April 19, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Aktif Menulis Kritis, Facebook PMI Asal Karanganyar Lenyap, Diintimidasi dan Dideportasi

2 min read

KARANGANYAR – Seorang mantan pekerja migran Indonesia (PMI) yang kini fokus mengabdikan hidupnya untuk dunia dakwah dan pendidikan, Ahmad Faisal Haq, tiba-tiba teringat dengan masa lalunya saat masih aktif menjadi PMI di Malaysia beberapa tahun silam usai mengamati ramainya pemberitaan di berbagai media lokal Indonesia terkait dengan dideportasinya seorang PMI Hong Kong bernama Yuli Riswati. Pasalnya, Faisal mengaku juga pernah mengalami hal serupa.

Kepada ApakabarOnline.com, Faisal menuturkan, dirinya selama bekerja di Malaysia memang sering tertarik untuk mengikuti pergolakan politik di dalam negeri Malaysia. Bahkan, Faisal mengaku fokus mengamati mantan PM Malaysia Tun Abdul Razak berikut tahta kekuasaannya.

“Disitulah petaka juga pernah menimpa saya, tiba-tiba di bedeng tempat tinggal saya ada beberapa yang mendatangi saya, melihat akun facebook saya, kemudian memaksa saya untuk mengaku sebagai penentang rezim berkuasa” tutur Faisal.

 

Faizal : Dari Berdakwah Ke Sesama PMI, Hingga Kini Menjadi Pembina Ratusan Santri

 

Malam itu, Faisal dibawa ke sebuah tempat yang menurutnya merupakan tempat penahanan pelanggar imigrasi.

“Ya begini, saya dipulangkan paksa, uang yang ada didompet saya diperiksa, saya diantar ke sebuah ATM untuk menarik uang, lalu uang tersebut digu nakan untuk membeli tiket ke Jakarta, dan saya dipulangkan paksa beberapa hari kemudian. “ lanjut Faisal.

Sesampai di Indonesia, akun facebook Faisal sudah tidak bisa lagi dibuka.

Faisal, selama enam tahun menjadi pekerja migran di Malaysia, diluar kesibukannya bekerja menjadi kuli bangunan, dia menyempatkan waktu untuk meliput berbagai kejadian, menulis dengan kritis kondisi internal Malaysia yang berkaitan dengan pekerja migran.

“Mulai dari aparatnya, pengusahanya, wakil rakyatnya, banyak yang menyimpang dan berlaku sewenang-wenang terhadap kita-kita. Karena itulah kita menulis di media komunitas kita yang dibredel sama Malaysia” aku Faisal.

Dalam melakukan peliputan, Faisal memilah-milah, mana-mana yang berkaitan dengan pekerja migran, dan hal-hal mana yang murni urusan politik dalam negeri Malaysia.

“Kalau itu terkait dengan urusan politik dalam negeri Malaysia, saya tidak pernah sekalipun nulis. Untuk apa ? Simpel saja, fokus ke yang berkaitan dengan pekerja migran, khususnya jutaan TKI di sana. Kan bermanfaat.” Tambahnya.

Melihat yang menimpa Yuli, Faisal mengaku turut bersimpati, sebab menurutnya, ada persamaan nasib dengan yang pernah menimpa dirinya.

“Tapi meskipun begitu, kita juga harus legowo dan menyadari, memang kita memiliki hak untuk bebas menulis dan berbicara, namun disisi lain, aturan dan kewajiban juga menjadi pembatas hak-hak kita, bebas dalam sebuah batasan, bukan bebas yang tanpa batasan” lanjut Faisal.

Apapun gelontoran bola panas yang menggelinding semakin besar, Faisal menegaskan, sebagai pekerja migran, kita punya kebebasan berorganisasi dan beraspirasi, namun disisi lain, kita juga harus tunduk pada aturan negara setempat tentang bagaimana berorganisasi dan beraspirasi, terutama lewat tulisan.

“Sebagai mantan TKI, saya sangat memberi apresiasi positif kepada Yuli. Meskipun saya tidak kenal orangnya, hanya tahu dari pengakuan dia di media. Namun, mengamati tulisan dia yang saya kumpulkan selama ini, memang ada beberapa tulisan yang itu terlalu jauh mencampuri ranah politik dalam negeri Hong Kong, yang tidak terkait secara langsung dengan kebijakan kebijakan Hong Kong terhadap ribuan TKW kita disana. Jadi untuk apa ? Bukankah kalau hanya sekedar ingin tahu, sudah ada banyak media yang memberitakan ? “ pungkas Faisal. []

Advertisement
Advertisement