat baik kepada mereka

 

  1. Membaca al-fatihah untuk wali di makam tersebut seraya meminta izin untuk kembali pulang dan berkata: “Aku telah menghadirimu wahai tuanku, bukannya aku jemu ataupun bosan, akan tetapi aku memiliki keperluan, gairahku pun berkurang dan melemah, dan aku bermaksud untuk pamit dari makammu”.

 

  1. Tidak membelakangi makam ketika hendak pulang.

 

  1. Bersedekah di sekitaran makam kepada orang-orang yang membutuhkan. Selain memperhatikan adab-adab ziarah di atas, para peziarah juga harus memperhatikan peringatan dan larangan ketika berziarah sebagaimana berikut:

 

  • Tidak membawa dan menyalakan lilin ketika ziarah, karena itu adalah tabiat orang nasrani.
  • Makruh meletakan kedua tangan di atas kuburan atau mengusap kuburan, dan tidak juga menciumnya.
  • Hindarilah berputar-putar mengelilingi makam, sesungguhnya itu diharamkan oleh syariat.
  • Seyogyanya bagi seorang wanita untuk tidak berhias dan memakai wewangian ketika berziarah.

Demikian adab-adab dan larangan berziarah, semoga bermanfaat. Wallahu a’lam [Amin/Avin]

Advertisement
Advertisement