Keutamaan Puasa Ramadhan
JAKARTA – Bulan Ramadan adalah salah satu bulan mulia. Ramadan memiliki keutamaan yang sangat besar. Di bulan suci ini umat Islam berlomba-lomba untuk mendapatkan pahala berlipat ganda.
Hukum puasa Ramadan adalah wajib fardhu’ain bagi setiap Muslim yang telah memenuhi syarat-syarat diwajibkannya puasa Ramadan.
Dikutip Nu online dari kitab Maqashid al-Shaum, Sulthan al-Ulama, Imam Izzuddin bin Abdissalam al-Sulami mengatakan, paling tidak ada tujuh keutamaan puasa di bulan Ramadan yang satu sama lainnya saling terkait.
Tujuh faedah tersebut adalah:
- Meninggikan Derajat
Pandangan ini didasari oleh beberapa hadis Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam, salah satunya yang mengatakan:
“Ketika Ramadan tiba, dibukalah pintu-pintu surga, ditutuplah pintu-pintu neraka dan setan pun dibelenggu.” (HR Imam Muslim).
Imam Izzuddin memandang, dibukanya pintu surga sebagai simbol atau tanda untuk memperbanyak ketaatan, terutama yang diwajibkan.
Logika sederhananya, meskipun pintu surga telah dibuka lebar-lebar, apakah semua orang berhak melintasinya tanpa memperbanyak ketaatan selama bulan Ramadan dan bulan-bulan setelahnya? Artinya, dibukanya pintu surga merupakan dorongan untuk memperbanyak ibadah.
Tentang ditutupnya pintu neraka, Imam Izzuddin menganggapnya sebagai simbol, untuk menyedikitkan maksiat. Penggunaan kata “sedikit” ini menarik, seakan-akan Imam Izzuddin memahami betul manusia yang tidak mungkin sempurna dalam menghindari kesalahan. Manusia pasti membawa dosanya ketika menghadap Tuhannya di akhirat kelak, yang membedakan adalah kadarnya, banyak atau sedikit.
Simbol berikutnya adalah dibelenggunya setan. Menurutnya, simbol ini adalah tanda terputusnya kewas-wasan (bisikan lembut setan) bagi orang-orang yang berpuasa. Artinya, baik buruknya orang yang berpuasa murni tergantung pada dirinya sendiri. Karena itu, akan sangat tidak etis jika manusia dengan berbagai peluang kemuliaan derajat yang diberikan Allah di bulan Ramadan ini masih enggan berbuat baik dan malah berbuat maksiat.
- Penghapus Kesalahan/Dosa
Dasar dari faedah yang kedua ini adalah hadis Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam yang mengatakan:
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadan karena iman dan mengharapkan pahala maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (H.R. Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Yang dimaksud “karena iman” dalam hadis ini adalah meyakini kewajiban puasa dan melaksanakannya. Dan maksud dari “mengharapkan pahala” adalah, “merendahkan diri memohon upah/pahala dari Tuhannya”.
Meminta imbalan (pamrih) kepada Allah merupakan bentuk penyerahan diri, pernyataan keimanan dan menyatakan kelemahan di hadapan-Nya. Berbeda halnya dengan pamrih antar sesama manusia yang seakan-akan menunjukkan ketidaktulusan.
- Memalingkan/Mengalahkan Syahwat
Faedah ini didasari oleh hadis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang mengatakan: “Wahai para pemuda, barangsiapa yang mampu untuk menikah, maka menikahlah. Sesungguhnya menikah lebih bisa menundukkan pandangan dan lebih mudah menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu menikah, maka berpuasalah, sesungguhnya puasa itu adalah penekan syahwatnya.” (HR Imam Ahmad dan Imam Bukhari).
Hadis ini yang membuat Imam Izzuddin al-Sulami berpendapat bahwa lapar dan haus dapat mengalahkan atau memalingkan syahwat.
Perlu dipahami bahwa lapar dan haus di sini bukan kelaparan dan kehausan yang disebabkan oleh keadaan ekonomi. Lapar dan haus di sini adalah puasa, yaitu lapar dan haus yang disengaja dan didasari oleh niat ibadah. Niat ibadah inilah yang membuat lapar dan haus memiliki arti, yaitu menjadi ajang melatih diri, mengendalikan hawa nafsu dan meminimalisasi syahwat bermaksiat.
- Memperbanyak Sedekah
Dalam pandangan Imam Izzuddin al-Sulami, puasa dapat membuat manusia memperbanyak sedekah. Beliau mengatakan: “Karena sesungguhnya orang berpuasa ketika dia merasakan lapar, dia mengingat rasa lapar itu. Hal itulah yang memberikan dorongan kepadanya untuk memberi makan pada orang yang lapar.”
Merasakan penderitaan bisa mengarahkan manusia pada dua hal, menjadi egois dan menjadi dermawan. Menjadi egois karena dia ingin memiliki semuanya agar tidak merasakan penderitaan itu lagi. Menjadi dermawan, karena dia pernah merasakan susahnya menderita sehingga ketika melihat orang lain menderita, dia ikut merasakannya.
Dalam hal ini, puasa merupakan sarana pelebur egois. Orang yang berpuasa telah menyengajakan dirinya untuk melalui peleburan tersebut, dan melatih dirinya sendiri untuk menjadi lebih perasa.
Imam Izzudin juga bercerita tentang Nabi Sulaiman atau Nabi Yusuf yang tidak makan hingga semua orang yang memiliki hubungan dengannya (keluarga atau rakyatnya) makan. Seseorang bertanya, “kenapa melakukan hal semacam itu?” Nabi Sulaiman atau Nabi Yusuf menjawab, “aku takut ketika kenyang, aku melupakan orang-orang yang lapar.”
Sebab diakui atau tidak, orang yang terlalu kenyang, memiliki kecenderungan lalai yang lebih besar. Mungkin, inilah salah satu alasan dari anjuran, “berhenti makan sebelum kenyang.”
- Memperbanyak/Menyempurnakan Ketaatan
Imam Izzuddin bin Abdissalam al-Sulami memandang bahwa orang yang berpuasa mengingatkan mereka pada lapar dan hausnya ahli neraka. Beliau mengatakan: “Karena puasa mengingatkan kelaparan dan hausnya ahli neraka. Hal itulah yang mendorong orang berpuasa memperbanyak ketaatan kepada Allah agar terselamatkan dari api neraka.”
Di sinilah pentingnya pengetahuan, karena pengetahuan bisa membuat manusia memperbaharui atau mengarahkan niat ibadahnya.
- Bersyukur Mengetahui Kenikmatan Tersembunyi
Manusia sering lalai atas nikmat Allah Ta’ala yang mengelilinginya sehari-hari seperti udara, nafas, gerak dan lain sebagainya. Menurut Imam Izzuddin al-Sulami, puasa dapat mengembalikan ingatan itu dan membuat mereka mensyukurinya.
Beliau berkata: “Ketika berpuasa, manusia menjadi tahu nikmat Allah kepadanya berupa kenyang dan terpenuhinya rasa haus. Karena itu mereka bersyukur. Sebab, kenikmatan tidak diketahui kadar/nilainya tanpa melalui hilangnya rasa nikmat itu (terlebih dahulu).
Kelalaian akan segala nikmat Allah harus diuji agar kembali dikenali. Ujian itu bisa dihadirkan “tanpa disengaja” dan “dengan disengaja”. Ujian “tanpa disengaja” adalah ujian yang langsung dari Allah, contohnya sakit gigi (langsung dari Allah), sehingga penderitanya mengetahui nikmatnya sehat. Ujian “dengan disengaja” adalah ujian yang sengaja oleh pelakunya sebagai bentuk riyadlah (olah diri), contohnya berpuasa, sehingga pelakunya semakin mengenali nikmatnya kenyang dan hilangnya rasa haus.
- Mencegah Keinginan Bermaksiat
Dalam pandangan Imam Izzuddin, orang yang kenyang memiliki kecenderungan lebih untuk bermaksiat, tapi di saat lapar dan haus, fokusnya lebih pada mencari makanan dan minuman, sehingga mengurangi keinginannya berbuat jahat.
Tapi sekali lagi perlu diingat, lapar dan haus di sini adalah puasa, bukan kelaparan yang disebabkan oleh keadaan tertentu.
Mudahnya begini, puasa merupakan ibadah yang memiliki cakupan waktu yang cukup panjang, dari mulai fajar hingga terbenamnya matahari. Dengan demikian, puasa bisa menjadi pencegah efektif untuk manusia dari melakukan perbuatan jahat. Ketika dia hendak melakukan sesuatu, dia teringat bahwa dirinya sedang berpuasa, atau puasanya telah mengingatkan dirinya agar tidak melakukannya. Jika dia tetap melakukannya, dia telah menghilangkan keberkahan puasanya sekaligus melanggar janjinya kepada Allah setelah mengikrarkan niatnya untuk berpuasa.
Selain itu, dikutip detikcom dari buku Bekal Ramadhan oleh Ahmad Zarkasih, Lc, ada beberapa keutamaan bulan Ramadan.
- Bau Mulut yang Disukai Allah SWT
Orang yang berpuasa menahan lapar dan haus tentu akan menyebabkan bau mulut. Akan tetapi bau ini dipandang oleh Allah SWT sebagai sebuah keutamaan.
Dalam sebuah hadis yang shahih disebutkan bahwa Nabi SAW bersabda:
“Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” (HR. Muslim).
- Doa Mustajab
Waktu yang paling mustajab untuk berdoa adalah ketika kita dalam keadaan berpuasa. Mulai dari semenjak terbit fajar kita menahan diri dari hal yang membatalkan puasa hingga matahari terbenam kita dianjurkan untuk perbanyak berdoa.
Dalam sebuah hadis juga dijelaskan, “Tiga orang yang tidak akan ditolak doanya: Imam yang adil, orang yang berpuasa hingga ia berbuka dan orang yang dizalimi. Doanya diangkat ke awan dan dibukakan baginya pintu langit dan Tuhan azza wa jalla berfirman: Demi kemuliaanku saya pasti menolong engkau setelah ini.” (HR. Ahmad).
- Tameng Setan
Ketika datang bulan Ramadan tentu kita akan merasa tidak leluasa dalam melakukan maksiat. Setan juga tidak gampang menggoda orang yang sedang berpuasa untuk melakukan dosa karena dibelenggu oleh Allah SWT.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu bahwa Nabi SAW bersabda: Ketika datang (bulan) Ramadan, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu.” (Hr. Bukhari dan Muslim).
- Mendapat Ampunan Allah SWT
Berdasarkan sebuah hadis yang sahih menyebutkan bahwa Nabi SAW bersabda:
“Barang siapa yang berpuasa (di bulan) Ramadan (dalam kondisi) keimanan dan mengahrapkan (pahala) maka dia akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari).
- Menjadi Orang Bertaqwa
Ada banyak jalan untuk mendapatkan derajat taqwa disisi Allah SWT. Dan salah satu jalan tersebut yaitu dengan cara menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan.
- Dibukakan Pintu Surga ar-Rayyan
Salah satu keutamaan paling sempurna yang akan didapatkan oleh orang yang berpuasa adalah masuk surga melalui pintu ar-Rayyan.
Pintu ar-Rayyan secara khusus diberikan oleh Allah SWT kepada orang yang menjalankan ibadah puasa. Puntu ini tidak akan dilalui oleh siapapun kecuali orang yang berpuasa saja.
Hal ini berdasarkan sebuah hadis shahih yang menyebutkan bahwa Nabi SAW bersabda:
“Di dalam surga ada sebuah pintu yang disebut ar-Rayyan. Yang masuk melalui puntu itu di hari kiamat hanyalah orang-orang yang berpuasa, yang lainnya tidak masuk lewat pintu itu. Dan diserukan saat itu, “Manakah orang-orang yang berpuasa?” Maka mereka yang berpuasa bangun untuk memasukinya, sedangkan yang lain tidak. Bilamana mereka telah masuk, maka pintu itu ditutup dan tidak ada lagi yang bisa memasukinya.”” (HR. Bukhari dan Muslim).
- Pahala Khusus dari Allah
Pahala yang diberikan tanpa hitung-hitungan ialah pahala puasa yang diberikan oleh Allah SWT. Hal ini berdasarkan hadis shahih yang menyebut bahwa Nabi SAW bersabda,
“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah SWT berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku.” (HR. Muslim). []