April 25, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Demi Mendapat Uang, Kembang-Kembang Desa di Malang Rela Berfoto ‘Hot’ Dengan Pesepeda ‘Belang-Belang’

2 min read

MALANG – Dalam beberapa jam terakhir, khalayak dihebohkan dengan kabar adanya ‘Jalur Gowes Gadis Desa’ yang berada di Desa Donowarih, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Jalur tersebut dinamakan demikian karena terdapat sebuah lintasan di mana kembang-kembang desa menunggu di sebuah aliran sungai hanya mengenakan kemben.

Kembang-kembang desa itu menunggu pesepeda yang ingin berfoto bersama mereka. Namun, seperti yang sudah dapat dipastikan, semua pesepeda yang akhirnya singgah di jalur itu adalah para pria hidung belang.

Mereka yang ingin berfoto bersama gadis-gadis cantik ranum itu harus membayar dengan sejumlah uang.

Usut punya usut, kembang-kembang desa itu tidak menginisiasi sendiri “bisnis” mereka itu. Ada dalang yang “menjual” tubuh mereka, yang tak lain adalah seorang pria yang disebut-sebut sebagai preman desa setempat.

Bahkan, untuk menarik pengunjung lebih banyak, preman-preman desa ini membuat banner dengan gambar seorang gadis desa memakai kemben, bertuliskan “Jalur Gowes Gadis Desa”. Di sudut kanan atas banner itu juga tertera logo dan tulisan Pemerintah Kabupaten Malang, mengesankan seolah “wisata” mesum itu sudah mendapatkan izin dari pemkab setempat.

Foto-foto dan video gadis-gadis desa itu pun kini telah tersebar luas di media sosial dan mencuri perhatian netizen.

Dalam sebuah video yang diunggah akun @hahahiheho di Twitter, terlihat sejumlah pesepeda yang semuanya pria, sengaja berhenti di tepi kali itu untuk berfoto bersama kembang-kembang desa itu. Sebagian dari mereka yang “takut” dokumentasinya ketahuan istri, hanya berani mencuri-curi foto gadis-gadis desa itu dari kejauhan.

Saat dikonfirmasi, Camat Karangploso Indra Gunawan mengatakan kalau “wisata” mesum itu bukan inisiasi dari Pemerintah Kabupaten Malang.

“Itu dibuat oleh warga setempat. Dan itu sudah kami bubarkan karena itu sama dengan mengeksploitasi perempuan serta itu bertentangan dengan nilai kearifan dan budaya kita,” kata Indra.

Advertisement
Advertisement